Danish dan gengnya berjalan memasuki area Kampus. Kemudian tiba-tiba, Danish menendang sebuah tong sampah dengan cukup keras ketika melihat mangsa bullyannya yang tak jauh dari hadapannya.
BRRRKKK!
Tong sampah itu terlempar tepat di depan langkah seorang mahasiswa. Danish dan kelompoknya menatap tajam kearah mahasiswa itu.
"Cih! Lebih baik kau pulang saja. Mandi yang bersih. Kampus ini tidak menerima seorang mahasiswa sampah dengan bau menyengat sepertimu. Hahahaha," ucap Arya sinis dengan tawa renyahnya
"Yak! Tempatmu bukan disini," gertak Kavi. Mahasiswa tersebut hanya memasang ekspresi datarnya
Sedangkan Danelio Danish Bimantara hanya bersikap dingin dan melangkah santai setelah melakukan perbullyan tersebut. Dia melangkah angkuh melewati si korban bully bersama dengan gengnya, lalu dirinya memberi kode pada Prana untuk melakukan sesuatu.
***
Di sebuah gudang. Danish terlihat sedang mengintimidasi seorang mahasiswa lainnya bersama Prana dan Indra. Danish mulai berbuat seenaknya pada mahasiswa tersebut.
"Ya! Kau tidak dengar, hah?" tanya Danish tajam sembari mengangkat kakinya dan meletakkannya di bahu mahasiswa ini.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Hal itu membuat Danish dan kedua temannya sedikit panik dan menghentikan aktivitas mereka.
"Danelio Danish Bimantara, Nuta Prana Khe, Indra Balamani! Keluar!" teriak Dosen itu.
Namun teriakan dari Dosen tersebut tak dipedulikan oleh ke tiganya. Mereka duduk di bangkunya dengan angkuh. Apa daya? Ayahnya Danish seorang donatur terbesar di Kampus tersebut. Jadi para Dosen hanya bisa menggertak mereka saja. Mungkin hal inilah yang membuat seorang Danish menjadi sombong dan seakan-akan dia adalah seorang pangeran yang tak tertandingi di Kampus.
"Kita bolos setelah jam ini," bisik Danish pada Prana dan Indra yang dijawab dengan sebuah anggukan ringan.
***
Adam adalah seorang mahasiswa yang baru masuk beberapa hari yang lalu. Pagi ini dirinya sedang menikmati perjalanannya menuju Kampus menggunakan motor sport miliknya. Earphone berwarna merah yang menjadi teman setianya telah dipasangkan ke telinga membantunya mendengarkan lagu Charlie Puth yang memang sangat difavoritkannya.
Beberapa jam dalam perjalanan, Adam pun telah sampai di Kampus milik ibunya.
Setelah sampai di halaman Kampus, Adam langsung memakirkan motor sportnya. Lalu Adam turun dari motornya dan melangkahkan kakinya menuju kelas.
Adam berjalan dengan santai sambil mengangguk-anggukkan kepalanya sesekali. Dirinya menyusuri setiap lorong kelas yang hanya terlihat beberapa orang saja di sekitar Kampus.
"Dirandra Adamka Abimanyu!" seseorang memanggil Adam dari arah belakang. Namun Adam tidak mengindahkannya.
"Adam?" Sekali lagi orang itu memanggilnya ragu, takut salah orang.
Orang itu mendekat, lalu menyadari bahwa Adam sedang menggunakan earphonenya. Orang itu memukul pundak Adam untuk mengejutkannya.
Adam yang sedang asik bernyanyi-nyanyi kecil terkejut sembari melihat ke belakang.
"Oh, Kak Gala," ucap Adam datar, lalu kembali tenggelam dengan lagunya.
Gala mendesis. "Ck, dasar anak nakal!" rutuknya sambil melepaskan earphone itu dari telinga Adam.
"Apa kak?" Adam memberikan ekspresi seperti aku- sedang- sibuk, jangan ganggu- aku. Ia kelihatan malas sekali, sangat malas walaupun hanya untuk menjawab pertanyaan Gilang.
"Kau benar-benar menyebalkan, Dirandra Adamka Abimanyu. Dari tadi aku memanggilmu, kau tau? Ingat, kau masih anak baru. Harusnya kau menghormatiku sebagai seniormu."
"Apakah itu masih berlaku walaupun kau lebih pendek dariku, kak? Dan satu lagi yang perlu kau ingat, aku memang anak baru di Kampus ini, tapi aku adalah anak dari pemilik Kampus ini!" seru Adam yang tersenyum mengejek, lalu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan kakak bantetnya itu.
"Kau benar-benar ya." Gala kesal. "Tapi memang benar sih, apa yang dikatakan Adam barusan?" gumam Gala
BRUUKK!
Gala yang berniat mengejar Adam, tiba-tiba tersandung batu. Dirinya terjatuh seketika dengan posisi yang tidak menguntungkan. Kakinya terkilir, sedangkan telapak tangan yang berusaha menopang tubuhnya berdarah terkena batu kerikil di jalanan. Gala meringis kesakitan.
"Ahhh.. sial." Gala mengumpat kesal.
Adam yang melihat kejadian itu langsung membantunya berdiri. Dirinya menjadi tidak tega.
"Makanya, sudah kubilang jangan macam-macam denganku, kak. Kau lihat sendiri akibatnya kan?" ejek Adam.
"Ahh, diam kau bocah nakal. Ini semua gara-gara kau tau." Gala masih merutuk. Sedangkan Adam tak kuasa menahan tawanya.
"Hahahahaha." Adam tertawa terbahak-bahak.
"Nah, nah. Sekarang kau menertawaiku? Ahh.. benar-benar seperti bocah gila." Akhirnya Gala pasrah. Gala menggeleng-gelengkan kepalanya tanda menyerah.
Mereka berjalan sangat pelan, karena Gala yang harus dipapah oleh Adam dengan hati-hati. Setiap kali Adam salah gerakan, Gala akan meringis kesakitan sambil memegangi kakinya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Adam dan Gala sampai di dalam kelas yang lumayan besar. Dikarenakan kelas masih kosong, mereka bertandang dulu ke markas geng BRIANER seperti biasanya.
Adam yang baru satu minggu ngampus pun sudah bergabung dengan geng tersebut. Itu pun karena di paksa dan di bujuk oleh dua kakak sepupunya Ardi dan Harsha.
Disana sudah ada Arka, Ardi, Sakha, Kenzie dan Harsha. Mereka sedang bercakap-cakap sambil tertawa riang.
Melihat kehadiran Gala dan Adam yang tidak seperti biasanya itu, Arka langsung berdiri dari kursinya.
"Kau kenapa, Gal?" tanya Arya cemas.
Arka ikut membantu Adam untuk mendudukkan Gala di kursi.
"Tanyakan pada bocah gila ini, kak Arka." Gala memandang kesal pada Adam. sementara anak itu masih tersenyum nakal.
"Yak! Jaga ucapanmu, Gala. Bagaimana pun Adam itu adikku," ucap Ardi tak terima adiknya dikatakan gila
"Ya, kak. Maaf," jawab Gala.
Semua mata tertuju pada Adam, menanti sebuah jawaban darinya.
Adam yang merasa ditatap hanya mengangkat bahunya, "Kak Gala kena karma, kak!" jawab Adam santai. Setelah itu Adam duduk disebelah Satya.
"Karma?" Kenzie memberikan ekspresi tidak mengerti.
"Ya, dia berniat jahat padaku, karena itu dia tersandung batu lalu terjatuh," jawab Adam.
"Siapa yang berniat jahat, Darindra Adamka Abimanyu! Itu semua gara-gara sikapmu yang tidak sopan!" teriak Gala semakin kesal.
Sedangkan Arka sibuk mengobati luka di kaki Gala.
"Hei, hei. Berhenti berteriak seperti itu Gala. Kau menganggu konsentrasiku belajar," sahut Satya yang dari tadi sibuk membaca buku, kehilangan fokusnya gara-gara teriakan Gala.
"Maaf kak," jawab Gala cemberut, lalu memberikan tatapan membunuh pada Adam.
Sedangkan Adam tidak mempedulikannya sama sekali tatapan dari Gala.
Beberapa menit kemudian, terdengar ponsel milik Adam berdering. Adam lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya.
Setelah ponselnya sudah berada di tangannya. Adam melihat nama 'Mama' di layar ponselnya. Dan Adam pun segera menjawab panggilan dari ibunya itu.
"Hallo." Adam menjawab dengan nada ketus dan wajah dingin
"Adam, sayang. Kamu dimana, nak? Kenapa tidak pulang ke rumah? Mama sangat merindukanmu," tutur Utari di seberang telepon
"Aku ada di Kampus. Aku akan pulang ke rumah kalau Mama sudah mau bersedia menceritakan semua tentang Papa. Selama Mama masih bungkam, selama itu pula aku tidak akan pernah pulang." Adam menjawab dengan nada tinggi.
Setelah itu, Adam memutuskan panggilan tersebut secara sepihak.
PIP!
Mendengar nada bicara Adam membuat Arka dan yang lainnya terkejut. Bagaimana bisa seorang Darindra Adamka Abimanyu berbicara dengan nada tinggi seperti itu. Apalagi kepada ibunya sendiri.
"Maafkan aku, Ma." Adam berucap di dalam hatinya.
Ardi menghampiri Adam. Setelah berada di hadapan Adam, tangannya membelai lembut kepala Adam.
"Dam! Kakak mengerti perasaanmu. Tapi kakak tidak suka kau berbicara seperti itu pada Mamaa Utari. Bagaimana pun dia Mamamu, Dam?" Ardi berbicara lembut kepada Adam.
"Aku tahu kak. Apa aku salah kalau aku merindukan sosok seorang Papa? Dari aku lahir sampai sekarang, aku tidak pernah mengenal siapa Papaku? Seperti apa wajahnya? Setiap aku bertanya kepada Mama, jawabannya tetap sama kalau Papa sudah meninggal," lirih Adam. Seketika air matanya jatuh membasahi wajah tampannya.
Melihat adik sepupunya sudah menangis, hati Adam sesak. Dengan segera Ardi membawa Adam ke dalam pelukannya.
"Sekalipun kau tidak memiliki Papa, tapi kau sudah memiliki dua orang Papa yang selalu menunggumu di rumah," ucap Ardi.
"Itu benar Dam!" seru Harsha yang tiba-tiba datang dan membenarkan perkataan Ardi.
"Kau jangan pernah bersedih, oke! Kita semua ada disini untukmu," ucap Arka yang diangguki oleh Satya dan Kenzie.
"Kau tidak sendirian, Dan!" Kenzie berbicara sembari tangannya bermain-main di kepala Adam.
Adam melepaskan pelukan dari Ardi, lalu menatap satu persatu wajah kakak-kakaknya.
"Terima kasih, kak!" Adam memperlihatkan senyumannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments