GODAAN

Sekar sudah membaik, gadis itu juga sudah bersiap ke sekolah, Rita menunggui gadis itu menghabiskan sarapannya. Wanita baik itu tak mau Sekar kembali pulang dalam keadaan pingsan karena kekurangan nutrisi.

"Jangan sungkan sayang. Ini juga rumahmu, kau juga bagian dari keluarga ini," ujarnya lembut dan penuh perhatian.

Sekar mengangguk, gadis itu begitu tersentuh akan perhatian dari nyonya rumah. Tadinya Sekar sedikit takut untuk berinteraksi, dari cerita para tetangga yang juga bekerja di rumah orang kaya. Semua majikan sangat arogan dan membedakan mereka. Bahkan ada yang disiksa oleh majikan mereka.

"Makasih Nyonya," ujar Sekar tersenyum.

"Ah ... kau cantik sekali jika tersenyum sayang," puji Rita senang melihat putri dari asisten rumah tangganya itu.

Setelah pamit, kali ini Sekar diantar oleh Bastian. Charlie dan Reynold tak bisa mengantar karena usai subuh mereka harus keluar kota.

"Terima kasih Tuan!" ujar Sekar ketika turun dari mobil.

"Sama-sama Nak," sahut Bastian lembut.

Pria itu sangat senang dengan Sekar. Diam-diam Bastian selalu menanyakan perkembangan gadis itu di sekolah.

"Sekar anak yang pintar Pak. Dia bisa bersaing dengan teman satu kelasnya yang juga pintar," ujar kepala sekolah melaporkan.

"Terima kasih atas laporannya Bu," ujar Bastian.

Pria itu juga sering menerima hasil ujian dari gadis itu yang selalu rebutan dengan teman sebangkunya. Bukan hanya itu tetapi kisah asmara Sekar juga ia tau.

"Anak jaman sekarang, sudah berani pacaran!' kekehnya gemas.

Sekar duduk di bangkunya. Beberapa teman sudah datang. Ia melihat tas milik Danar tapi remaja itu tidak ada di kelas. Gadis itu mencari keberadaan pacarnya itu.

"Danar mana?" tanyanya.

"Tadi lihat ke kamar mandi," jawab Jejen.

Tak lama Danar datang dan keduanya saling senyum. Sekar tidak masuk selama satu hari. Danar sudah merindukan kekasihnya itu.

"Aku kangen," ujarnya memeluk Sekar sebentar yang langsung disambut riuh satu kelas.

"Cieee ... serasa kita pada ngontrak nih!" gurau Mahdi.

Danar dan Sekar tersenyum malu. Kini mereka harus fokus ke depan karena guru IPS masuk. Dua jam berjalan mereka berkutat dengan buku dan papan tulis.

Kring! Semua bernapas lega mendengar bunyi bel itu. Guru keluar ruang kelas lalu semua berhamburan.

"Apa kau membawa bekal?" tanya Danar meletakkan kotak bekalnya.

Sekar mengangguk, ia juga mengeluarkan kotak bekal yang sangat bagus.

"Wah bagus sekali, pasti mahal!" seru Danar.

"Ini punya majikanku," jawab gadis itu.

"Udah ... kita makan yuk," Danar membuka kotak bekal pacarnya.

"Wah ... enak sekali baunya!' pujinya lagi.

"Daging, telur, sayur," Sekar hanya tersenyum.

"Ini juga enak, ikan bakar, tumis jagung dan brokoli, sambel," ujar Sekar balas memuji.

Keduanya pun makan bersama. Danar sesekali menyuapi kekasihnya. Kegiatan mereka ditatap oleh makhluk tak kasat mata. Re dan Ri menatap dengan mata merah, walau ada senyum di bibir pucat mereka. Tetapi, kedekatan Sekar dengan Danar tak bisa membuat keduanya berkutik.

"Siapa Danar?" tanya Ri gusar.

"Aku tak tau, tapi rumahnya sangat terang di malam hari. Banyak yang mati jika berusaha masuk rumah itu," jawab Re.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus membawa Sekar untuk ikut ke tempat kita!' ujar Ri.

"Teman kita dikelilingi orang-orang yang sangat kuat, jika kita memaksa ... kita perlu ribuan waktu untuk kembali," sahut Re.

Ri begitu kesal, hingga tiba-tiba suasana yang cerah mendadak pengap. Kedua insan yang sedang bercanda mesra jadi terdiam karena merasakan hawa yang mendadak pengap.

"Eh ... apa kau merasa jika udara makin berat?" tanya Danar.

Sekar tau apa yang terjadi, ia menatap Ri si pembuat masalah. Gadis itu menatap tajam teman astralnya. Ri tak peduli, makhluk kasat mata itu terus mengerahkan kekuatannya. Ia mau menyingkirkan Danar.

"Ri hentikan ... kau berasap!" seru Re memperingati.

Ri terpaksa menghentikan kekuatannya sebelum ia yang terbakar sendiri. Sekar menyungging senyum meledek teman astralnya itu.

"Sekar berubah Re," ujar Ri tak percaya.

"Ya ... dia berubah jadi lebih kuat," sahut Re setuju.

"Sekar ... kau melupakan kami," ujar Ri mendekati gadis itu.

Danar merasa tengkuknya merinding, ia menggosoknya sambil beristighfar, Ri lari tunggang-langgang.

"Siang anak-anak!' ujar pak guru masuk dalam kelas.

"Buka buku halaman delapan!" titahnya.

Semua murid membuka halaman buku yang diminta. Dalam hitungan menit kelas itu fokus dalam pelajaran. Memang kelas dua A diduduki oleh banyak anak terpelajar, selain itu mereka begitu menurut pada guru mereka.

Bel istirahat kedua berbunyi. Kini Danar membawa Sekar berjalan beriringan, ada taman bunga yang baru saja rampung. Keduanya dan beberapa anak sekolah yang juga berpacaran banyak berselfie ria di sana.

"Katanya kau punya ponsel baru, tunjukkan padaku!" ujar Danar.

"Aku nggak bawa," cicit Sekar.

"Loh ... kok nggak bawa?" tanya Danar bingung.

"Takut hilang, benda itu pemberian ayahku ketika ulang tahun kemarin," jawab Sekar.

"Astaga ... aku lupa sayang," ujar Danar terkejut.

"Tak masalah," ujar Sekar santai.

"Lalu bagaimana jika ada kelas tambahan?" tanya Danar.

Sekar terdiam. Gadis itu memang tak pernah membawa ponselnya, ia takut benda mahal itu hilang jika terus dibawa. Sedang Tono hanya menatap benda pipih itu tergeletak manis di meja belajar putrinya.

"Bagaimana ayah mengabarimu apa-apa jika kau tak bawa ponselmu?" keluh pria itu.

Sedang di sekolah. Danar banyak menjepret foto di taman sekolah. Banyak pose Sekar ia abadikan di kameranya. Gadis itu tersenyum bahagia melihat dirinya yang ternyata begitu cantik ketika difoto.

"Berapa nomormu, biar kukirimkan semua foto ini!' ujar Danar.

"Aku lupa," sahut Sekar malu bukan main.

Danar lagi-lagi menghela napas panjang.

"Ya, sudah ... besok bawa ponselmu ya. Ayahmu pasti punya maksud memberikan ponsel itu padamu, lagipula benda itu sangat penting untuk menghubungi orang rumah jika dalam keadaan genting," jelas Danar.

Sekar hanya diam, ia melirik banyak teman tak kasat mata di sekitarnya. Ia sangat yakin tak ada yang berani mendekatinya selama teman-temannya itu bersamanya.

Mereka masuk kelas. Kali ini kembali guru matematika masuk, Bu Mener mengusap kepala Sekar dengan penuh kasih sayang.

"Ibu merasakan kekuatan lain dalam dirimu Nak. Apapun itu, kau gunakan dengan baik ya!" nasihatnya.

"Iya Bu, makasih," ujar Sekar.

Pelajaran pun berlangsung hingga bunyi bel tanda berakhirnya pelajaran. Semua anak menghela napas lega. Walau setelah itu mereka kembali bersorak kecewa karena Bu Meneria memberi mereka pekerjaan rumah.

"Bu ... kan mau liburan ... jangan kasih PeeR banyak-banyak dong!" protes Beni.

"Bentar lagi ujian, PeeR ini buat nilai tambahan kalian!' jelas wanita itu tegas.

Tak ada protes lagi, semua menerima dengan lapang dada. Kali ini Sekar dijemput oleh tuannya. Gadis itu melambaikan tangan pada kekasihnya.

"Dasar anak jaman sekarang," kekeh Bastian sedikit iri.

"Jangan cemburu Pak. Jaman saya dulu, pegangan tangan sama cewe nggak berani takut cewenya hamil," sahut supir sambil terkikik geli mengingat kisah masa lalunya.

Bastian ikut mengangguk, ia juga ada di usia Sekar, cinta monyet istilah orang. Sedang tatapan mata merah mengikuti kemana Danar pergi.

bersambung.

Next?

Terpopuler

Comments

aidernia_Novelia

aidernia_Novelia

yeaaa Sekar tambah kuat nih 👏

2023-01-08

1

🦈✰͜͡w⃠ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤᴀ✪⃟𝔄☀⍣⃝కꫝ🎸

🦈✰͜͡w⃠ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤᴀ✪⃟𝔄☀⍣⃝కꫝ🎸

Waaaah Re & Ri masih menaruh dendam sama Danar rupanya

2022-12-02

2

ᴍ֟፝ᴀ Odette🏁

ᴍ֟፝ᴀ Odette🏁

Omo Omo 🙈🙈🙈🙈

Astaghfirullah 😳

2022-11-13

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!