"Baiklah anak-anak, kelas saya akhiri, sampai ketemu Minggu depan, dan untuk Rista, anda saya tunggu di ruangan saya," tegas Melviano sambil menatap tajam ke arah Rista lalu setelahnya Melviano segera keluar dari kelas tersebut.
Rista melotot tak terima, dalam hati dia mengomel. Bisa-bisanya dosennya masih ingin memberikan hukuman padanya setelah hampir 2 Jam dia berdiri didepan kelas.
Rista meregangkan tubuhnya lalu memijit sebentar kakinya yang pegal karena terlalu lama berdiri.
"Hahahah, aduh Ris kasian banget lu, lagian kan semalam gue udah kirimin tuntasnya, malah gak dikerjain," ucap Citra menertawakan temannya itu.
"Berisik lu," ucap Rista dengan nada sinis.
"Udah-udah, mending lu sekarang kesana deh Ris keburu lu kena amuk lagi, entar kita tungguin di kantin tempat biasa," ucap Dendy sambil merangkul Citra.
"Ck, ngapa rangkul-rangkul deh lu," ucap Citra menyingkir kan tangan Dendy yang bertengger di bahunya.
"Asik, Pepet terus Den," sahut Alex pada teman nya tersebut. Bukan rahasia lagi jika Dendy menyukai Citra, semua orang dikelas mereka sudah mengetahui nya apalagi Dendy yang mengklaim Citra dihadapan semua teman-teman nya padahal mereka tak memiliki hubungan apapun.
"Yoii bro," ucap Dendy.
"Yaudah Ris, yuk gue temenin ke ruangan nya pa Melvin," ajak Citra yang diikuti oleh Dendy.
"Lu kenapa ngikut Mulu dah, Sono bareng anak cowo," usir Citra dengan nada yang tidak santai.
"Elah, galak banget neng," ucap Dendy menoel pipi Citra yang dihadiahi tatapan tajam oleh Citra.
Sedangkan Rista hanya menggeleng geleng kan kepalanya melihat keduanya yang selalu bertengkar.
"Huft," Rista menghela nafasnya karena merasakan pegal di kakinya, sungguh dia tidak bohong. Rasanya dia ingin segera pulang kerumah dan langsung tidur di ranjang kesayangan nya.
"Thanks," ucap Rista lada keduanya.
"Sip, entar. langsung ke kantin ya," ucap Citra yang diangguki oleh Rista.
Tok tok tok
Rista mengetuk pintu ruangan milik Melviano. Sejujurnya ada rasa heran dan penasaran yang terbenam di pikiran Rista. Pasalnya Melviano memiliki ruangan khusus pribadi, padahal biasanya para dosen berkumpul diruang dosen.
Lama menunggu, tak ada jawaban membuat Rista dengan inisiatif sendiri membuka pintu.
"Mau apa kamu!"
Rista terjangkit kaget dan langsung membalikkan badannya dan ternyata yang mengagetkan nya adalah Melviano.
"Eh pak, bikin kaget aja," ucap Rista dengan pelan.
"Kamu belum pertanyaan saya,"
"Tadi kan bapak nyuruh saya ke ruangan bapak," ucap Rista dengan kesal.
"Oh,"
Setelahnya Melviano langsung masuk meninggalkan Rista yang kesal dengan sikap Melviano yang menurutnya menyebalkan.
"Kenapa masih disana, amu jadi pajangan pintu," Ucap Melviano yang sudah duduk di kursi kebesarannya.
Rista tersenyum menanggapi, lalu menutup pintunya dan duduk tepat di kursi dihadapan Melviano.
"Yang suruh kamu duduk siapa?" Melviano menaikkan alisnya tanpa melihat kearah Rista. Pria itu malah sibuk dengan kertas-kertas dihadapannya.
"Sabar Ris, sabar," gumamnya pelan menyemangati dirinya sendiri sambil mengelus dadanya.
Baru saja Rista berdiri dari duduknya Melviano dengan tidak rasa bersalahnya malah menyuruh dirinya untuk duduk kembali.
"Silahkan duduk," ucapnya tanpa dosa.
"Jadi ada hal apa bapak memanggil saya kemari," ucap Rista selembut dan sesopan yang dia bisa. Sesungguhnya dia ingin menjambak pria dihadapannya sekarang.
"Nilai mu kurang, dikelas juga kamu tidak terlalu aktif, jadi saya ingin memberikan tugas pada kamu dan kamu kerjakan disini," ucap Melviano mengambil selembar kertas yang sudah berisi soal-soal untuk Rista.
"Hah! sekarang pa ,yang benar aja. Saya belum belajar malah dikasih quiz mendadak begini," protes Rista yang keberatan.
"Saya tidak meminta pendapat kamu, kerjakan sekarang. Dalam waktu satu jam kamu harus selesaikan," ucap Melviano dengan tegas lalu kembali memeriksa tugas-tugas mahasiswa nya.
"Dasar dosen kampret," ucap Rista pelan, namun sayangnya ternyata Melviano mendengarnya. Hingga tatapan elang milik Melviano melayang pada nya.
"Kamu bilang apa tadi,"
"Hehe gak ada pa," cicit Rista lalu langsung fokus terhadap soal dihadapannya.
Melviano yang melihat itu tersenyum tipis, sesekali dirinya memerhatikan Rista yang tengah berpikir keras dalam mengerjakan tugasnya.
"Lucu," gumam nya.
"Huft," Rista mengembuskan nafasnya kasar setelah berhasil mengerjakan semua soal, walaupun ada beberapa yang asal dia kerjakan.
"Ini pak," ucap Rista menyerahkan lembar kerja pada Melviano.
"Sudah?"
Melviano segera mengambil kertas itu dan mengangguk singkat.
"Kamu ada kelas setelah ini?" tanya Melviano.
"Tidak ada pa,"
"Bagus," ucap Melviano langsung membereskan meja kerjanya.
"Kamu ikut dengan saya," ucap Melviano.
"Saya mau pulang pak," ucap Rista dengan nada yang memelas.
"Hanya sebentar," ucap Melviano.
Rista yang sedang tidak mood untuk berbicara banyak akhirnya menurut saja. Pasalnya kakinya makin terasa pegal dan dia sekarang lapar.
Sambil berjalan mengikuti Melviano, dirinya mengabari pada Eve, mamahnya dan juga temannya Citra.
Dug
Karena terlalu fokus dengan ponsel di tangannya, Rista tak sadar menubruk punggung Melviano yang tiba-tiba berhenti.
"Aduhh," ringis nya.
"Makanya kalo jalan tuh jangan sambil liat-liat hp Rista," ucap Melviano mengambil ponsel Rista.
"Pak! "
"Nanti saya berikan, tidak baik berjalan sambil main hp," ucap Melviano menarik tangan Rista dengan lembut.
Nih dosen kenapa sih, aneh banget deh, batin Rista.
Melviano ternyata membawanya ke parkiran. Melviano dengan segera membuka pintu mobilnya.
"Ayo masuk," ucap Melviano.
"Kita mau kemana sih pak, bapak mau culik saya,"
"Kurang kerjaan banget saya, kamu mending diam saja." ucap Melviano lalu menyalakan radio agar tidak terlalu hening.
Melviano mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hingga tak butuh waktu yang lama akhirnya mereka sampai di tujuan. Melviano sangat bersyukur karena hari ini tidak terlalu macet.
"Kita akan makan disini ,kamu belum makan kan," ucap Melviano setelah mereka sampai di Cloud, salah satu restoran hits di Jakarta.
"Pak, ini beneran kita mau makan disini?"
"Hem," balas Melviano.
Rista tercengang, pasalnya Melviano mengajaknya makan di restoran yang cukup mahal. Uang jajannya bulan ini bisa habis jika dia makan disini.
"Saya gak punya uang kak makan disini," jujur Rista.
Melviano terkekeh geli. "Siapa yang nyuruh kamu bayar, saya yang bayar."
"Oh, oke," ucap Rista. Lumayan pikir nya.
"Eh," ucap Rista saat tangannya kembali digenggam oleh Melviano.
Melviano membawanya ke rooftof lalu menarik kursi untuk Rista.
"Makasih pak," ucap Rista yang diangguki oleh Melviano lalu dirinya duduk berhadapan dengan Rista.
Sedangkan Rista sedari tadi selalu bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan dosennya yang satu ini. Di kampus, pria itu begitu tegas dan galak namun lihatlah sekarang.
"Kamu mau pesan apa?"
"Eum steak sama cocktail aja deh pak," ucap Rista.
Cloud adalah restoran yang mengadopsi tema Eropa. Sehingga sebagian besar menunya adalah masakan khas Eropa.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments