SEKAR

Pagi hari semua sibuk, Sekar sudah memakan sarapannya. Gadis itu harus makan di meja makan bersama majikan dan dua putranya. Rita tak mau Sekar tak memakan sarapannya. Wanita itu benar-benar memperhatikan kondisi anak perempuan dari asisten rumah tangganya itu.

Setelah sarapan, Sekar diberi bekal oleh ibunya. Kini gadis itu ikut dengan Charlie karena Reynold dan Bastian tak bisa mengantar.

"Terima kasih Tuan muda," ujar Sekar ketika turun dari mobil.

Charlie tak merespon. Pemuda itu sibuk dengan ponselnya. Mobil bergerak meninggalkan Sekar. Gadis itu hanya menghela napas panjang. Sepanjang sarapan tadi, Charlie menatapnya dengan pandangan ketidaksukaan. Berbeda dengan Reynold yang tersenyum manis ketika menatapnya.

"Biar bagaimanapun aku hanya anak babu," gumam gadis itu lirih.

Sekar pun masuk ke kelasnya, ia datang sedikit pagi hari ini. Danar belum datang lagi, masih setengah jam ia harus menunggu. Hanya ada beberapa guru dan penjaga sekolah yang ada. Sekar bertugas piket hari ini mulai menyapu kelas. Tak lama satu persatu murid datang.

"Eh ... udah disapu sama babu," ejek Nina sambil terkikik.

Sekar tak mempermasalahkan hal itu karena memang benar adanya. Gadis itu terus menyapu hingga keluar kelas bertepatan kedatangan Danar.

"Hai!" sapa gadis itu.

Danar tersenyum padanya dan mengangguk, remaja itu tengah menempelkan benda pipih di telinganya dan berlalu melewati Sekar begitu saja. Gadis itu mengernyit bingung. Tetapi ia pun abai, Danar memang suka begitu.

Ia pun duduk dengan tenang tak mau mempedulikan kekasihnya yang masih bercengkrama di telepon dengan menggunakan bahasa daerahnya. Terkadang pipi remaja itu memerah karena tertawa lirih, dari cara bicaranya Danar seperti tersipu dan merengek manja pada sosok yang ada di seberang telepon.

"Iya ... tak pateni sek yo hapene ... aku wes nang sekolah Iki!" ujarnya.

Danar mematikan ponselnya lalu menatap dengan binaran berbeda di sana. Sekar begitu sakit, kini ia yakin Danar tak lagi menjadi kekasihnya. Gadis itu bersikap biasa saja. Tak lama guru masuk ke kelas dan memulai pelajaran setelah berdoa bersama.

Semua pelajaran terlewati. Hingga bel tanda istirahat berbunyi, Sekar setia dengan bungkamnya, bahkan ia tak melirik sedikitpun pada Danar. Biasanya Danar akan mengajaknya ke kantin atau bertanya bekal apa yang dibawa oleh gadis itu. Tetapi remaja itu berlalu begitu saja dan pergi sendirian ke kantin, ponselnya kembali ke telinganya dan bercengkrama dengan orang yang sama tadi pagi.

"Sakit kan?" Sekar menoleh pada Re.

Mahkluk tak kasat mata itu menggeser kursi hingga bunyi derit terdengar begitu memekakkan telinga. Sekar sampai meringis mendengarnya.

"Sudah kubilang jika Danar hanya merasa bersalah padamu," ujar sosok itu dengan tetesan darah yang mengalir di sela bibirnya.

Suasana mendadak gelap dan mencekam bagi siapa saja yang ada di sana. Beberapa anak murid yang tinggal di kelas memilih keluar ruangan karena tidak tahan dengan suasana yang mendadak horor.

"Sekar, kau sekarang percaya kan!" Sekar mengangguk perlahan.

Gadis itu enggan membuka bekalnya. Baru saja kemarin ia merasakan kemesraan dari Danar, namun kali ini remaja itu bahkan hanya tersenyum padanya lalu perhatian Danar seratus persen pada sosok yang meneleponnya saat ini.

"Aku yakin itu adalah gadis idamannya!" terka Ri yang ikut menggeser kursi.

"Biarkan saja," ujar Sekar dengan suara tercekat.

Sungguh sakit sekali, ia baru jatuh hati untuk pertama kali. Danar membohonginya habis-habisan.

"Jatuh cinta apaan!' ledek gadis itu.

"Maka itu ikutlah Sekar," ajak Re.

"Ayah ibuku bagaimana jika aku ikut kalian. Aku ingin membahagiakan mereka," ujar Sekar lirih.

Re dan Ri saling tatap. Keduanya bungkam jika sudah melibatkan kedua orang tua gadis yang ingin mereka ambil sukmanya itu. Kedua orang tua Sekar termasuk benteng yang kuat dan tak bisa ditembus oleh mereka.

Beberapa anak yang masuk ruangan tampak keluar lagi. Mereka selalu bergidik terlebih Sekar yang bicara sendiri.

"Eh ... Sekar ngobrol sama siapa sih?" tanya salah satu diantaranya berbisik.

"Gue nggak tau, semenjak datang dia selalu aneh," bisik lainnya lagi.

"Eh ... bukannya dia pacaran sama Danar ya?" tanya lainya. "Kok sekarang sendirian?"

"Udah putus kali. Tuh Danar di kantin lagi teleponan keknya mesra gitu," sahut yang lain.

Bel istirahat berbunyi, Re dan Ri langsung lenyap seiring matahari yang masuk dalam kelas. Semua murid berdatangan satu per satu. Danar datang dengan semburat merah di pipinya tampak sekali jika remaja itu tengah berbahagia. Sekar sama sekali tak mengusiknya, ia sudah meyakinkan jika ia sudah tak memiliki hubungan dengan teman sebangkunya itu.

"Selamat siang anak-anak!" sapa pak guru ketika masuk kelas.

"Selamat siang Pak Guru!' sahut semua anak.

"Buka halaman tiga belas!" titah guru itu.

Semua murid membuka lembar halaman buku yang diminta guru mereka. Tak butuh waktu lama mereka fokus dengan pelajaran hingga bel istirahat kedua berbunyi. Kali ini Sekar yang meninggalkan Danar sendirian di kelas, remaja itu juga asik berbalas pesan pada seseorang di tempat lain.

Sekar memilih taman bunga, di mana ia difoto oleh Danar ketika masih menjadi kekasihnya. Beberapa teman astralnya melihat dari jauh. Mereka tak berani mendekati karena suasana begitu panas dan matahari yang menyengat.

"Mungkin dia sudah menghapus semua fotoku," gumamnya lirih.

Sekar mengambil ponsel dari sakunya. Ia sudah membawa benda canggih itu, tetapi saat ia bawa malah Danar tak mau berhubungan lagi dengannya.

Sekar memasang pose terbaiknya, ia menyalakan waktu dan membidik semua gayanya. Gadis itu sangat menyukai bidikannya. Sehelai daun gugur di mengenai hidungnya begitu terkesan melow.

"Seketika hati ini gugur seperti daun yang masih hijau," tulisnya pada foto itu.

Sekar memasang foto itu di statusnya. Tak akan ada yang merespon karena hanya nomor ayah, majikan perempuannya dan juga tuan muda Reynold.

"Bikin Iagi ah," gumamnya bermonolog.

Gadis itu asik menggunakan ponselnya, sebuah akun sudah jadi menjadi identitas gadis itu di sebuah platform. Beberapa foto ia upload di sana. Tak butuh waktu lama banyak orang yang mengikutinya.

Bel tanda istirahat berakhir, Sekar masuk dengan pandangan tak percaya melihat akun yang baru ia buat.

"Follback kali ya," ujarnya mulai membuka diri.

Gadis itu pun mulai mengklik beberapa nama. Gadis itu duduk dan lagi-lagi tak mempedulikan Danar. Senyum gadis itu terulas ketika beberapa pesan di DM Ig gadis itu mengajak berkenalan.

"Kenapa kau diam dari tadi?" sebuah suara mengagetkan gadis itu.

Sekar menoleh. Danar menatapnya dengan pandangan tak suka. Dari tadi ia memancing Sekar bercengkrama dengan seseorang di luar sana agar sang gadis meresponnya. Tetapi Sekar sama sekali mengabaikannya.

"Kenapa kau diam saja?" tanyanya ulang dengan gusar.

"Kau begitu bahagia, aku tak mau mengganggumu!" jawaban Sekar membungkam Danar.

Bersambung.

Ah ... anak piyik ... begitu deh.

Next?

Terpopuler

Comments

aidernia_Novelia

aidernia_Novelia

sering ngobrol dong..kopi mana kopi

2023-01-08

1

🦈✰͜͡w⃠ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤᴀ✪⃟𝔄☀⍣⃝కꫝ🎸

🦈✰͜͡w⃠ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤᴀ✪⃟𝔄☀⍣⃝కꫝ🎸

masih pada labil sih y... ya begitu deh

2022-12-02

3

@ꪶꫝ༄©h€®®¥༄💕🇵🇸

@ꪶꫝ༄©h€®®¥༄💕🇵🇸

idih niat bikin sekar cemburu ,, kau tak tau bahwa sekar banyak pengikut nya , agar cepat melupakan kau Danar, dasar b*do"*

2022-11-29

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!