Di markas Brainer. Ardi, Sakha, Gala dan Harsha tampak khawatir terhadap Adam. Mereka berusaha menghubungi Adam, namun usaha mereka selalu gagal.
"Memangnya Adam kemana, sih? Seharian ini kita tidak melihatnya. Apa dia sakit?? Ponselnya juga tidak aktif," tutur Sakha.
"Aku sangat mengkhawatirkan dirinya. Akhir akhir ini dia menjadi pendiam," sahut Ardi.
"Apa jangan-jangan Danish dan gengnya melakukan sesuatu yang buruk kepada Adam. Karena kemarin dia sempat mengancam Adam di kelas?" ucap Harsha.
"Apa maksudnya, Sha?" tanya Gala.
"Ada keributan kemarin di kelas. Aku juga tidak tahu apa masalahnya? Tiba-tiba saja Danish berteriak dan mengancam Sonia dan juga Adam. Aku takut Danish berbuat hal nekat kepada Adam." Harsha menceritakan kejadian di kelasnya kemarin.
"Awas saja kalau sampai dia berani menyentuh Adam, apalagi menyakitinya. Aku akan buat perhitungan pada mereka," ucap Ardi.
Beberapa detik kemudian, ponsel Ardi berbunyi.
DRRTT!
DRRTT!
Ardi mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya 'Kenzie' lalu Ardi mengangkatnya.
"Hallo, Kenzie. Ada apa?"
"Kak! Datanglah ke ruang latihan tempat Adam biasa melatih Taekwondo. Dia ada disini. Sepertinya dia lagi ada masalah," jawab Kenzie di seberang telepon.
"Baiklah. kakak dan yang lainnya segera kesana," jawab Ardi, lalu mematikan teleponnya.
"Kak Ardi, ada apa?" tanya Harsha.
"Kita ke ruang latihan Adam sekarang," titah Ardi.
Setelah itu, mereka semua pun pergi meninggalkan markas mereka menuju ruang latihan Adam.
...^^^...
Di ruang latihan Taekwondo, Adam terduduk di lantai dan menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya. Dirinya menangis. Tangan kanan masih mengeluarkan darah akibat habis menghancurkan sebuah kaca yang ada di ruang latihannya.
"Brengsek," lirih Adam.
Seumur hidupnya tidak ada orang yang berani untuk melakukan hal menjijikkan itu padanya. Selama dirinya bergaul, orang-orang selalu menghormatinya dan menghargainya.
Bagi Adam ini adalah hal pertama yang terjadi dalam hidupnya. Dirinya dilecehkan.
"Hiks.. hiks." isak Adam.
CKLEK!
Seseorang membuka pintu ruang latihan Adam. Setelah pintu terbuka, orang itu pun melangkah masuk ke dalam ruang latihan itu. Orang itu adalah Arka dan Kenzie, kedua kakaknya.
Ketika Arka dan Kenzie sudah berada di dalam, kedua kaget dan juga panik saat melihat kondisi Adam saat ini.
"Adam!" teriak mereka dan langsung menghampiri Adam.
"Kau kenapa Adan? Apa yang terjadi, hah? Dan kenapa dengan tanganmu?" Arka terlihat panik ketika melihat keadaan Adam dan juga tangannya yang mengeluarkan berdarah.
Arka merobek baju yang dikenakannya dan menutupi luka di tangan Adam agar darahnya tidak terus keluar.
Sedangkan mata Kenzie sibuk memperhatikan setiap sudut ruangan. Dan seketika mata Kenzie berhenti pada pecahan kaca yang berserakan di lantai.
"Kak Arka," panggil Kenzie sambil menunjuk kearah pecahan kaca tersebut.
Arka menolehkan wajahnya dan melihat kearah yang ditunjukkan oleh Kenzie.
"Adam," panggil Arka.
Tidak ada jawaban sama sekali dari Adam. Dirinya masih tetap setia menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.
BRAAKK!
Terdengar suara pintu yang dibuka paksa. Dan terlihat empat pemuda yang memasuki ruangan tersebut dengan nafas ngos-ngosan akibat berlari. Kalian tahukan betapa luasnya Kampus mereka.
"Adam!" teriak Harsha yang langsung menghampiri Adam. Disusul oleh yang lainnya.
"Adam, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?" tanya Harsha sambil mengelus rambut coklat milik Adam.
"Adam! Lihat kakak. Ada apa denganmu? Kenapa dengan tanganmu, hah?" tanya Ardi.
"Adam, ayolah! Jangan diam saja. Katakan pada kami. Apa yang terjadi?" tanya Sakha.
Adam mendongakkan wajahnya dan memperhatikan wajah kepada para kakaknya. Dapat dilihat dengan jelas oleh kakak-kakaknya kalau Adam menangis.
"Kak," lirih Adam.
"Ada apa, Dam?" tanya Harsha yang langsung memeluk Adam.
"Sonia. Aku menyesal sudah menolongnya saat dia diganggu oleh Danish," jawab Adam.
"Memangnya kenapa? Apa yang sudah terjadi, Dam?" tanya Ardi.
"Hiks.. D-dia sudah berani bersikap tidak senonoh padaku, kak.. Hiks.. Dia berani menciumku." isak Adam.
"Apaaaa!" teriak mereka semua.
"Ini memalukan, kak. Sangat memalukan. Aku belum pernah melakukannya dan sementara dia beraninya melakukan hal itu padaku."
"Aaarrrggghhh!" teriak Adam frustasi.
Harsha mengeratkan pelukannya pada Adam. Dan berusaha memberikan ketenangan pada adiknya.
"Adam. Tenangkan dirimu. Jangan seperti ini," ucap Ardi.
"Bagaimana aku bisa tenang, kak? Wanita sialan itu sudah berani menciumku. Dia pikir, dia itu siapa? Bahkan dia juga mengatakan padaku kalau dia bersedia memuaskanku dengan tubuhnya. "
"Apa?!" teriak para kakaknya.
"Benar-benar gila tu cewek," kesal Gala.
"Ini semua rencananya Danish dan gengnya, " sahut Adam.
"Danish," ucap para kakaknya.
"Iya. Danish mengancam Sonia untuk melakukan hal menjijikkan ini. Kalau Sonia tidak mau melakukannya, maka dia yang akan dikerjai oleh Danish dan gengnya. Kalian mengerti kan apa yang aku maksud?" ucap Adam.
Mereka semua mengangguk
paham dari perkataan Adam.
"Sudahlah, Dam! Tidak usah kau pikirkan. Kakak tidak mau kau tertekan dan jatuh sakit hanya karena masalah ini," hibur Ardi.
"Apa yang dikatakan kak Ardi benar, Dam." Kenzie ikut menghibur Adam.
"Iya, Dam. Lagian tidak ada gunanya juga kalau kau terus memikirkannya," sahut Gala.
"Ayoo. Sekarang kita ke ruang kesehatan. Kita obati tanganmu!" seru Arka.
Mereka semua pun beranjak pergi dari ruang latihan untuk menuju ruang kesehatan.
...***...
Ke esokkan paginya di Apartemen. Matahari telah keluar dari persembunyiannya. Itu menandakan bahwa pagi telah datang. Jika sebagian orang melakukan aktifitasnya pada pagi hari. Lain halnya dengan pemuda yang tengah tertidur sekarang.
"Yak! Adam bangunlah. Ini sudah siang. Apa kau tidak akan kuliah?" Harsha yang saat ini tengah membangunkan Adam dari tidurnya.
Kenapa bisa ada Harsha di Apartemen Kakek mereka? Itu dikarenakan kalau Harsha sedang menginap disana. Sejak kejadian Adam yang memukul kaca di ruang latihannya sehingga membuat tangannya terluka. Hal itulah membuat Harsha memutuskan untuk menginap di Apartemen Kakek mereka agar bisa menjaga Adam.
"Eeuugghhhh! Sebentar lagi, kak." Adam langsung menutupi wajahnya dengan batal.
"Ayolah! Jangan begini, Adam. Jangan bilang kalau kau berniat untuk tidak kuliah?" tanya Harsha.
"Aaiissshhhh! Baiklah. Aku bangun dan akan mandi sekarang. Kau ini cerewet sekali, kak." Adam langsung beranjak dari tempat tidurnya sembari mengedumal kesal.
Harsha hanya bisa tersenyum dan menggeleng kepalanya melihat tingkahnya Adam.
...***...
Di kediaman keluarga Bimantara. Evan Hara Bimantara beserta istri dan kedua putranya sudah berkumpul di meja makan.
Suasana di meja makan sangat tenang. Keluarga Bimantara menyantap sarapan pagi dengan penuh hikmat. Sampai terdengar suara.
"Bagaimana dengan kuliahmu, Danish? Apa kau kuliah dengan baik? Papa tidak mau kau membuat ulah di Kampus hanya karena Papa Seorang donatur," ucap Evan.
"Aku kuliah dengan baik, Pa! Dan aku tidak pernah membuat keributan sama sekali di Kampus," jawab Danish dengan memperlihatkan senyuman sok polosnya.
"Baguslah kalau begitu," ucap Evan.
"Ya, sudah kalau begitu. Papa, Mama, kak. Aku berangkat kuliah dulu," pamit Danish.
...***...
Geng Brainer sudah berada di Kampus, kecuali Adam dan Harsha. Mereka sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Sementara untuk Geng Bruizer sedang bermalas-malasan di markas mereka. Tidak peduli dengan suasana diluar.
"Hei, ada apa tuh ramai-ramai di depan mading!" seru salah mahasiswi yang melihat kerumunan.
"Adan dan Sonia sedang melakukan hal yang tidak senonoh, tuh di ruangan latihan. Apa mereka pacaran?"
"Coba lihatlah dengan baik. Di foto ini terlihat jika Adam yang melakukan hal itu pada Sonia. Sementara Sonia seperti terlihat ketakutan. Terlihat dari wajahnya."
"Kak. Itu ada apa disana. Kenapa mereka pada ngumpul di depan mading?" tanya Gala.
"Ayoo, kita lihat," ajak Ardi.
Ardi dan yang lainnya pun pergi menuju mading tersebut. Ketika mereka sudah berada didepan mading. Mereka sangat terkejut melihat foto Adam bersama Sonia yang sedang melakukan hal yang tak senonoh. Mereka semua tidak bisa menahan emosi.
"Bubar-bubar! Ngapain Kalian disini. Apa kalian tidak ada pekerjaan yang lain, hah?!" bentak Sakha.
"Apa-apaan ini? Siapa yang berani menempelkan foto menjijikkan ini, hah? Brengsek!" Ardi yang sudah tidak bisa menahan emosinya dan mencabut semua foto-foto tersebut.
"Ini pasti kerjaannya, Danish. Kalau bukan dia, siapa lagi? Yang punya masalah dengan kita cuma mereka," ujar Kenzie.
"Kau benar, Kenzie." Arka membenarkan perkataan Kenzie.
"Adam jangan sampai tahu soal foto-foto ini. Kalau Adam sampai tahu. Adam tidak akan bisa menahan amarahnya. Adam kalau sudah marah susah untuk dikendalikan," ucap Ardi.
"Tapi, bagaimana dengan mahasiswa dan mahasiswi yang sudah melihat foto ini. Mereka pasti akan mencap jelek Adam, kak." Gala memikirkan keadaan Adam.
"Maka dari itu. Kita harus bisa membuat pikiran Adam itu tertuju pada kita. Kita alihkan pikirannya," ucap Arka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments