TAP!
TAP!
TAP!
Terlihat ketujuh orang pemuda dengan tatapan tajam sedang merapatkan tubuh mereka dan mengepung seorang gadis cantik, lugu dan kutu buku di belakang gudang Kampus. Keenam pemuda itu saling beradu pandang kemudian menatap kembali setiap inchi tubuh gadis yang mereka kepung seraya bersmirk ria seperti macan yang bersiap-siap menerkam mangsanya. Kini tubuh gadis cantik itu terlihat bergetar dengan hebatnya.
"Sonia, aku tahu kau bawa uang hari ini. Kemarikan dompetmu," ujar Cakra seraya mengulurkan tangannya, meminta gadis cantik yang bernama Sonia itu untuk menyerahkan dompetnya.
"M-maaf.. kak Cakra. A-aku t-tidak bawa uang hari ini." Sonia benar-benar sangat takut melihat ketujuh pemuda itu yang sebenarnya adalah teman satu kelasnya yang suka sekali membullynya. Mereka memang selalu membully para mahasiswa di Kampus.
"Ya! Jangan membuat kami marah. Cepat berikan uangmu!" teriak Prana.
"M-maaf.. kak Prana. Aku benar-benar sedang tidak membawa uang," jawab Sonia dengan terbata-bata dan menundukkan kepalanya karena saking takutnya.
Tiba-tiba saja sebuah tangan dingin meraih pipinya dan tangan itu berusaha mendongakkan kepalanya.
"Ya, kau bisa merasakannya kan? Kami kedinginan. Kami minta uangmu hanya untuk membeli soju," ujar Danish.
Sonia menatap mata pemuda itu, lalu turun ke bibirnya yang tipis dan bisa dilihatnya asap yang mengepul keluar dari mulutnya karena udara yang dingin saat itu.
"Ma..maaf.. kak Danish. T-tapi Dosen tidak memperbolehkan kita untuk minum minuman berakohol di Kampus."
"Ck!" terdengar decakkan kesal yang keluar dari mulut Danish. "Apa kau ingin menggurui kami, hah?"
"A-a.. Tidak." Sonia menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali menundukkan kepalanya.
Danish pun memegang dagu Sonia dan sekali lagi ia berusaha mendongakkan kepala Sonia.
"Haah. Ternyata aku baru sadar kalau wajahmu itu sungguh sangat cantik. Kenapa selama ini aku tidak menyadari ada malaikat cantik di dekatku?" Danish berucap seraya tersenyum evil dan tangannya melepaskan kaca mata yang dipakai oleh Sonia.
"Kau lebih cantik jika tidak memakai kaca mata jelek ini." Danish membuang kaca mata Sonia, lalu menatap tajam Sonia.
"Apa kau ingin aku merusak wajah cantikmu ini, hum?" Danish berkata seraya mengelus pipi Sonia.
Penyataan Danish membuat tubuh Sonia semakin bergetar hebat. Sonia sungguh tidak tau bagaimana caranya agar bisa terlepas dari cengkraman Danish.
Danish mendekatkan wajahnya pada Sonia dan mendengus di dekat wajah Sonia.
"Bagaimana kalau kau yang menghangatkanku?" Danish seduktif di telinga Sonia yang berhasil membuat Sonia membelalakkan matanya yang bulat.
Keenam pemuda yang lainnya yang juga ikut mengepung Sonia hanya bisa terkekeh melihat kelakuan Danish yang sedang menggoda Sonia.
Baru saja Danish ingin menempelkan bibirnya di bibir Sonia yang merah bak buah ceri, tiba-tiba seorang pemuda dengan nada tinggi berteriak didekat mereka.
"Yak! Danish. Apa yang sedang kau lakukan? Lepaskan dia!"
Seketika Danish menjauhkan wajahnya dari Sonia dan menoleh kearah asal suara tersebut.
"Ck. Dasar bocah kecil sialan. Mengganggu urusan orang saja," gumam Danish.
Pemuda yang telah merusak kegiatan Danish itu melirik kearah Sonia.
"Ya, Kau kemarilah," ucap pemuda itu tapi Sonia masih betah berdiri terpaku di tempatnya.
"Yak! Apa yang kau tunggu!" ucap pemuda itu lagi.
Dan dengan segera Sonia menepis tangan Danish dan berlari kearah pemuda itu, lalu berlindung di belakang punggungnya.
"Cepatlah kembali ke kelas. Biar aku yang mengurusnya," ujar pemuda itu pada Sonia
"Ta..tapi.."
"Yak, pergilah! Kau dengar tidak, hah!"
Sonia dengan getaran tubuh yang masih belum bisa Sonia stabilkan, secepat kilat berlari meninggalkan kedelapan pemuda itu.
Danish yang sejak tadi menatap sinis pemuda yang berani mengganggu acaranya, kemudian melangkahkan kakinya mendekati pemuda itu.
"Kau anak baru itukan? Eemm! Namamu Adam. Pindahan dari Amerika! Benarkan? Kenapa kau mengganggu urusanku? Mau jadi pahlawan, hah? Karena kau sudah menggangguku dan menggagalkan rencanaku. Sebagai gantinya, berikan uangmu padaku sekarang! Aku membutuhkannya untuk membeli soju." Danish membentak pemuda itu.
Pemuda yang menolong Sonia itu adalah Dirandra Adamka Abimanyu.
Teman-teman Danish memberikan tatapan tak suka kepada Adam. Adam hanya diam melihat tingkah laku pemuda-pemuda itu.
"Aku tidak punya uang. Kalau kau mau uang, minta saja sana sama orang tuamu. Bukankah orang tuamu kaya raya. Apa kau tidak malu? Kau adalah anak seorang donatur terbesar di Kampus ini, tapi kerjanya cuma memalak bahkan suka membully mahasiswa mahasiswi disini?" cibir Adam.
"Ck. Apa kau bilang? Apa kau kira aku ini bodoh? Mana mungkin mereka mau memberikanku uang hanya untuk membelikan anaknya minuman beralkohol?" ucap Danish
"Nah, itu kau tahu! Orang tuamu saja tidak akan mau memberikanmu uang untuk membeli minuman beralkohol. Apalagi orang lain," ejek Danish.
SREEKK!
Danish mencengkram erat kerah Adam.
"Kau ingin mencari masalah dengan kami, hah?"
Adam menatap tajam mata Danish dan menjawab pernyataan Danish dengan santai. "Bukan aku yang mencari masalah, tapi kalian sendiri yang mendatanginya."
"Ck. Kau..." Danish mendecakkan lidahnya dan mengepalkan tangannya di depan wajah Adam.
"Ya, ya! Apa yang kalian lakukan disana?!" teriak seorang dosen dari jarak yang tidak jauh dari posisi mereka.
"Yak! Danish ada dosen yang datang!" teriak Arya gelagapan.
"Ayo kita pergi dari sini."
Tapi entah mengapa tubuh Danish masih saja betah terdiam sambil mengepalkan tangannya di depan wajah Adam.
"Ya. Ayo cepat." Kavi dan Prana seraya menyeret Danish menjauh dari Adam.
"Awas kau! Lihat saja nanti."
Danish berucap seraya berlari meninggalkan Adam yang sibuk merapikan kerahnya.
Dosen yang tadi berteriak pada mereka tidak sempat mengejar ketujuh pemuda yang sudah lari kalang kabut itu.
"Apa yang kalian lakukan tadi?" tanya sang dosen ketika ia berhasil menghampiri Adam.
"Tidak ada pak. Kami hanya berbincang-bincang sebentar saja," jawab Adam dengan santai, tapi di dalam hatinya dirinya sangat berterima kasih pada dosennya itu karena dirinya sangat tidak suka berurusan dengan Danish dan Gengnya.
"Ya, sudah? Kalau begitu cepat kau ke kelas. Sebentar lagi kelas akan dimulai."
"Baik, Pak." Adam seraya membungkukkan badannya, lalu pergi ke kelas dengan langkah yang dipercepat.
***
Adam sudah berada di kelas. Seperti biasanya, kelas komputer memang terkenal dengan kelas yang paling ramai di Kampus. Apalagi saat ini wali kelas mereka belum juga masuk ke kelas. Dan seperti biasanya juga Sonia masuk ke kelas dengan menundukkan kepalanya dan duduk di bangku paling depan.
Mau tahu kenapa dia selalu duduk di depan? Sebenarnya dia anak yang sangat pintar. Malah dia ini termasuk siswi yang memiliki peringkat akademik yang lumayan lah. Sonia selalu duduk di bangku depan karena dia ingin fokus terhadap pelajarannya.
Sonia duduk di bangkunya tanpa mengucapkan satu katapun. Dirinya berusaha mati-matian agar getaran pada tubuhnya karena kejadian tadi pagi tidak diketahui oleh orang lain. Sonia memutar bola matanya dan melirik kearah bangku yang ada di sampingnya. Diamatinya seorang pemuda yang baru saja datang itu dan langsung mengeluarkan buku.
"Woaaa!! lihat.. Siapa yang baru datang, eoh?!" teriak seorang pemuda bersuara di belakang bangku Sonia.
"Woaaa! Seorang Dirandra Adamka Abimanyu si anak baru dan Ekawira Harsha Abimanyu dari geng BRIANER ternyata. Seperti biasa, kau terlihat cantik sekali hari ini, Adam," lanjut pemuda itu seraya tersenyum seperti orang bodoh.
"Yak, Robin! Adam itu laki-laki," tegur seorang pemuda yang duduk di belakang Adam.
"Kenapa Lino? Adam memang cantikkan? Adam itu memang cowok. Tapi wajahnya cantik dan juga manis seperti cewek," ucap Robin.
Lino tidak bisa membalas pernyataan Robin dan memilih untuk diam. Yah, memang benar sih kalau Adam itu bisa dibilang pemuda tertampan dan juga tercantik di kelasnya.
Bagaimana tidak? Semenjak dia pindah kuliah ke Kampus ini beberapa minggu yang lalu. Setiap dia lewat, entah itu dihalaman Kampus atau di lorong Kampus atau di Kantin, semua mata wanita dan pemuda yang ada di kampus itu pasti meliriknya.
"Hari ini kita mau main ke gamenet lagi kan? Aku mau menyelesaikan pertarunganku yang tertunda," ujar seorang Harsha yang sedari tidak melepas PSP-nya.
"Ya, kak Harsha! Aku juga ingin segera mengupgrade kekuatanku supaya bisa mengalahkan kakak... hahaha." Adam menimpali.
"Ck! Ya, Adam. Sudah berapa kali kakak bilang kalau kau tidak mungkin bisa mengalahkan kakak," sindir Harsha.
"Benarkah? Kita lihat saja nanti siapa yang bakalan menangis diakhir?" sahut Adam.
"Ya, ya! Apa kalian melupakan sang Master, eoh?" ujar Torry seraya menunjuk dirinya sendiri. "Aku yang akan membuat kalian menangis. Hahaha.."
BRAAAKKK!
Kelas komputer yang tadinya sangat ramai, tiba-tiba hening ketika ketujuh orang pemuda masuk ke kelas. Ya, mereka adalah Danish dan Gengnya.
Danish dan Gengnya ini sangat disegani di Kampusnya. Siapapun yang berani macam-macam dengan mereka pasti tidak akan pulang dengan tubuh yang masih utuh, paling tidak sedikit lebam disana-sini.
Danish berjalan kearah bangku miliknya yang terletak di deretan paling belakang, lalu meletakkan tubuhnya di atas kursi dengan kasar dan mengangkat kedua kakinya di atas meja. Matanya kini tertuju pada seorang gadis yang duduk di deretan paling depan, sedangkan gadis yang diperhatikan oleh Danish terlihat menundukkan kepalanya dan meremas bajunya hingga tangannya menjadi putih pucat.
"Ya, Sonia. Urusan kita belum selesai! Dan kau juga anak baru!" seru Danish memecah keheningan yang ada.
Kata-kata Danish telah berhasil membuat seluruh mata yang ada memandangnya dengan tatapan tajam. Hal tersebut membuat Sonia semakin membenamkan kepalanya di atas meja. Tapi tidak untuk Adam. Dia tidak memiliki rasa takut sama sekali dan hanya memilih mengabaikan ucapan dari Adam.
Sementara dengan Harsha. Dirinya marah saat nama Adam disebut. Harsha berdiri dan menggebrak mejanya dengan keras sehingga membuat penghuni kelas tersentak kaget.
BRAAAKKK!
"Hey, Danish! Apa urusanmu dengan Adam? Kenapa kau bawa-bawa dia, hah?!" teriak Harsha emosi.
"Sudahlah kak Harsha. Abaikan saja dia. Jangan dengarkan omongannya," ucap Adam menenangkan Harsha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments