"Kamu apa-apaan sih," sentak Rista seraya menepis tangan Jeremy dengan kasar.
Gadis itu menyanggupi permintaan Jeremy yang ingin bertemu dengan nya. Dia juga ingin berniat berbaikan dengan pria itu dan kembali seperti semula. Tapi bukan nya mendpatkan jalan yang cerah mereka malah berakhir dengan adu mulut kembali. Untung saja tempat merekaa bertemu sepi jadi tak akan ada yang melihat pertengkaran mereka. Pria itu memang mengajak Rista untuk bertemu di sebuah roftoof kafe di Jakarta yang memang masih sepi pengunjung.
Rista jadi merasa menyesal sudah datang untuk menemui pria itu. Perkataan dari Jeremy benar-benar membuat dirinya sakit hati. Pria itu seperti tidak memikirkan perasaan nya dan tidak memfilter ucapan nya.
"Udahlah Jer, kalo kamu memang pengen udahan sama aku. Yaudah. Gak usah kayak gini! ucap nya sambil mengelus tangan nya yang dicengkram oleh Jeremy.
"What the hell! kenapa sih lo bilang udahan mulu hah1 bener kata gue kan lu tu mau sama dosen lu makanya lu mau putus sama gua, lu murahan tau gak!" ucap Jeremy lagi dan lagi yang berhasil membuat jantung Rista bersenyut sangat sakit.
Lidah nya kelu dan bibir nya bergetar, gadis itu bahkan sampai menghapus air mata nya dengan kasar karena tidak tahan dengan perkaataan Jeremy yang masih ada rasa sayang di hati nya untuk pria itu.
Sakit. Sakit sekali rasanya saat orang yang kita sayang mengatakan kata kasar di hadapan kita.
"Kamu kenapa jadi gini sih Jer, kamu kenapa ngomong kaya gitu sama aku," lirih Rista dengan sendu seraya menatap Jeremy yang kini menatap nya dengan berang.
"Arghh,"
Jeremy mengerang frustasi, mengacak rambut nya kasar serta mengusap wajah nya dengan gusar menggunakan kedua tangan nya.
Bug
Rista menjerit kaget sampai memejamkan mata nya karena tindakan Jeremy yang tiiba-tiba dan tidak di duga oleh nya sama sekali. Pukulan Jeremy begitu kuat dan Rista begitu yakin jika tangan pria itu pasti telrluka.
Dan benar saja, Rista dapat melihat tangan Jeremy yang kini sudah memerh sert teluka dan mengeluarkan darah di tangan nya.
Pria itu memukul tembok menandakan seberapa besar kemarahan nya. Tapi rasa marah itu lebih besar kepada dirinya sendiri.
Ingin Rista menghampiri dan melihat sendiri luka Jeremy namun dia terlalu takut untuk mendekati pria itu sekarang. Tatapan pria itu benar-benar dingin sekarang.
Jeremy kini membalikkan badan nya menghadap ke araah Rista. Jeremy nampak seperti akan ingin memakan nya sekarang. Tak lama pria itu melangkah ke arah nya membuat Rista melotot dan refleks mundur berniat menghindari Jeremy.
Grep
Tubuh Rista menegang dan Jeremy menyadari hal itu. Pria itu lantas memeluk Rista dengan erat.
Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis dalam dekapan nya. Memeluk pinggang nya dengan sangat Posesif seakan takut kehilangan dan gadis itu pergi dari jangkauan nya.
"Maaf, maafin aku sayang, aku mohon maafin aku. Aku--'
"Hiks maafin aku, aku kelepasan aku gak sadar bilang hal yang menyakiti hati kamu. Maafin aku sayang. Tolong maafin aku," ucap Jeremy yang tersesat jika diri nya memang sudah sangat keterlaluan.
Dia membuat hati gadis itu menjadi sangat rapuh. Hanya karena emosi dan cemburu yang menjadi satu.
Dia melampiaskan semua nya kepada kekasih nya yang seharusnya tak mendapat kan perlakuan seperti itu dari nya.
"Maafin aku,"ucap Jeremy berulang kali.
Rista dapat merasakan air mata pria itu yang kini sudah membasahi baju nya.
Terkadang dia meruntuki dirinya sendiri karena sangat mudah tersentuh dan juga tak tegaan pada Jeremy.
Rista akhirnya membalas pelukan Jeremy dengan tak kalah erat. Dia benar-benar merindukan Jeremy.
"Aku ngerti, tapi jangan ulangi lagi ya, aku gak mau tau pokoknya kamu gak boleh ngomong kayak gitu lagi sama aku," ucap Rista sembari melepaskan pelukan nya.
"Kau Janji sayang," ucap Jeremy pelan dengan sisa-sisa isakan yang keluar dari mulut nya.
Mata Jeremy kini memandang ke arah tangan Rista yang memerah dan terlihat membiru.
Dia meringis melihat nya, sekuat itukan tadi dia menarik Rista hingga membuat tangan yang putih itu menjadi nampak kebiruan.
"Maaf," gumam nya lagi dengan pandangan yang sangat merasa bersalah.
Pria itu mengajak Rista untuk duduk dan mengusap lengan Rista menggunakan jari besar nya.
"Pasti sakit ya," ucap Jeremy meruntuki diri nya dalam hati.
"Udah gak kok, tangan kamu tuh yang luka. Pake acara pukul tembok segala. Disini gak ada p3k lagi. Aku juga gak bawa, apa kita pulang aja," ucap Rista menyentuh tangan Jeremy yang meninggal kan bekas luka.
"Gak, jangan dulu. Kita disini dulu ya. Dan luka di tangan aku ini gak ada apa-apanya di banding kan apa yang kamu rasain sayang. Aku keterlaluan . Maaf selalu seperti itu saat marah padamu," sesal Jeremy.
Dia memang akan menjadi sangat toxic jika sedang dalam amarah. Pria itu akan selalu berkata dengan kasar namun setelah pertengkaran sudah usai, dia sendiri juga yang merasa bersalah kemudian.
"Pelan-pelan aja ngubahnya Jer. Gak ada yang instan. Tapi kamu harus bersuaha juga. Mending jika kamu marah kamu langsung ninggalin aku aja biar gak keluar kata-kata seperti itu lagi," ucap Rista.
Menurut nya itu ampuh, menangkap diri sejenak lalu menyelesaikan masalah dengan kepala yang dingin tanpa ada emosi soal pun di dalam nya.
"Aku bakal coba sayang," ucap Jeremy menampilkan senyum nya yang paling manis.
"Tapi jangan lama-lama juga, jangan ngilang juga pokok nya terus jangan cuek," ucap Rista yang masalah membuat Jeremy terkekeh.
"Yah kan harusnya kaya gitu dong, nanti aku malah kelepasan kalau gak jauh-jauh dari kamu. Mulai hari ini kalau aku marah kamu harus biasain sendirian. Nanti aku balik lagi sayang dari pada aku kayak tadi," ucap nya.
"Huft, terserah deh, yang penting kamu gak ngomong kasar lagi sama aku," ungkap Rista.
Jujur dalam hati nya masih merasakan perih. Perkataan Jeremy bahkan masih sangat jelas di ingatan nya. Dia tak bisa melupakan nya begitu saja.
"Tapi aku tetap gak suka ya kamu deket-deket sama dosen kamu itu," ucap Jeremy dengan wajah datar nya.
"Tadi pagi kamu malah ninggalin aku dan kemarin kamu lebih milih pulang bareng dia daripada bareng sama aku. Udah gitu pada makan segala gimana aku gak semarah ini coba," Jeremy akhirnya mengeluarkan unek-unek nya.
Sedangkan Rista terkejut bagaimana pria itu bisa tahu jika dia makan bersama dengan Melviano kemarin.
"Aku ikutan kalian habis dari kampus, kamu gak sadar kan? iyalah orang nikmatin makan bareng dosen ganteng nya, pacar nya dianggurin dan ditinggalin," sindir Jeremy.
Rista menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Wajar saja jika pria itu marah tadi.
"Maaf," cicit nya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments