MEREKA KEMBALI

Pagi hari seperti biasa, Sekar pergi ke sekolah. Kali ini ia membawa bekal untuk istirahatnya. Sang ibu memaksa anak perempuannya untuk membawa bekal itu.

"Tolong jaga dirimu, sayang. Kau akan mengkhawatirkan kami," pinta Rita begitu perhatian.

"Baik, Nyonya," ujar Sekar menurut.

Walau ia merasa mual jika terlalu banyak makan, tapi tatapan sang ibu yang menatapnya penuh dengan rasa khawatir, membuat Sekar menelan semua makanannya.

Kini ia berjalan dengan perlahan, masuk dalam kelasnya. Sudah dari kemarin semenjak ia pingsan gadis itu belum melihat penampakan. Ia sebenarnya senang, harinya akan dilalui dengan tenang.

"Sekar!" gadis itu menoleh.

Danar turun dari sepeda motor, ia dibonceng ayahnya. Setelah mencium punggung tangan sang ayah, remaja itu berlari menyusul Sekar.

"Kamu sudah baikan?" tanyanya.

Keduanya duduk di bangku paling belakang, di barisan paling tengah.

"Aku baik-baik saja, makasih," sahut Sekar.

Danar lega, ia pun duduk dan mulai menelungkupkan wajah di lipatan tangannya.

"Kau tidur?" tanya Sekar lirih hampir tidak bersuara.

"Aku tidur larut tadi malam Sekar. Masih ada setengah jam lagi kan?' jawab remaja itu.

Sekar pun akhirnya membiarkan Danar tidur. Beberapa murid mulai masuk, mereka menatap Sekar dan Danar lalu berbisik. Gadis itu mengerutkan keningnya.

"Eh ... kemarin kamu katanya dipergoki Pak Ahmad pelukan dalam kelas ya?" tuduh salah satu teman sekelasnya.

"Apa? Dari mana asalnya?" sahut Sekar tentu membantah tuduhan itu.

"Alah ... bilang aja. Pake belaga pingsan lagi, biar nggak ketauan!" sahut lainnya.

"Aku nggak gitu!" bentak Sekar mulai emosi.

Kini, gadis itu mulai merasakan kehilangan teman-teman hantunya. Dulu ketika ia dekat dengan teman astralnya, ia dengan mudah membalik keadaan dan membuat semua ketakutan.

"Alah dasar perempuan gatal kau!" hina salah satu murid kelas.

"Aku tidak seperti itu!" sanggah Sekar berteriak.

Beberapa anak gadis mulai menoyor kepalanya. Bahkan ada yang mendorong bahunya. Hingga.

"Berisik!" bentak Danar sampai semua mundur teratur.

"Bisa kalian diam!" tekannya lagi.

Tak lama guru masuk. Danar berdecak kesal, waktu tidurnya terganggu. Sekar menoleh menatap teman yang kemarin menolongnya itu.

"Apa kau lihat-lihat aku? Kau tidak sedang naksir aku kan?" tanya Danar sinis.

Sekar terdiam, ia kini mencoba fokus pada pelajaran Hatinya begitu sakit dengan perkataan Danar barusan. Ia menahan tumpahan air matanya dengan menghela napas pelan sekali agar tidak menganggu anak-anak yang lain. Sesekali ia mengusap matanya dengan kasar.

"Sakit sekali!" umpatnya dalam hati.

Hatinya begitu nyeri, ia pun berpikir jika Danar hanya pura-pura baik padanya. Murid yang duduk di sebelahnya ini tentu menyelamatkan diri agar tidak dituduh seperti apa yang dilontarkan oleh salah satu murid perempuan tadi.

'Dia melarikan diri, padahal kemarin aku tak memintanya menolongku,' gumamnya begitu sedih.

Bel berbunyi. Danar memilih keluar kelas dan pergi ke kantin seperti biasanya. Kali ini Sekar juga keluar kelas, ia membawa kotak bekalnya. Hingga tiba-tiba.

Sret! Kotaknya berpindah tangan.

"Hei ... kembalikan!" teriaknya.

"Apa ini?" murid perempuan itu membuka kotak itu.

"Kembalikan!" teriak Sekar lagi.

Prang! Kotak bekal terlempar, isinya berhamburan.

"Ini bukan salah kami ya?" ujar anak perempuan itu tertawa meledek.

"Ada apa ini?" sebuah suara membuat semuanya diam.

"Ini Pak, Sekar melempar sendiri bekalnya!" lapor murid perempuan tentu berbohong.

"Sekar?" tanya pak guru. "Bersihkan itu!"

"Bukan saya ...."

"Bersihkan!" titah guru itu lagi.

Tiga anak perempuan yang mengganggu Sekar tadi terkikik geli dengan menutup mulut mereka. Ketiganya pun pergi. Sekar terpaksa mengambil sapu dan membersihkan nasi goreng yang berhamburan di lantai.

"Maaf Bu," cicitnya sedih.

Gadis itu mengambil kotak makannya. Ia menatap Danar di sana, remaja itu melihat semuanya, tapi ia diam saja dan menganggap semua itu tidak penting.

Sekar memilih duduk di taman. Air matanya mengalir begitu pelan. Ia merindukan teman-teman astralnya. Gadis itu mulai berpikir, jika semua manusia itu jahat.

"Bagaimana Sekar?" sebuah sosok berdiri di sana dengan rambut panjang menjuntai.

Sosok itu menyisir tepi rambutnya, lalu terlihat mukanya yang bolong dan berwarna hitam. Lalu dua lagi mahkluk berparas jauh lebih mengerikan.

"Bagaimana rasanya berteman dengan manusia Sekar?" tanya sosok yang sepertinya wanita.

"Kami baru sehari meninggalkanmu, kau sudah dijahati seperti itu," lanjut sosok anak kecil berambut panjang dan sedikit gimbal.

Darah menetes di dua taringnya. Matanya entah berwarna apa, Sekar tidak tau. Lalu muncul mahluk astral lainnya. Bau Sekar kembali, gadis itu tersenyum penuh arti.

"Kami kembali Sekar,"

Bel tanda istirahat berakhir. Sekar kembali ke kelas dengan langkah melayang laksana kapas. Gadis itu kembali berwajah datar dan tanpa ekspresi. Ia duduk dan langsung menghadap ke depan.

Danar melirik teman sebangkunya, ia merasa bersalah tidak membela Sekar sama sekali tadi. Tapi, rupanya Sekar kembali pada dunianya sendiri.

"Maaf," ujar Danar lirih yang tak didengar oleh Sekar sama sekali.

"Selamat pagi menjelang siang anak-anak!" sahut Bu guru matematika.

"Pagi jelang siang Bu!" seru semua murid.

"Kalian ujian hari ini!"

"Yaaah ... Bu!" seru semua murid tentu kesal.

"kalau tidak mau, silahkan keluar dan langsung saya kasih nilai nol dan alpa!" ancam guru itu.

Semua menggerutu, Sekar begitu tenang mendapat soalnya. Gadis itu sangat pintar di semua pelajaran, Sekar masuk rangking satu di sekolahnya ketika di kampung.

Gadis itu menatap kembali semua jawabannya dan menghitung ulang. Setelah yakin, ia hanya tinggal menunggu waktu saja. Kertasnya ia tutup agar tidak ada yang bisa menyalin jawabannya.

"Kau sudah selesai Sekar?" tanya Bu Meneria Simalungun, guru matematika yang asalnya dari Sumatra Utara.

"Sudah Bu!" jawab gadis itu begitu yakin.

"Kemarikan!" Bu Mener memanggil gadis itu.

Sekar maju dan membawa kertas ulangan berikut jawabannya. Semua berdecak kesal dibuatnya.

"Jangan-jangan dia nyontek!" tuduh salah satu murid.

"Saya anak baru di sini. Mana ada saya nyontek?" sahut Sekar membela diri.

"Apa perlu saya tulis jawabannya di papan tulis?" tantangnya.

Sekar menatap tajam murid perempuan yang tadi menuduhnya macam-macam itu. Gadis bernama Della menunduk takut. Tatapan Sekar menjadi begitu menyeramkan.

"Wah ... ini benar semua jawabannya!" seru Bu Mener senang.

"Kamu boleh istirahat duluan Sekar!" suruh perempuan itu.

Sekar mengangguk, ia kembali melangkah begitu ringan, seperti melayang.

"Itu Sekar apa napak di bumi. Jalannya kek melayang gitu?" celetuk salah satu temannya.

Semua melongok melihat Sekar berjalan. Gadis itu menapak bumi, hanya saja langkahnya sangat ringan hingga mengira gadis itu melayang di udara.

Sekar kembali duduk di kursi taman. Gadis itu kembali bercakap-cakap dengan beberapa teman-temannya. Hingga kembali masuk dan ia pulang tanpa beban yang ada.

"Sekar," panggil Danar lirih.

Sayang, Sekar tidak mendengar panggilan remaja laki-laki itu, gadis itu fokus dengan teman-teman yang tidak pernah menyakitinya di dunia.

Bersambung.

Ah ... Sekar ...

next?

Terpopuler

Comments

Biah Kartika

Biah Kartika

kenapa sih danar bikin perkara gitu, padahal tadinya sekar sudah mau menghindari menjauhi para mahluk itu

2023-10-24

1

나의 햇살

나의 햇살

memang bener sih manusia lebih seram daripada setan

2023-01-26

2

aidernia_Novelia

aidernia_Novelia

kadang manusia emang lebih seram dari hantu🤣 tapi hati dan tubuh kita yang harus kuat Sekar.. itulah hidup

2023-01-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!