TEMAN-TEMAN SEKAR 3

Sekar datang ke sekolah dengan langkah ringan. Kantung matanya mulai menghitam, gadis itu sulit tidur tadi malam, karena ayahnya memutar murotal bacaan Al-Qur'an sedikit lebih keras. Gadis itu benar-benar tak bisa tidur hingga subuh menjelang.

"Kau kenapa Sekar?" tanya Danar yang melihat teman sebangkunya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.

Sekar tak mendengar, gadis itu tertidur. Danar membiarkannya. Tak lama bel masuk berbunyi, Sekar terpaksa bangun dan membuka matanya lebar-lebar. Beruntung Bu Meneria tak memberi ulangan hari ini. Jadi Sekar masih bisa dengan baik menerima semua pelajaran yang masuk.

Bel istirahat berbunyi, Sekar memilih kembali tidur. Danar menungguinya, remaja itu melarang semua teman yang masuk untuk ribut. Danar memang sangat ditakuti di kelas bahkan tak ada yang berani dengannya jika dia sudah marah.

Sekar terbangun sebelum bel istirahat pertama berakhir. Ia sedikit segar, memilih ke kamar mandi dan mencuci mukanya agar tak lagi mengantuk.

Sekar tak mempedulikan makhluk astral yang mengikutinya. Dari yang merayap hingga yang merangkak. Sekar sepertinya sudah mulai lelah dengan mereka.

"Jangan ganggu aku dulu," pinta gadis itu.

"Sekar ... kau teman kami sekarang," ujar salah satu makhluk itu.

"Tolong sebelum aku melakukan sesuatu untuk mengusir kalian!" ancam gadis itu.

Semua menoleh pada Sekar yang berbicara sendiri. Semua menjauhi gadis itu dan mulai berbisik-bisik.

"Sekar bicara sama siapa?" tanya salah satu dari mereka.

"Entah lah ... apa dia gila?"

Sekar bukan tidak mendengarnya. Tapi memang makhluk-makhluk itu membuatnya seperti orang gila.

"Sekar ...."

"Bisakah kalian diam!" bentak gadis itu mulai kesal.

Semua kembali menoleh padanya. Tak ada lawan bicara gadis itu. Sekar mulai tak terkendali. Gadis itu berteriak keras karena sudah tak bisa menahan diri.

Beberapa guru mendatanginya. Mengira Sekar mengalami depresi hebat. Meneria memeluk gadis itu dan menenangkannya.

"Tidak apa-apa, Nak ... tidak apa-apa. Lepas kan saja agar kau lega!" ujar wanita itu.

Ahmad tidak masuk hari ini. Pria itu tengah mengawal beberapa anak didiknya mengikuti sebuah event besar antar sekolah. Guru agama itu juga merupakan guru pembimbing dan pembina bakat siswa.

"Kau sudah baik-baik saja?" tanya beberapa guru.

Sekar di bawa ke ruang uks. Gadis itu sudah minum teh hangat dan makan roti untuk mengganjal perutnya yang memang kosong. Gadis itu mengangguk, ia sudah lebih baik sekarang.

"Kamu boleh pulang jika mau," ujar salah satu guru kesehatan.

"Saya baik-baik saja Pak, makasih," sahut gadis itu.

Sekar kembali ke kelasnya. Ia memang sudah merasa lebih baik. Beberapa teman astralnya menatapnya dari kejauhan. Danar memandang temannya penuh kekhawatiran.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Danar.

Sekar mengangguk, Danar bernapas lega. Bu Sasha masuk, wanita itu menggantikan Ahmad sebagai guru agama.

Beberapa teman astral mendekati Sekar. Gadis itu menghela napas panjang. Guru di depannya hanya menjelaskan beberapa materi lalu semua murid disuruh mengerjakan tugas di buku lembar kerja siswamya.

"Tulis arabnya yang benar ya!"

"Bu ... saya sedang haid!" Sekar menunjuk tangan.

"Siapa lagi yang haid di sini?" tanya guru cantik itu.

Beberapa murid perempuan menunjuk tangannya. Sasha meminta yang tidak belajar keluar kelas agar tidak menganggu yang belajar. Bahkan murid-murid yang beragama berbeda diminta keluar dari kelas. Berbeda dengan pengajaran Ahmad sebelumnya yang membiarkan semua murid di dalam selama tidak mengganggu.

Sekar menuju taman sekolah. Bangku di sana digeser di dekat pohon rindang agar tak panas. Gadis itu pun duduk. Beberapa teman tak kasat mata ikut duduk di sana.

"Sekar," sebuah senyum tersungging.

"Hai!" sambut Sekar.

Sosok tampan itu ingin mendekat, tetapi tubuh Sekar tak bisa didekati olehnya. Ada selimut tipis melindungi gadis itu.

Tak ada percakapan berarti, mereka semua diam tak berani mendekati Sekar sama sekali. Hingga bel berbunyi, gadis itu berdiri dan kembali ke kelasnya.

"Siapa yang menyelimuti gadis itu?" tanya sosok tampan berubah wajah menyeramkan.

"Kami tidak tau!" jawab salah satu makhluk.

Sekar kembali ke kelasnya. Ia merasa lebih segar dari sebelumnya. Himpitan di dadanya terasa lebih ringan sekarang.

Mereka tengah beristirahat, beberapa anak gadis mendekati Sekar dan bertanya yang terjadi pada gadis itu.

"Aku hanya merasa ingin teriak saja," jawab Sekar.

"Kamu butuh refreshing, Sekar," sahut salah satu temannya.

"Kita ke pasar malam yuk!" ajaknya.

"Tempatnya nggak jauh dari sini. Pulang sekolah kita bisa beli karcisnya lalu pulang dan kembali selepas isya," lanjutnya.

"Aku tak bisa keluar malam," jawab Sekar.

"Masa kamu nggak boleh main sama ayah dan ibumu?" tanya Santi.

"Kami tinggal bersama majikan," jawaban Sekar membuat semuanya diam.

Akhirnya mereka kembali belajar. Gadis itu sesekali melirik pada teman-temannya yang tak terlihat. Mereka memang ada di sekitar gadis itu tapi tidak mendekat.

"Kalian kenapa menjauh?" tanya Sekar bingung.

"Karena baumu sedikit hilang Sekar," jawab salah satu mahkluk itu.

Gadis itu terdiam, walau ia senang dirinya tak terlalu berat tetapi ia merasa kehilangan dengan semuanya.

Sekar kembali duduk di taman. Danar mendekati teman sebangkunya memberikan satu kue dalam plastik kemasan.

Semua mahkluk kembali menjauhi Sekar. Hingga pulang sekolah, baru kali ini gadis itu merasa enteng dari semuanya.

"Sekar ... mana baumu?" tanya salah satu dari mereka.

"Kami kehilangan dirimu Sekar!"

"Sekar!"

Gadis itu terus berlalu, ia memang senang hari ini tak ada yang mengganggunya setelah ia berteriak tadi.

"Sekar!" Brenda memanggil anak pembantunya itu.

"Saya Nona," sahut gadis itu.

"Aku butuh bantuanmu!" ujar Brenda.

Sekar menolak ajakan anak majikannya. Gadis itu belum masuk mansion besar itu.

"Saya nggak mau!" tolak gadis itu..

"Kau harus mau ... kalo tidak ayah dan ibumu kuusir dari rumahku!' ancam Brenda.

"Aku tidak mau!" tolak Sekar.

"Brenda!"

Gadis kaya itu melepas tarikannya pada lengan Sekar. Tangan gadis itu sampai memerah. Sekar memilih berlari masuk rumah. Brenda mencari siapa yang memanggilnya tadi.

Namun suara yang mirip salah satu kakak laki-lakinya itu sama sekali tak kelihatan.

"Terima kasih Re!" sahut Sekar.

"Kau bisa lihat Sekar ... bagaimana jahatnya teman-teman manusia mu itu!" sahut anak kecil dengan mulut robek.

"Mereka tidak ada yang tulus ... aku bisa menjaminnya!" lanjut bocah pucat itu.

Sekar hanya diam. Memang selama ini teman-teman hantunya itu yang selalu menolongnya.

"Danar baik," sahut gadis itu.

"Kau yakin kebaikannya tulus?" tanya mahluk yang bernama Re itu.

"Percayalah jika anak itu hanya ingin keuntungan darimu!" lanjutnya.

Sekar diam, ia memang belum tau maksud tujuan Danar baik padanya saja. Remaja itu tak pernah baik dan perhatian dengan siapapun.

"Jauhi dia ... aku takut, dia malah menjebak mu dan ingin menodaimu," hasut Re pada Sekar.

Bau tubuh yang disukai Re kembali keluar dari tubuh Sekar. Mereka tersenyum senang.

"Akhirnya kau kembali Sekar!"

Bersambung.

Next?

Terpopuler

Comments

Zay Zay

Zay Zay

nie tu jln cerita nya gimana sich,kok plinplan gitu.

2023-08-27

1

나의 햇살

나의 햇살

bukannya pangeran astral tadi yg mau menodainya???

2023-01-26

2

aidernia_Novelia

aidernia_Novelia

next

2023-01-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!