Brenda kini tertunduk jika bertemu dengan Sekar. Gadis delapan belas tahun itu bermimpi buruk setelah gagal mempermalukan anak pembantunya itu.
Sesungguhnya Brenda tak sebaik dua kakak laki-lakinya, ia terkesan sombong dan angkuh. Namun gadis itu hanya berani berbuat itu secara sembunyi-sembunyi. Ia juga takut jika ketahuan ayah atau ibunya jika berlaku sombong. Terlebih dua kakak laki-lakinya tidak akan membelanya jika Brenda bersalah.
"Nyonya, saya pergi dulu ya," pamit Sekar.
"Hati-hati sayang," ujar Rita tersenyum ramah.
Brenda duduk di belakang laksana tuan putri. Sungguh ia ingin menurunkan Sekar di halte atau di tengah jalan sekalian. Tetapi, semua supir atau pelayan tidak akan menuruti gadis itu. Mereka takut akan ancaman tuannya. Terlebih Bastian mengatakan jika mobil itu ada kamera pengintainya. Jadi Brenda juga tidak berani.
"Terima kasih Nona," ujar Sekar.
"Hmm!" sahut Brenda.
Sekar turun dari mobil. Kendaraan roda empat itu melaju setelah pintu tertutup. Ia menoleh pada sisi kiri dan kanannya. Banyak makhluk menyeringai seram padanya. Hari masih terlalu pagi jika mendadak mencekam dan bulu roma berdiri.
"Jangan ikuti aku," pinta gadis itu.
"Baumu harum Sekar," ujar salah satu sosok yang dapat mencopot tangan dan kakinya jika berjalan.
Gadis itu hanya bisa menghela napas panjang. Ia berjalan begitu ringan, seakan melayang. Gadis itu duduk di bangkunya yang kebetulan ada di barisan tengah paling belakang.
Krieet! Bunyi kursi bergerak tanpa ada yang menggerakkan. Sekar buru-buru memegang kursi bergerak itu, semua teman sekolah menoleh padanya.
"Maaf," ujar gadis itu.
Tak lama kelas itu mulai penuh murid, banyak makhluk halus pergi, mereka tidak suka keramaian. Walau ada beberapa yang bertahan.
"Bu ... kita panggil ustad ke sini sih!" ujar Danar menggosok tengkuknya.
Sekar membola, ia melihat salah satu teman tak kasat matanya tengah meniup tengkuk remaja yang duduk di sebelah Sekar.
"Ada apa Danar?" tanya Bu guru bingung.
"Masa Ibu nggak ngerasain?" tanya Danar.
Sebenarnya ibu guru Indah memang merasakan hawa lain di sekitarnya, tapi wanita itu mengabaikannya.
"Baca doa Danar!" titah ibu guru.
Wanita itu kembali menjelaskan pelajaran di papan tulis. Bunyi derit antara papan tulis dan kapur sedikit memekakkan telinga. Ciiit! Ciiittt!
"Ada yang ditanyakan?" tanya Bu guru.
"Saya Bu!" Hamdan unjuk tangan.
"Ya, silahkan!" ujar Bu guru.
"Kapan kita istirahat?" tanya Hamdan yang langsung diberi sorakan.
Bunyi bel membuat semuanya bersorak. Ibu guru mengambil semua peralatan alat tulisnya dan pergi ke ruang guru.
"Sekar," panggil sosok yang merangkak dengan tubuh terbalik.
"Kau siapa lagi?" cicit gadis itu sedikit beringsut.
Semua temannya sudah keluar kelas dan kini ia sendirian.
"Aku De," jawab sosok seram itu lalu merangkak ke dinding dan bercokol layaknya laba-laba. Lalu datang wanita yang meneteng kepalanya.
"Aku Le," ujarnya memperkenalkan diri.
Makin lama teman Sekar makin banyak. Semua mengobrol dengan bahasa mereka. Sekar tak bisa berkata apa-apa karena dia tidak mengerti percakapan mereka.
"Sekar!' gadis itu menoleh.
Semua sosok yang berkumpul hilang dan menyisakan semuanya. Danar menatap aneh teman sebangkunya itu. Entah dia yang berhalusinasi atau memang itu yang dilihatnya.
"Kau berbicara dengan siapa?" tanya remaja itu.
"Aku tidak bicara dengan siapa-siapa," jawab Sekar.
"Kamu nggak jajan?" gadis itu menggeleng.
Sekar tidak suka makan, walau majikannya memberinya uang dua ratus ribu rupiah sehari.
"Ini makanlah," Danar memberikan satu bungkus roti manis.
"Terima kasih," cicit gadis itu lirih.
Bel istirahat berakhir. Kini semua murid kembali fokus dengan pelajaran yang datang. Kali ini pelajaran agama, Sekar begitu tenang selama pelajaran itu berlangsung, semua mahkluk menyeramkan itu tak mendekatinya sama sekali.
Tak lama bel tanda berakhir jam pelajaran berakhir berbunyi. Semua anak bersorak gembira. Semua keluar kelas setelah guru agama mereka keluar.
"Sekar!"
Gadis itu memilih terus berjalan dan mengabaikan teman-teman barunya. Beberapa di antaranya menatap penuh dengan tanya, kenapa Sekar bisa melihat mereka.
"Jangan dekat-dekat mereka Sekar!" larang salah satu makhluk tak kasat mata.
"Pergi!" sentak gadis itu pada sosok yang menahannya.
"Sekar, kamu kenapa Nak?" guru agama datang karena melihat muridnya seperti marah-marah pada seseorang.
Semua mahkluk berlarian ketika guru agama itu mendekati Sekar. Pak Ahmad mengerutkan kening, ia belum yakin dengan apa yang ia cium dari tubuh anak muridnya yang baru saja belajar mengajar tiga hari lalu itu.
"Saya tidak apa-apa, Pak," jawab Sekar senang didekati oleh guru agamanya.
"Langsung pulang ya Nak," ujar pria itu mengelus kepala anak muridnya.
Sekar mengangguk, untuk pertama kalinya ia melangkah dengan begitu bahagia. Tak ada satu mahkluk mendekatinya. Hingga ketika ada seorang anak perempuan menghadangnya.
"Berhenti ... Lo mesti tanggung jawab!" teriaknya.
Tiba-tiba gadis yang menghadangnya menyiram air ke arah Sekar. Semua berteriak, tetapi yang terjadi adalah air yang disiram malah berbalik ke arah gadis itu sendiri.
"Aah!" pekiknya.
Wajah Nadia melepuh, beberapa guru langsung menyiram air ke wajah gadis itu agar tak terjadi kerusakan. Nadia pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Sekar menatap teman-teman tak kasat matanya.
"Dua kali mereka menolongku," gumamnya pelan.
"Karena kami temanmu Sekar," ujar salah satu sosok tinggi besar.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya guru agama.
"Tidak apa-apa Pak, Terima kasih,," ujar Sekar.
"Mau Bapak antar?" Sekar langsung menggeleng.
"Tidak Pak terima kasih!" tolaknya.
Guru itu menaiki motornya dan melaju. Sekar menghela napas panjang.
"Jangan ganggu lagi!" pintanya.
"Kami melindungimu Sekar," ujar anak kecil yang kepalanya terbalik.
Sekar pulang ke mansion majikannya. Seperti biasa, setelah makan siang. Gadis itu kembali membantu ibunya bekerja.
Malam tiba, untuk pertama kalinya Sekar tidur dengan nyenyak. Sedang di tempat lain tampak Pak Ahmad mampu membakar beberapa makhluk dengan doa-doanya.
"Jangan ganggu Sekar! Kalian bukan dari kalangan manusia!"
"Cih ... jangan sok suci kau manusia!" sentak sosok tinggi besar yang hendak mencengkram leher Ahmad.
"Buktinya tadi siang, manusia yang kau katakan lebih sempurna dari kami mampu menyerang teman kami tanpa alasan!" bentak sosok itu.
Pria itu bungkam, sebuah doa meminta perlindungan ia ucapkan. Sosok itu menjerit keras.
"Sekar!" pekiknya kesakitan.
"Tidak akan kubiarkan kau mengganggu muridku!" tekan Ahmad lagi.
"Tidak bisa ... kau tidak berhak melarang kami. Sekar adalah bagian kami, harum tubuhnya adalah pemanggil sosok-sosok seperti kami!"
Semua sosok pergi. Ahmad terkulai lemah di atas sajadah. Pria itu terengah-engah, peluh bercucuran ia lalu mengucap istighfar.
"Jauhi Sekar, jika kau tak ingin semuanya kacau. Gadis itu pembawa misi ... hanya dia kunci dari sebuah peristiwa yang akan terjadi nanti!" sebuah suara tanpa rupa memperingati pria itu.
Sedang di kamar Sekar. Gadis itu kembali terbangun dengan peluh di keningnya dan napas menderu. Ia terkejut mendengar teriakan yang memanggil namanya.
"Sekar ... hanya kami yang bisa kau percaya dan tak akan mencelakaimu," bisik suara tanpa rupa.
Bersambung.
"Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." Q.S. Al-A’râf/7:16-17.
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Annisa alma
dan arti ayat itu benar ya thor
2022-12-22
1
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Alhamdulillah ada pak Ahmad yang setidaknya bisa mengerti keadaan Sekar
2022-12-01
2
aidernia_Novelia
pak guru dan Danar bukan orang sembarangan nih
2022-11-01
1