Danish sudah berada di Kampusnya. Kini dirinya dan gengnya sedang ada di Rooftop. Hari ini mereka berencana ingin mengganggu dan memancing keributan dengan geng BRAINER. Saat mereka sedang berdiskusi dan merencanakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat kearah mereka. Dia adalah Sigit, mahasiswa fakultas ekonomi.
"Maaf kak Danish aku terlambat, Ini pesananmu," ucap Sigit.
"AKU SUDAH BILANG RASA MANGGA. KENAPA MALAH MELON. APA KAU TULI, HAH?!" bentak Danish.
PLAKK!!
Sebuah tamparan sukses mendarat di wajah Sigit. Setelah Danish puas menampar Sigit. Danish berlalu pergi meninggalkan Rooftop untuk menuju kantin.
"Makanya lain kali kalau disuruh itu yang benar," ucap Indra, lalu mendorong tubuh Sigit sehingga terjatuh di lantai
BRUUKK!!
Di kantin geng BRAINER yaitu Arka, Ardi, Kenzie, Sakha, Gala dan Harsha sudah duduk dengan tenang di kursi masing-masing.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Harsha.
"Apa saja, Sha? Samain saja semuanya." mereka menjawab secara bersamaan.
"Oke, dech. Sebentar ya." Harsha pun langsung berdiri dan melangkahkan kakinya pergi memesan makanan
Sedangkan di meja lain, geng BRAINER tidak menyadari adanya geng BRUIZER yang sedang menatap mereka dengan tatapan sinis. Mereka beranjak dari tempat duduk mereka, lalu melangkahkan kaki menghampiri meja geng BRAINER yang tak jauh dari meja mereka dan tidak sengaja mereka berpapasan dengan Harsha yang sedang membawa pesanan.
Salah satu teman Danish yaitu Arya dengan sengaja menyenggol lengan Harsha yang mengakibatkan semua pesanan yang sudah dipesan terjatuh berserakan dilantai. Sontak membuat geng BRAINER yang lainnya tersulut emosi.
"Apa yang kau lakukan, hah?!" bentak Harsha.
"Oop, sorry. Aku memang sengaja," jawab Arya. tersenyum sinis
"Hei Danish. Apa kau dan gengmu tidak lelah selalu cari masalah dengan kami? Apa maumu sebenarnya Danish?" tanya Sakha yang berusaha menahan emosi
"Mauku adalah kau dan gengmu yang busukmu itu keluar dari kampus ini!" bentak Danish ketus.
"Apa kau sudah gila, hah?! Apa Kau pikir ini Kampus milik nenek moyangmu? Seenaknya saja kau menyuruh kami keluar dari Kampus ini. Kau pikir kau siapa?" Harsha balik membentak Danish.
"Aku tidak peduli. Di Kampus ini hanya ada satu geng. Geng itu adalah geng Bruizer. Jadi enyahlah kalian dari Kampus ini!" teriak Danish, lalu mendorong Harsha hingga terjatuh.
BRUUKK!!
"Harsha!" teriak mereka saat melihat Harsha yang terjatuh.
Ardi yang melihat hal itu, dengan kalapnya, Ardi balik mendorong Harsha.
"Beraninya kau mendorong adikku, hah! Kau pikir kau siapa? Kau tidak berhak menyuruh kami keluar dari kampus ini. Mentang-mentang ayahmu donatur terbesar di Kampus ini sehingga membuatmu menjadi belagu dan sok menjadi penguasa disini. Kau pikir kami semua takut padamu. Jawabannya tentu saja tidak!" Ardi menatap tajam Danish.
"Sudahlah, Di! Ayo, kita pergi dari sini. Percuma saja bicara pada mereka, buang-buang energi saja." Arka membujuk Ardi dan berusaha menghindari perkelahian
"Kau tidak apa-apa, Sha?" tanya Gala.
"Aku baik-baik saja, Gal." Harsha menjawab dengan memperlihatkan senyumannya.
Setelah itu, mereka semua pergi meninggalkan geng Bruizer yang masih ada di kantin.
Saat baru beberapa langkah meninggalkan Kantin, Harsha baru menyadari sesuatu.
"Astaga. Ya,Tuhan!" seru Harsha sembari menepuk jidatnya
"Ada apa, Sha?" tanya Sakha.
"Kak Ardi, kita melupakan sesuatu. Bukannya hari ini Adam pulang ke Jakarta dan kita sudah berjanji pada mama Utari untuk menjemputnya di bandara!" saut Harsha mengingatkan.
"Astaga. Kau benar, Sha! Kenapa kakak bisa lupa?" ucap Ardi.
"Tunggu dulu. Apa aku tidak salah dengar? Tadi kalian berdua mengatakan kalau Adam akan balik ke Jakarta?" tanya Gala.
"Iya, Gal. Adam bakal kuliah disini bareng kita," jawab Harsha.
"Waaah!! Kakak bahagia sekali mendengar Adam balik ke Jakarta. Kakak jadi tidak sabaran ingin cepat-cepat bertemu dengannya!" seru Arka yang diangguki oleh yang lainnya
"Ya, sudah kalau begitu. Ayo, kita pergi jangan sampai terlambat!" seru Ardi.
Setelah mengatakan hal itu, mereka pun berlalu pergi meninggalkan Kampus. Mereka tidak peduli harus membolos kuliah hari ini. Karena itu sudah menjadi kebiasaan mereka.
***
Sekarang mereka sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta. Selama 15 menit mereka berkeliling mencari Adam. Tapi hasilnya, mereka tidak menemukan keberadaan orang yang mereka cari. Terpampang raut khawatir di wajah mereka.
"Kak, bagaimana ini?" tanya Harsha khawatir.
"Tenanglah, Sha. Siapa tahu Adam sudah pulang ke rumah?" jawab Ardi.
"Ya, sudah. Kalau begitu kita pulang sekarang!" seru Sakha.
Akhirnya mereka semua pun pergi meninggalkan bandara dan pulang ke rumah masing-masing.
***
Ardi dan Harsha telah sampai di depan pintu rumah mereka. Ardi membuka pintu yang kebetulan tidak dikunci. Kemudian Ardi dan Harsha melangkah masuk ke dalam rumah.
"Kami pulang!" seru Ardi dan Harsha bersamaan
Mendengar suara Ardi dan Harsha, Alin langsung menghampiri keduanya. Terlihat raut lelah di wajah keduanya.
"Kalian sudah pulang? Kalian pasti lapar? Mama sudah memasak makanan kesukaan kalian," ucap Gauri Alindra Abimanyu.
Lalu tiba-tiba Utari datang dari ruang tengah dan menghampiri mereka yang ada di ruang tamu.
"Eh, kalian sudah pulang. Adam mana? Kenapa tidak pulang bersama kalian? Bukannya kalian yang akan menjemputnya di Bandara?" tanya Utari bertubi-tubi kepada kedua keponakannya.
"Mama Utari bicara apa? Bukannya Adam sudah ada di rumah?" tanya Ardi bingung.
"Kalian jangan bercanda. Adik kalian itu belum sampai di rumah. Kan kalian berdua yang akan menjemputnya," saut Utari panik.
"Maafkan kami mama Utari. Kami tadi terlambat menjemput Adam. Saat kami sampai di Bandara. Adam sudah tidak ada. Kami pikir Adam sudah ada di rumah," jawab Harsha menyesal.
"Jadi Adam sekarang ada dimana?" Utari sudah menangis.
"Utari, tenanglah! Adam pasti baik-baik saja. Percayalah! Coba kau hubungi dia sekarang?" Alin mencoba menghibur Utari.
Utari mengambil ponselnya dan menghubungi putranya. Terdengar suara operator 'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi'
"Bagaimana?" tanya Alin.
"Tidak aktif, kak." Utari berucap dengan nada khawatir
Berulang kali Utari mencoba menghubungi putranya, tapi tetap saja jawaban yang sama. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.
Utari terduduk lemas di sofa ruang tamu dan air mata sudah mengalir di wajahnya. Dia begitu sangat mengkhawatirkan putranya. Dia tidak ingin sesuatu terjadi pada putranya itu.
Lalu tiba-tiba datang Bagas Baureksa Abimanyu dan mendekat kearah mereka. "Ada apa ini? Apa yang terjadi? Utari, kau kenapa menangis?" tanya Bagas pada sang adik.
"Adam, kak! Adam belum kembali ke rumah," jawab Utari yang menangis.
"Apa?" jawab Bagas kaget.
"Bagaimana bisa? Bukannya Ardi dan Harsha yang menjemputnya di bandara!" ucap Bagas.
Lalu Bagas menatap dan melihat ke arah Ardi dan Harsha. "Kalian tidak menjemput Adam di bandara?
"Maafkan aku papa. Kita berdua terlambat menjemput Adam di bandara. Saat kita tiba di bandara, Adam sudah tidak ada di sana." Ardi menjawab pertanyaan ayahnya sembari menunduk. Dirinya tidakk berani menatap papa dan bibinya. Begitu juga dengan Harsha.
"Kau jangan khawatir, Utari. Adam pasti baik-baik saja. Adam itu bukan pendatang baru di Jakarta. Jadi dia tidak akan tersesat. Adam anak hebat dan pemberani." Bagas berbicara sembari menghibur adik perempuannya
***
Two days later! Keluarga besar Abimanyu belum juga mendapatkan kabar tentang keberadaan Adam dimana? Tambah lagi ponselnya tidak bisa dihubungi. Mereka semua benar-benar sangat mengkhawatirkan Adam. Apalagi Ardi dan Harsha. Mereka berdua merasa bersalah. Mereka merasa lalai dan gagal menjalankan tugas.
Ditempat lain! Adam yang sedang asyik dengan kesibukannya sendiri di Apartemen, tidak peduli dengan keluarganya yang sedang mengkhawatirkan dirinya. Dia tetap fokus sama Game yang ada di Komputernya.
"Sudah dua hari aku disini. Bagaimana dengan mama ya? Pasti mama sekarang lagi mengkhawatirkan aku! Aah.. biarin saja. Lagian salah mama sendiri. Kenapa membiarkan anaknya menunggu lama di bandara? Padahal mama tahu sendiri kalau anaknya akan pulang. Aku juga sudah menelepon mama, tapi ponselnya gak aktif." Adam mengomel sambil terus asyik dengan permainannya
Adam menghentikan kegiatan bermain gamenya. Seketika Adam memikirkan ibunya dan keluarganya. Adam masih bingung. Apakah dia akan pulang atau akan tetap disini beberapa hari lagi? Dia masih kecewa dengan keluarganya. Hari pertama dia sampai di Jakarta. Bukannya sambutan yang dia terima, tapi malah kekecewaan yang dia dapat. Seharusnya dia dijemput, tapi nyatanya tidak ada satupun keluarganya yang datang menjemputnya.
"Aarrrggghhh!!" teriak Adam frustasi.
Setelah berpikir lama, Adam akhirnya memutuskan untuk pulang Ke Mansion Mewah keluarganyanya. Bagaimana pun, Adam sangat menyayangi ibunya? Dia tidak mau ibunya sakit gara-gara memikirkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments