Menyendiri

Adam jatuh tidak sadarkan diri. Tubuhnya jatuh tepat di pangkuan Ardi dan Harsha. Mereka dengan sigap menahan tubuh lemah Adam.

Utari mengambil alih tubuh putranya dan meletakkan di pahanya

"Adan. Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama." Utari terus membelai wajah mulus putranya dan mencium keningnya. "Tidak seharusnya Mama mengatakan ini semua padamu. Seharusnya Mama mencari waktu yang tepat untuk menceritakan semua ini padamu." tangis Utari semakin pecah.

"Sudahlah, Utari. Semuanya sudah terjadi. Kau jangan menyalahkan dirimu terus. Lagian juga Adam harus tahu semua ini," ucap Alin menghibur.

"Kita bawa Adam ke kamarnya. Dzaky, kau hubungi dokter Nurman suruh dia kesini," ucap Bagas pada putra sulungnya.

"Baik, Pa." Dzaky, lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Dokter Nurman.

Reza menggendong tubuh lemah Adam ke kamar. Sesampainya di kamar, Reza membaringkan Adam di tempat tidur dengan hati-hati. Dapat mereka lihat wajah Adam yang pucat.

Utari mendekat pada putranya dan menggenggam tangan putranya kesayangannya.

"Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama," batin Utari. Air matanya kembali menetes.

"Paman Nurman telah datang!" ucap Dzaky.

Lalu sang Dokter memeriksa kondisi Adam. Setelah selesai memeriksa Adam, Dokter itu memandangi anggota keluarga Abimanyu satu persatu.

"Apa yang terjadi pada keponakanku, Nurman?" tanya Yoon Bagas.

"Untuk saat ini tubuhnya sangat lemah. Dia mengalami shock berat dan ditambah lagi dirinya banyak pikiran dan tertekan dengan masalahnya selama ini. Untuk saat ini dirinya harus banyak istirahat. Jangan menambah beban pikirannya, itu akan membahayakan kondisi tubuhnya. Ini resep obat untuk Adam," tutur Dokter Nurman sambil menyerahkan kertas kepada Bagas.

"Baiklah," balas Bagas pada Nurman.

"Kalau begitu aku permisi dulu," pamit Dokter Nurman.

"Aku antar, paman." Harsha berucap.

"Terima kasih, Harsha!" jawab Dokter Nurman.

Lalu mereka pergi meninggalkan kamar Adam.

^^^

Adam yang sudah terbangun dari tidur dan sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Kampus. Dirinya tidak peduli dengan kondisi tubuhnya masih lemah. Kalau dia tetap berada di dalam kamar dan tidak melakukan apa-apa, itu akan membuat dirinya mati secara berlahan-lahan.

Di meja makan, para anggota keluarga sudah berkumpul untuk melakukan ritual pagi mereka apalagi kalau bukan sarapan pagi. Sedangkan Utari sedang menyiapkan sarapan pagi untuk putra kesayangannya.

"Harsha, Kau izin Adam ya. Adam tidak kuliah hari ini," ucap Utari.

"Ba..." ucapan Harsha terpotong.

"Siapa bilang aku tidak kuliah hari ini? Aku akan tetap pergi kuliah walau dalam keadaan sakit sekalipun," sahut Adam ketus.

"Tapi sayang, ka..." Adam memotong perkataan ibunya.

"Aku akan tetap kuliah," jawab Adam dengan tatapan sendunya.

Adam melangkahkan kakinya ke meja makan, lalu duduk di kursi paling ujung. Dirinya memilih menjauh dari mereka. Pandangannya fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Tanpa ada niat menatap mereka walau hanya satu detik.

Perkataan ibunya masih terngiang-ngiang di otaknya. 'Papamu tidak mengakuimu sebagai anaknya'. Tanpa dirinya sadari air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Kenapa kalian tidak membunuhku saat aku masih bayi," batin Adam dan seketika air matanya menetes membasahi wajah tampannya. 

Mereka yang melihat Adam yang menangis, hati mereka sakit. Mereka ingin mendekat, tapi mereka tidak tahu mau berkata apa? Takut salah bicara, bisa-bisa akan membuat Adam mengamuk. Seharusnya Adam bahagia saat dirinya kembali pulang ke rumah. Tapi malah kesedihan yang didapat.

"Adam, sayang. Maafkan Mama, nak! Mama tidak bermaksud melukai perasaanmu," batin Utari.

"Aku sudah selesai!" seru Adam tiba-tiba.

Adam langsung berdiri dari duduknya, lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.

Namun, langkah terhenti saat mendengar suara ibunya.

"Sayang. Kamu berangkat bersama Ardi dan Harsha ya." Utari berucap lembut kepada putranya. Utari berharap putranya mau menurutinya.

"Aku bisa pergi sendiri. Aku bukan anak TK yang harus diantar dan dijemput apalagi harus ditemani," jawab Adam dingin.

Setelah mengatakan hal itu, Adam kembali melangkahkan kakinya. Lagi-lagi langkahnya terhenti. Kali ini tangannya ditahan oleh seseorang. Adam membalikkan badannya, dapat dirinya lihat Harsha lah yang menahan tangannya.

"Mau apa kau. Lepaskan tanganku!" bentak Adam.

"Kakak tidak akan melepaskannya. Kau ikut dengan kami ke Kampus. Kita akan pergi bersama," jawab Harsha dengan sedikit membentak.

"Cih." Adam berdecak. "Kau pikir, kau bisa mengaturku. Kau bukan siapa-siapaku? Jadi, jangan sok peduli denganku. Orang tuaku saja tidak menginginkanku hadir di dunia ini. Lalu kenapa kau begitu peduli denganku, hah!" bentak Adam dengan matanya yang tajam.

"Aku memang peduli denganmu, Dirandra Adamka Abimanyu. Aku tulus menyayangimu. Kau adikku. Sampai kapanpun kau akan tetap menjadi adikku. Kau MENGERTI!" ucap Harsha yang sudah emosi.

"Aku tidak peduli. Aku bilang lepaskan tanganku, Ekawira Harsha Abimanyu!" teriak Adam dan menatap nyalang pada Harsha.

"Ada apa denganmu, Dam? Kau menyeramkan sekali kalau lagi marah. Mana Adam yang kakak kenal dulu yang memiliki sifat lemah lembut?" batin Harsha menangis.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau ingin menamparku. Apa tamparan kemarin belum cukup, hah?!" ucap Adam dengan senyuman menyeringai.

Berlahan pegangan tangan Harsha melemah. Saat Adam merasakan tangan Harsha melonggar, Adam menarik tangannya dengan kasar. Lalu dengan segera Adam pergi meninggalkan mereka semua tanpa memperdulikan orang disekitar nya.

***

Adam melangkah dengan indah menyusuri lorong Kampus seakan ditakuti, semua orang menepi dan memberikan jalan untuknya. Dirinya memakai jaket kulit dan celana koyak-koyaknya semakin membuatnya terlihat makin gaya dan terlihat makin tampan. Adam memutuskan untuk pergi ke ruang latihannya dan bermalas-malasan disana. Dirinya tidak berniat untuk mengikuti kuliahnya.

Saat kakinya hendak melangkah menuju ruang latihan, dirinya dihadang oleh beberapa mahasiswa dan mahasiswi. Tiba-tiba mereka bersimpuh di hadapan Adam yang membuat Adam terkejut.

Adam mundur beberapa langkah. Mahasiswa dan mahasiswi tersebut mewakili teman-temannya yang lain untuk meminta maaf kepada Adam.

"Apa yang kalian lakukan, hah?!" bentak Adam.

"Ka-kami kesini untuk meminta maaf kepadamu Adam," tutur salah satu mahasiswa itu.

"Maafkan kami yang sudah mengumpat dan berkata kasar padamu soal foto itu," ucap mahasiswi lainnya.

"Kami mohon, Maafkan kami."

Adam membuang nafas kasar

"Huff."

"Berdirilah," sahut Adam.

"Kami tidak akan berdiri sebelum kau memaafkan kami."

"Ya, sudah! Kalau begitu bersimpuhlah sampai jam kuliah selesai," jawab Adam dingin, lalu pergi meninggalkan mereka.

"Tunggu!" teriak salah satu mahasiswa tersebut.

Adam menghentikan langkahnya dan berbalik. "Ada apa?"

"Jadi kau akan membiarkan kami seperti ini sampai jam kuliah selesai? Yang benar saja," mahasiswa itu.

"Kalian ini benar-benar membuatku muak. Aku sudah menyuruh kalian untuk berdiri, tapi kalian tidak mau. Saat aku mau pergi meninggalkan kalian. Kalian malah mengatakan bahwa aku membiarkan kalian bersimpuh sampai jam kuliah selesai. Mau kalian sebenarnya apa, hah?!" bentak Adam.

"Terserah kalian. Kalian mau disini sampai jam kuliah selesai atau kalian mau kembali ke kelas, Aku tidak peduli!" teriak Adam dan langsung pergi dari hadapan mereka.

^^^

Para Kakaknya Adam berada di kantin.

"Kak Ardi, Adam dimana? Dari tadi kita tidak melihat Adan. Bahkan dia juga tidak mengikuti pelajarannya," ucap Harsha.

"Apa kalian ada masalah dengannya?" tanya Arka.

"Adam sudah tahu soal ayahnya. Mama Utari sudah memberitahu semuanya kepada Adam. Tapi...." ucapan Ardi terhenti.

"Tapi kenapa kak?" tanya Sakha.

"Cara menyampaikannya salah dan waktunya juga tidak tepat. Jadi terjadilah perang mulut antara Mama Utari dan Adam. Bahkan Adam hampir mau pergi dari rumah. Kami berhasil mencegahnya," tutur Ardi.

"Aku bahkan menamparnya, kak Arka." Harsha berucap dengan nada sedihnya.

"Kenapa kau sampai menamparnya, Sha?" tanya Gala.

"Aku menamparnya hanya ingin menyadarkan Adam." Harsha menjawab pertanyaan dari Gala.

"Maksudmu?" tanya Kenzie bingung.

"Saat Adam mau pergi meninggalkan rumah, saat itu juga mama Utari berteriak dan mengatakan semuanya kepada Adam soal ayahnya. Adam mendengar semua ucapan Mama Utari, tapi tidak menunjukkan reaksi apapun. Adam hanya diam mematung tanpa mengubah posisinya berdiri menghadap pintu utama dan membelakangi kami semua. Kami semua khawatir dan panik melihat Adam dalam keadaan seperti itu. Lalu aku dan kak Ardi mendekati Adam. Kak Ardi berulang kali memanggil namanya, tapi tidak ada reaksi sama sekali darinya. Bahkan kak Ardi juga menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi tetap saja tidak ada reaksi sama sekali. Jadi aku terpaksa menamparnya. Alhasilnya, Adam menolehkan wajahnya kearahku dengan tatapan sayunya. Dan kemudian Adam jatuh pingsan." Harsha bercerita panjang lebar.

"Kami pergi ke Kampus tidak bersama Adam. Adam pergi duluan sebelum kami," ucap Ardi.

"Sekarang kita tidak tahu dimana dia sekarang," lirih Harsha.

"Apa sudah dicari ke tempat latihannya?" tanya Sakha.

"Sudah. Pintu ruangan latihan itu terkunci dan ruangan itu gelap," jawab Ardi.

"Jadi Adam dimana sekarang?" tanya Gala yang juga mengkhawatirkan Adam.

Saat mereka sedang membicarakan tentang Adam, tiba-tiba terdengar para mahasiswa dan mahasiswi sedang membicarakan tentang Adam juga. Mahasiswa dan mahasiswi yang sedang membicarakan Adam itu sangat menyukai kepribadian Adam. Jadi tidak semua mahasiswa dan mahasiswi yang membenci Adam.

"Kenapa tiba-tiba kak Adam membatalkan semua jadwal latihan ya? Udah tiga hari ini tidak ada latihan."

"Iya, ya. Kenapa ya? Padahal dia selalu ada di ruangan itu."

"Apa karena masalah yang menimpanya itu, sampai membuat kak Adam tidak mau melatih kita lagi."

"Aku sangat menyukai kepribadiannya. Dia baik, lembut dan suka menolong. Mereka mereka saja yang bodoh sudah mengumpat tidak jelas tentang Adam."

"Dan sekarang mereka kena batu nya."

"Oh, ya. Aku dengar kalau Adam itu adik sepupunya kak Ardi dan kak Harsha."

"Baguslah. Jadi paling tidak mereka semua akan mikir dua kali buat nyari masalah sama geng Brainer."

"Tapi aku kagum sama Adam. Sekalipun dia punya dua kakak sepupu yang ditakuti di Kampus, tapi dianya tidak sombong dan tidak mau membully teman-temannya."

Seperti itulah percakapan beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berada di kantin. dan didengar oleh geng Brainer.

"Oh, ya. Aku lupa. Tadi pagi aku melihat kak Adam masuk ke ruang latihan, loh! Dan aku yakin sampai sekarang ini dia belum keluar dari ruangannya itu."

DEG!

Geng Brainer yang mendengarnya pun kaget dan tidak percaya. Mereka menoleh dan melihat ke arah mahasiswa dan mahasiswi yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Hei, kalian." Harsha memanggil mereka dengan lembut.

"Iya, kak Harsha."

"Siapa yang barusan mengatakan bahwa Adam berada di ruang latihannya?" tanya Harsha.

"Saya."

"Apa itu benar?" tanya Ardi.

"Benar, kak Ardi. Saya benar-benar melihatnya masuk kesana."

"Tapi kami baru dari sana. Dan keadaan ruangannya terkunci dan gelap," ucap Harsha.

"Ada kunci cadangannya, kak Ardi. Kunci itu kami letakkan di vas bunga yang tergantung di dinding di depan pintu itu. Kami memegang satu. Jadi, sebelum kak Adam datang, kami sudah datang terlebih dahulu menunggunya di dalam."

Terukir senyuman di wajah mereka saat mendengar ucapan mahasiswa itu.

"Apa mungkin Adam ada disana? Atau mungkin dia sengaja mematikan lampunya. Biar tidak ada yang tahu keberadaannya oleh kita," tutur Kenzie.

"Ya, kau benar sekali Kenzie. Kenapa kita tidak kepikiran dari tadi. Aish." Arka berucap kesal.

"Ya, sudah. Tunggu apalagi. Buruan kita cek!" seru Harsha yang tidak sabar.

"Ayooo!" seru mereka semua.

Episodes
1 Kembali Ke Jakarta
2 Kekhawatiran Utari
3 Hari Pertama Kuliah
4 Kerinduan Adam
5 Keributan
6 Ingatan Masa Kecil Adam
7 Kemarahan Adam
8 Khawatir
9 Hukuman
10 Perkelahian
11 Kerinduan Utari Kepada Putra Bungsunya
12 Memutuskan Untuk Pulang
13 Mama, I Miss You
14 Pengeroyokan
15 Kebahagiaan Keluarga Abimanyu
16 Kemarahan dan Kekecewaan Danish
17 Menceritakan
18 Jatuh Pingsan
19 Menyendiri
20 Sikap Dingin Adam
21 Kemarahan Adam
22 Perasaan Lain
23 Telepon Dari Rektor
24 Penusukan
25 Rasa Penasaran Danish
26 Amarah Harsha
27 Pasrah
28 Keusilan Sang Ibu
29 Rencana Jahat Dhira
30 Perasaan Yang Tak Enak
31 Saling Membunuh
32 Ikatan Batin
33 Profokasi
34 Bercerita
35 Kebahagiaan Garry Dan Danish
36 Perang Mulut Adam Dan Harsha
37 Pelukan Seorang Kakak
38 Kelinci vs Alien
39 Menggagalkan Rencana
40 Ketakutan Danish
41 Rasa Khawatir Seorang Ibu
42 Kecurigaan Adam
43 Kekecewaan Adam Pada Ibunya
44 Pikiran Yang Kacau
45 Membuat Rencana
46 Penyesalan Danish
47 Berdamai
48 Kebahagiaan Evan
49 Perdebatan Danish Dan Adam
50 Adik Yang Super Menyebalkan
51 Penculikan
52 Kekecewaan Utari
53 Mendatangi Kediaman Dhira
54 Pulang Ke Rumah
55 Terbongkar Kebusukan Dhira
56 Penyiksaan
57 Kemarahan Garry Dan Danish
58 Kehilangan
59 S2. Kekesalan Allan
60 S2. I Miss You
61 S2. Kejutan Ulang Tahun
62 S2. Kilas Balik
63 S2. Adam
64 S2. Perdebatan Allan Dan Melky
65 S2. Kerinduan Danish
66 S2. Kerinduan Danish 2
67 S2. Kesedihan Keluarga Abimanyu
68 S2. Berperang Dengan Pikiran
69 S2. Isak Tangis Gala Melihat Sosok Adam
70 S2. Dipertemukan Kembali
71 S2. Benar-benar Mirip
72 S2. Berusaha Untuk Mengingat
73 S2. Kecurigaan Cakra
74 S2. Fakta Terungkap
75 S2. Mencoba Untuk Mengingat
76 S2. Perang Mulut
77 S2. Allan vs Melky
78 S2. Kemarahan Allan
79 S2. Kekecewaan Allan
80 S2. Kembali Terluka
81 S2. Kekecewaan Nicolaas Terhadap Vigo
82 S2. Identitas Asli Allan
83 S2. Kesedihan Jungie
84 S2. Kemarahan Dan Kekecewaan Allan
85 S2. Ingatan Mulai Kembali
86 S2. Pulangnya Adam Kekeluarga Abimanyu
87 S2. Perkelahian Kakak Dan Adik
88 S2. Kekhawatiran Dan Kerinduan Keluarga Adiyaksa
89 S2. Nasib Malang Vigo
90 S2. Mood Yang Buruk
91 S2. Perkelahian Dengan Kelompok Lion
92 S2. Tak Berkutik
93 S2. Keributan Kecil Adam Dan Danish
94 S2. Pembalasan Adam
95 S2. Teleponan
96 S2. Teringat Kembali
97 S2. Kebencian Adam Terhadap Sang Nenek
98 S2. Masalah Kembali Datang
99 S2. Menceritakan Masalah Yang Terjadi
100 S2. Kembalinya Dhira
101 S2. Flashback Kejadian Lima Bulan Yang Lalu
102 S2. Flashback Kejadian Lima Bulan Yang Lalu 2
103 S2. Ketakutan Celena
104 S2. Keterpurukan Adam
105 S2. Berusaha Mengingat
106 S2. Kabar Yang Mengejutkan
107 S2. Kesedihan
108 S2. Kabar Duka
109 S2. Duka Yang Mendalam
110 S2. Obrolan Ayah Dan Anak
111 S2. Memulai Aksi
112 S2. Kembali Menyalahkan Diri Sendiri
113 S2. Kemarahan Dan Dendam Nicolaas
114 S2. Pembalasan Dari Adam
115 S2. Keberhasilan Adam Merebut Milik Keluarga Bimantara
116 S2. Rasa Bahagia Dan Rasa Syukur Adam
117 S2. Merencanakan Pembalasan
118 S2. Penyerangan Kediaman Keluarga Kalyani
119 S2. Kematian Yohanes Dan Dhira
120 S2. Kembali Merasakan Kehilangan
121 S2. Kesedihan Melky
122 S3. Bangun Dari Koma
123 S3. Telepon Dari Melky
124 S3. Kekesalan Danish Akan Perkataan Adam
125 S3. Aku Merindukan Kalian
126 S3. Wanita Tak Tahu Diri
127 S3. Kembali Bersedih
128 S3. Isakan Danish Di Pelukan Adam
129 S3. Alasan Dibalik Kepergian Melky
130 S3. Janji Adam Dan Zelo
131 S3. Pesan Dari Adam
132 S3. Aku Kakak Kandung Melky
133 Keberhasilan Kelompok Camorra
134 S3. Lebih Suka Adam Yang Sekarang
135 S3. Pertemuan Adam Dan Melky
136 S3. Menceritakan Kejadian Kecelakaan
137 S3. Pria Misterius
138 S3. Dia Adalah Kakak Sepupunya Jordan
139 S3. Menyelesaikan
140 S3. Penyesalan Ringga
141 S3. Obat-Obatan Cabean
142 S3. Kemarahan Adam Kepada Ronny
143 S3. Adam Dan Danish
144 S3. Menaklukkan Ketiga Pria Tampan
145 S3. Ketakutan Para Karyawan
146 S3. Kedelapan Mahasiswi Cantik
147 S3. Kemarahan Evan, Garry Dan Danish
148 S3. Kejahilan Di Pagi Hari
149 S3. Kerinduan Keluarga Abimanyu
150 S3. Tugas Praktikum
151 S3. Kesedihan Gino
152 S3. Memutuskan Untuk Pulang
153 S3. Cerita Yang Sebenarnya Dari Yoga
154 S3. Membujuk Untuk Pulang
155 S3. Pengakuan Dari Adam Tentang Yoga
156 S3. Balasan Langsung Dari Ardi
157 S3. Kesedihan Dan Ketakutan Adam
158 S3. Kabar Dari Zelo
159 S3. Janji Seorang Garry
160 S3. Adik Mata Duitan
161 S3. Kelompok Vagos Dan Rafan
162 S3. Telepon Dari Sandy Dan Kekesalan Sakha
163 S3. Perhatian Adam Terhadap Danish
164 S3. Siluman Kingkong
165 S3. Kemarahan Yoga
166 S3. Kemarahan Adam
167 S3. Sifat Yang Sama Dan Tidak Berubah
168 S3. Kekhawatiran Vino
169 S3. Hukuman Untuk Orang Yang Sombong
170 S3. Hari Keberuntungan
171 S3. Membantu Sang Bibi
172 S3. Informasi Dari Vino
173 S3. Harga Kertas-Kertas Miliaran Rupiah
174 S3. Kabar Dari Ardi
175 S3. Flashback
176 S3. Kesedihan Evan, Garry Dan Danish
177 S3. Membuat Momen Baru
178 S3. Pembalasan Tiga Abimanyu Bersaudara
179 S3. Kesedihan Melky Akan Adam
180 S3. Bertarung
181 S3. Perkataan Manis Adam
182 S3. Sebuah Pilihan
183 S3. Janji Garry Dan Danish
184 S3. Tak Berkutik
185 S3. Membahas Masalah Kerjasama
186 S3. Keinginan Adam
187 S3. Informasi Dari Ricky
188 S3. Menolong Dzaky
189 S3. Cerita Adam Yang Mengejutkan
190 S3. Kemarahan Dan Ancaman Seorang Adam
191 S3. Kabar Bahagia Dari Bagas
192 S3. Menceritakan Tentang Adam
193 S3. Sifat Patuh Adam Dan Harsha
194 S3. Menceritakan Tentang Sosok Ricky
195 S3. Pembalasan Dimulai
196 S3. Berakting Ribut
197 S3. Perkataan Sahabat Terlaknat
198 S3. Teriakkan Histeris Adam
199 S3. Cerita Adam Tentang Jasmine Dan Ariel
200 S3. Dua Kabar Yang Membahagiakan
201 S3. Rencana Selanjutnya
202 S3. Kalian Resmi Dipecat
203 S3. Kekecewaan Utari Terhadap Wakil Dekan
204 S3. Panggilan Dari Yana Bibinya Jasmine
205 S3. Janji Adam Untuk Jasmine
206 S3. Kekesalan Danish Di Pagi Hari
207 S3. Persiapan KKN
208 S3. Isak Tangis Kerinduan Adam Terhadap Ariel
209 S3. Permintaan Reres
210 S3. Kabar Mengejutkan Dari Ricky
211 S3. Kekesalan Adam
212 S3. Mengingat Kejadian Masa Lalu
213 S3. Bala Bantuan Dari Saga
214 S3. Rasa Bersalah Dan Permintaan Maaf Saga
215 S3. Kerinduan Adam Terhadap Ariel
216 S3. Telepon Dari Jasmine
217 S3. Memulai Penyerangan
218 S3. Pertarungan Adam Dan Saga Melawan Torrik
219 S3. Kilas Balik Perkelahian Adam Dan Saga Melawan Torrik
220 S3. Teringat Kejadian Yang Lalu
221 S3. Bubur Ayam
222 S3. Kedatangan Jasmine Dan Yani
223 S3. Kabar Yang Mengejutkan Sekaligus Membahagiakan
224 S3. Datanglah Ke Rumah Sakit Medistra
225 S3. Pertemuan Adam, Yani Dan Jasmine Dengan Ariel
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Kembali Ke Jakarta
2
Kekhawatiran Utari
3
Hari Pertama Kuliah
4
Kerinduan Adam
5
Keributan
6
Ingatan Masa Kecil Adam
7
Kemarahan Adam
8
Khawatir
9
Hukuman
10
Perkelahian
11
Kerinduan Utari Kepada Putra Bungsunya
12
Memutuskan Untuk Pulang
13
Mama, I Miss You
14
Pengeroyokan
15
Kebahagiaan Keluarga Abimanyu
16
Kemarahan dan Kekecewaan Danish
17
Menceritakan
18
Jatuh Pingsan
19
Menyendiri
20
Sikap Dingin Adam
21
Kemarahan Adam
22
Perasaan Lain
23
Telepon Dari Rektor
24
Penusukan
25
Rasa Penasaran Danish
26
Amarah Harsha
27
Pasrah
28
Keusilan Sang Ibu
29
Rencana Jahat Dhira
30
Perasaan Yang Tak Enak
31
Saling Membunuh
32
Ikatan Batin
33
Profokasi
34
Bercerita
35
Kebahagiaan Garry Dan Danish
36
Perang Mulut Adam Dan Harsha
37
Pelukan Seorang Kakak
38
Kelinci vs Alien
39
Menggagalkan Rencana
40
Ketakutan Danish
41
Rasa Khawatir Seorang Ibu
42
Kecurigaan Adam
43
Kekecewaan Adam Pada Ibunya
44
Pikiran Yang Kacau
45
Membuat Rencana
46
Penyesalan Danish
47
Berdamai
48
Kebahagiaan Evan
49
Perdebatan Danish Dan Adam
50
Adik Yang Super Menyebalkan
51
Penculikan
52
Kekecewaan Utari
53
Mendatangi Kediaman Dhira
54
Pulang Ke Rumah
55
Terbongkar Kebusukan Dhira
56
Penyiksaan
57
Kemarahan Garry Dan Danish
58
Kehilangan
59
S2. Kekesalan Allan
60
S2. I Miss You
61
S2. Kejutan Ulang Tahun
62
S2. Kilas Balik
63
S2. Adam
64
S2. Perdebatan Allan Dan Melky
65
S2. Kerinduan Danish
66
S2. Kerinduan Danish 2
67
S2. Kesedihan Keluarga Abimanyu
68
S2. Berperang Dengan Pikiran
69
S2. Isak Tangis Gala Melihat Sosok Adam
70
S2. Dipertemukan Kembali
71
S2. Benar-benar Mirip
72
S2. Berusaha Untuk Mengingat
73
S2. Kecurigaan Cakra
74
S2. Fakta Terungkap
75
S2. Mencoba Untuk Mengingat
76
S2. Perang Mulut
77
S2. Allan vs Melky
78
S2. Kemarahan Allan
79
S2. Kekecewaan Allan
80
S2. Kembali Terluka
81
S2. Kekecewaan Nicolaas Terhadap Vigo
82
S2. Identitas Asli Allan
83
S2. Kesedihan Jungie
84
S2. Kemarahan Dan Kekecewaan Allan
85
S2. Ingatan Mulai Kembali
86
S2. Pulangnya Adam Kekeluarga Abimanyu
87
S2. Perkelahian Kakak Dan Adik
88
S2. Kekhawatiran Dan Kerinduan Keluarga Adiyaksa
89
S2. Nasib Malang Vigo
90
S2. Mood Yang Buruk
91
S2. Perkelahian Dengan Kelompok Lion
92
S2. Tak Berkutik
93
S2. Keributan Kecil Adam Dan Danish
94
S2. Pembalasan Adam
95
S2. Teleponan
96
S2. Teringat Kembali
97
S2. Kebencian Adam Terhadap Sang Nenek
98
S2. Masalah Kembali Datang
99
S2. Menceritakan Masalah Yang Terjadi
100
S2. Kembalinya Dhira
101
S2. Flashback Kejadian Lima Bulan Yang Lalu
102
S2. Flashback Kejadian Lima Bulan Yang Lalu 2
103
S2. Ketakutan Celena
104
S2. Keterpurukan Adam
105
S2. Berusaha Mengingat
106
S2. Kabar Yang Mengejutkan
107
S2. Kesedihan
108
S2. Kabar Duka
109
S2. Duka Yang Mendalam
110
S2. Obrolan Ayah Dan Anak
111
S2. Memulai Aksi
112
S2. Kembali Menyalahkan Diri Sendiri
113
S2. Kemarahan Dan Dendam Nicolaas
114
S2. Pembalasan Dari Adam
115
S2. Keberhasilan Adam Merebut Milik Keluarga Bimantara
116
S2. Rasa Bahagia Dan Rasa Syukur Adam
117
S2. Merencanakan Pembalasan
118
S2. Penyerangan Kediaman Keluarga Kalyani
119
S2. Kematian Yohanes Dan Dhira
120
S2. Kembali Merasakan Kehilangan
121
S2. Kesedihan Melky
122
S3. Bangun Dari Koma
123
S3. Telepon Dari Melky
124
S3. Kekesalan Danish Akan Perkataan Adam
125
S3. Aku Merindukan Kalian
126
S3. Wanita Tak Tahu Diri
127
S3. Kembali Bersedih
128
S3. Isakan Danish Di Pelukan Adam
129
S3. Alasan Dibalik Kepergian Melky
130
S3. Janji Adam Dan Zelo
131
S3. Pesan Dari Adam
132
S3. Aku Kakak Kandung Melky
133
Keberhasilan Kelompok Camorra
134
S3. Lebih Suka Adam Yang Sekarang
135
S3. Pertemuan Adam Dan Melky
136
S3. Menceritakan Kejadian Kecelakaan
137
S3. Pria Misterius
138
S3. Dia Adalah Kakak Sepupunya Jordan
139
S3. Menyelesaikan
140
S3. Penyesalan Ringga
141
S3. Obat-Obatan Cabean
142
S3. Kemarahan Adam Kepada Ronny
143
S3. Adam Dan Danish
144
S3. Menaklukkan Ketiga Pria Tampan
145
S3. Ketakutan Para Karyawan
146
S3. Kedelapan Mahasiswi Cantik
147
S3. Kemarahan Evan, Garry Dan Danish
148
S3. Kejahilan Di Pagi Hari
149
S3. Kerinduan Keluarga Abimanyu
150
S3. Tugas Praktikum
151
S3. Kesedihan Gino
152
S3. Memutuskan Untuk Pulang
153
S3. Cerita Yang Sebenarnya Dari Yoga
154
S3. Membujuk Untuk Pulang
155
S3. Pengakuan Dari Adam Tentang Yoga
156
S3. Balasan Langsung Dari Ardi
157
S3. Kesedihan Dan Ketakutan Adam
158
S3. Kabar Dari Zelo
159
S3. Janji Seorang Garry
160
S3. Adik Mata Duitan
161
S3. Kelompok Vagos Dan Rafan
162
S3. Telepon Dari Sandy Dan Kekesalan Sakha
163
S3. Perhatian Adam Terhadap Danish
164
S3. Siluman Kingkong
165
S3. Kemarahan Yoga
166
S3. Kemarahan Adam
167
S3. Sifat Yang Sama Dan Tidak Berubah
168
S3. Kekhawatiran Vino
169
S3. Hukuman Untuk Orang Yang Sombong
170
S3. Hari Keberuntungan
171
S3. Membantu Sang Bibi
172
S3. Informasi Dari Vino
173
S3. Harga Kertas-Kertas Miliaran Rupiah
174
S3. Kabar Dari Ardi
175
S3. Flashback
176
S3. Kesedihan Evan, Garry Dan Danish
177
S3. Membuat Momen Baru
178
S3. Pembalasan Tiga Abimanyu Bersaudara
179
S3. Kesedihan Melky Akan Adam
180
S3. Bertarung
181
S3. Perkataan Manis Adam
182
S3. Sebuah Pilihan
183
S3. Janji Garry Dan Danish
184
S3. Tak Berkutik
185
S3. Membahas Masalah Kerjasama
186
S3. Keinginan Adam
187
S3. Informasi Dari Ricky
188
S3. Menolong Dzaky
189
S3. Cerita Adam Yang Mengejutkan
190
S3. Kemarahan Dan Ancaman Seorang Adam
191
S3. Kabar Bahagia Dari Bagas
192
S3. Menceritakan Tentang Adam
193
S3. Sifat Patuh Adam Dan Harsha
194
S3. Menceritakan Tentang Sosok Ricky
195
S3. Pembalasan Dimulai
196
S3. Berakting Ribut
197
S3. Perkataan Sahabat Terlaknat
198
S3. Teriakkan Histeris Adam
199
S3. Cerita Adam Tentang Jasmine Dan Ariel
200
S3. Dua Kabar Yang Membahagiakan
201
S3. Rencana Selanjutnya
202
S3. Kalian Resmi Dipecat
203
S3. Kekecewaan Utari Terhadap Wakil Dekan
204
S3. Panggilan Dari Yana Bibinya Jasmine
205
S3. Janji Adam Untuk Jasmine
206
S3. Kekesalan Danish Di Pagi Hari
207
S3. Persiapan KKN
208
S3. Isak Tangis Kerinduan Adam Terhadap Ariel
209
S3. Permintaan Reres
210
S3. Kabar Mengejutkan Dari Ricky
211
S3. Kekesalan Adam
212
S3. Mengingat Kejadian Masa Lalu
213
S3. Bala Bantuan Dari Saga
214
S3. Rasa Bersalah Dan Permintaan Maaf Saga
215
S3. Kerinduan Adam Terhadap Ariel
216
S3. Telepon Dari Jasmine
217
S3. Memulai Penyerangan
218
S3. Pertarungan Adam Dan Saga Melawan Torrik
219
S3. Kilas Balik Perkelahian Adam Dan Saga Melawan Torrik
220
S3. Teringat Kejadian Yang Lalu
221
S3. Bubur Ayam
222
S3. Kedatangan Jasmine Dan Yani
223
S3. Kabar Yang Mengejutkan Sekaligus Membahagiakan
224
S3. Datanglah Ke Rumah Sakit Medistra
225
S3. Pertemuan Adam, Yani Dan Jasmine Dengan Ariel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!