Danish bersandar pada sofa yang ada dimarkasnya. Dirinya menghela napas panjang. "Haaah! Kemana anak sialan itu?"
"Ada apa denganmu, Danish? Anak mana yang kau maksud?" tanya Indra bingung.
Danish menoleh menatap wajah Indra dengan wajahnya yang masih kesal.
"Siapa lagi kalau bukan si kutu buku Sonia itu." justru Arya yang menjawab pertanyaan dari Indra.
"Ooh, dia! Mau apa kau mencarinya?" tanya Kavi.
"Aku ada pekerjaan untuknya," jawab Danish dengan senyuman liciknya.
"Pekerjaan apa maksudmu?" tanya Kavi penasaran.
"Nanti kalian semua akan tahu sendiri pekerjaan apa yang akan aku berikan pada sikutu buku itu?" sahut Danish.
Terdengar suara pintu terbuka.
CKLEK!
"Danish. Kau mencari Sonia sikutu buku itukan? Sekarang dia ada di kelas. Kebetulan hanya dia sendiri di dalam kelas itu. Ini kesempatan kita," ucap Cakra yang datang bersama Prana.
"Waaaaah!" seru Danish girang.
"Ayooo," ajak Danish.
...^^^...
Danish dan keenam sahabatnya sudah berada dalam kelas. Sedangkan Arya dan Prana menunggu diluar buat jaga-jaga.
"K-kau mau apa kak Danish?" tanya Sonia gugup.
"Aku ada pekerjaan untukmu bocah. Kalau kau berhasil melakukan pekerjaan ini. Kami berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Kami tidak akan membullymu lagi. Bagaimana?" ucap dan tanya Danish.
Sonia hanya diam dan tidak berani menjawab dan tidak berani menatap wajah Danish dan teman-temannya.
"Kenapa kau hanya diam, bocah!" sergah Rayan.
Sonia mendongakkan kepalanya dan memberanikan diri untuk menatap wajah Danish. "Pekerjaan apa yang akan kau berikan padaku, kak Danish?"
Danish tersenyum menyeringai.
"Ini adalah pembalasan dariku Adam," batinnya.
"Aku mau kau mendekati Adam. Kau harus bisa melakukan sesuatu padanya." Danish berbicara dengan seringai di bibirnya.
Danish mendekatkan wajahnya tepat di telinga Sonia, lalu Danish membisikkan sesuatu disana.
Sonia seketika membelalakkan kedua matanya ketika Danish meminta dirinya melakukan hal keji kepada Adam.
Sonia reflek melangkah mundur dan menatap takut kearah Danish. "Aku tidak mau, kak Danish. Jika kau menyuruh yang lain, aku akan melakukannya."
"Kau berani menolak perintahku. Baiklah! Berarti kau sudah siap menerima perlakuan buruk dari
kami setiap harinya dan bahkan
kali ini kami tidak akan segan-segan untuk melukaimu. Atau kau mau kalau kami yang melakukan hal itu padamu, hum?" Danish berucap sembari menatap wajah cantik Sonia dan tubuh rampingnya.
Danish berbicara seperti itu hanya untuk mengancam Sonia, tidak lebih. Sejahat apapun Danish. Dalam hatinya tidak ada niat untuk berbuat lebih buruk lagi kepada orang lain, apalagi kepada seorang wanita.
"Bagaimana, hum? Kau pilih yang mana? Menerima pekerjaan dari kami atau kami yang akan bekerja untukmu menikmati tubuh indahmu itu." Indra menatap setiap inci tubuh Sonia.
"Saranku. Lebih baik kau terima tawaran kami. Itu akan membawa keuntungan untukmu. Dan kami tidak akan mengganggumu lagi," sahut Cakra.
"Ba-baiklah. Aku akan lakukan. Tapi benarkan apa yang kalian katakan tadi? Kalian tidak akan membullyku lagikan?" tanya Sonia takut dan juga berharap.
"Apa kau tidak mempercayai kami?" ucap Danish.
"Aku percaya," jawab Sonia cepat.
"Bagus. Lakukan dengan baik. Buat dia marah. Kalau kau sudah terpojok dan tidak bisa berbuat apa-apa. Baru kau katakan bahwa aku yang menyuruhmu. Tapi sebisa mungkin kau harus buat Adam marah-marah terlebih dahulu." Danish berbicara dengan penuh semangat.
"Ba-baiklah kak Danish," jawab Sonia.
"Ayoooo," ajak Danish.
Danish dan keenam sahabatnya pun pergi meninggalkan Sonia sendiri di dalam kelas. Dan mereka berniat untuk membolos hari ini dengan mereka pergi ke bar.
"Kita lihat apa yang akan terjadi. Hahahahahaha!" teriak mereka sepanjang koridor Kampus
"Sebenarnya apa rencanamu, Danish?" tanya Prana.
"Rencananya simple, sih. Aku hanya ingin si anak baru yang bernama Adam itu keluar dari Kampus ini. Tepatnya di keluarkan. Karena terbukti menyerangku terlebih dahulu. Dan saat dia menyerangku, aku tak akan membalas sedikitpun.
Biar kelihatan aku ini korban kekerasan." Danish menjawab pertanyaan dari Prana dengan seringai di bibirnya.
"Waaaaaw! Rencana yang bagus sekali, Danish. Aku tidak sabar melihat hasilnya!" seru Rayan.
"Makanya untuk beberapa hari ini, kita menjauh dulu dari geng Brainer. Jangan cari masalah sama mereka," ujar Danish.
"Baiklah," jawab mereka kompak.
...***...
Adam sekarang berada di ruang latihan. Dirinya sedang melatih keahlian Taekwondonya. Adam ditunjuk sebagai pelatih Taekwondo untuk teman-temannya di Kampus. Kenapa Adam bisa menjadi pelatih Taekwondo di Kampus nya? Itu karena beberapa mahasiswa dan juga mahasiswi melapor dan meminta kepada dekan mereka masing-masing agar di Kampus mereka diadakan ekstra kulikuler salah satunya Taekwondo. Lalu mereka menunjuk Adam sebagai pelatihnya. Karena mereka sudah melihat kehebatan Adam saat itu. Latihan itu dilakukan setiap sabtu.
Adam sekarang hanya sendirian
di ruang latihan tersebut. Tidak ada siapa-siapa. Dia lebih memilih untuk sendiri saat ini dan tidak ingin diganggu oleh siapapun. Sudah beberapa kali ponselnya berdering, tapi Adam memilih mengabaikannya.
Adam membaringkan tubuh lelahnya di lantai yang dingin, dan berusaha memejamkan matanya sejenak.
Disaat baru beberapa menit Adam memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibuka oleh seseorang.
CKLEK!
"Adam," panggil Sonia.
"Mau apa kau kemari?" tanya Adam yang masih setia memejamkan matanya. Walau Adam tak membuka matanya, tapi ia hafal dengan suara orang yang memanggilnya.
"Ma-maaf kalau aku mengganggumu. Aku membutuhkanmu, Adam," ucap Sonia.
Mendengar perkataan dari Sonia. Adam langsung membuka kedua matanya. Adam kaget saat mendengar apa yang barusan Sonia katakan padanya?
"Apaaaa? Sonia membutuhkanku," batin Adam.
Adam bangun dari tidurnya, lalu memposisikan tubuhnya menjadi duduk. "Apa yang barusan kau katakan? Kau membutuhkanku. Membutuhkan untuk apa?"
Sonia memberanikan dirinya untuk mendekati Adam, lalu Sonia duduk di samping Adam.
"Aku ingin kau menemaniku. Aku kesepian dan aku membutuhkanmu. Dan aku menyukaimu Adam," jawab Sonia
"Apaa? Kau gila. Apa kau sadar dengan ucapanmu itu, hah?!" bentak Adam.
"Aku memang gila. Gila karena mencintaimu. Tapi aku benar-benar mencintaimu, Dam. Aku bisa memuaskanmu di ranjang," ucap Sonia.
Sonia menarik tangan Adam dan meletakkan di area tubuhnya. Sementara tangan yang satunya melorotkan bajunya sehingga memperlihatkan kulit tubuhnya yang mulus. Melihat hal itu, Adam benar-benar terkejut apa yang dilakukan oleh Sonia.
Adam menarik tangannya, namun Sonia mengencangkan pegangan tangannya di tangan Adam. Bahkan Sonia merapatkan tubuhnya ke tubuh Adam dan mendekatkan wajahnya ke wajahnya Adam.
Tanpa diketahui oleh Adam, seseorang telah merekam aksi yang dilakukan oleh Sonia dari luar.
Ketika Sonia masuk, pintu tidak ditutup rapat oleh Sonia. Dan Sonia datang tidak sendirian.
"Berengsek! Lepaskan aku, sialan!" bentak Adam.
Sonia tetap dengan kegiatannya. Dirinya tidak peduli akan dicap sebagai perempuan murahan. Jika dirinya tidak melakukannya, maka tubuhnya akan menjadi korban.
Melihat kelakuan menjijikkan Sonia membuat Adam kehilangan kesabarannya.
Adam menarik kuat tangannya dan usahanya itu berhasil. Setelah itu, Adam berdiri dan berteriak.
"Keluar dari sini!" teriak Adam.
"Tidak. Aku tidak akan pergi kemana-mana sebelum kau menerima cintaku dan membiarkanku memuaskan tubuhmu." Sonia berbicara tanpa malu sama sekali.
"Kau gila. Sekarang keluar kau dari sini!" bentak Adam sembari menunjuk kearah pintu.
Sonia berdiri dari duduknya,
dan melangkah menghampiri Adam.
"Adam," panggil Sonia.
Adam sama sekali tidak menghiraukan panggilan dari Sonia. Dirinya tetap berdiri membelakangi Sonia.
Berlahan Sonia mendekatkan tubuhnya ke tubuh Adam. Dan detik kemudian, Sonia memberanikan mentautkan bibirnya ke bibir pulm milik Adam.
Adam membelalakkan kedua bola matanya. Dirinya tidak menyangka kalau ciuman pertamanya dirampas oleh perempuan yang sama sekali tidak dicintainya.
Dengan amarah yang sudah memuncak. Adam menarik kasar rambut Sonia sehingga Sonia meringis kesakitan.
"Brengsek! Berani-beraninya kau menciumku, hah! Aku belum pernah melakukan hal ini kepada siapapun dan kau sudah beraninya mencuri ciuman pertamaku!"
Adam menarik kasar rambut Sonia dan menyeretnya keluar dari ruang latihannya.
Setelah tiba diluar, Adam langsung mendorong kasar tubuh Sonia sehingga tubuh Sonia tersungkur di teras.
BRUUKK!
"Dasar wanita tidak tahu diri. Wanita murahan! Menyesal aku telah menolongmu kemarin. Jika kau ingin melakukan hal menjijikkan itu. Lakukan saja dengan orang lain. Tapi tidak denganku!" teriak Adam dengan emosi.
Sementara Sonia sudah menangis mendapatkan perlakuan kasar dari Adam.
Ketika Adam ingin melangkah masuk ke dalam ruang latihannya, tiba-tiba Sonia berbicara sambil menangis.
"Maafkan aku, Adam. A-ku.. aku terpaksa melakukannya. Aku disuruh."
Adam membalikkan badannya dan menatap tajam Sonia. "Apa maksudmu, hah?!" bentak Adam.
"Aku melakukan hal menjijikkan ini karena disuruh oleh Danish dan gengnya. Mereka mengancamku. Jika aku tidak mau melakukannya, maka mereka yang akan melakukannya denganku. Aku benar-benar takut, Adam. Aku minta maaf."
"Mereka melakukan hal ini karena ingin membalas dendam kepadamu, karena kau sudah menolongku kemarin."
"Berengsek. Benar-benar menjijikkan!" teriak Adam.
"Lebih baik kau pergi dari sini. Aku tidak mau lama-lama melihat wajahmu!" bentak Adam.
Setelah mengatakan itu, Adam melangkah masuk ke dalam ruang latihannya.
Setibanya di dalam Adam pun berteriak penuh amarah sambil memukul kaca yang ada di dinding ruangan itu.
"Aaarrrrgggghhh!"
PRANG!
Kaca itu pecah dan mengakibatkan tangan Adam terluka dan berdarah. "Brengsek kau, Danish."
Adam terduduk di lantai dan menenggelamkan wajahnya dibalik kedua belahan lututnya.
***
Sonia pergi meninggalkan Adam di ruang latihan. Sonia berjalan sembari mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit dan juga sedikit bengkak akibat ditarik oleh Adam. Sonia juga merasakan sakit di sekujur tubuhnya akibat dorongan kuat oleh Adam.
Ketika Sonia sedang berjalan, dirinya berhadapan dengan dua pemuda dari geng Brainer. Mereka adalah Kaivan Arkatama dan Ranendra Kenzie Adika. Sonia ketakutan seakan-akan nyawanya akan hilang detik ini juga.
"Kami baru saja melihatmu keluar dari ruang latihan Adam. Kenapa kau ada disana dan apa yang kau lakukan, hah?" bentak Arka.
Sonia tidak menjawab pertanyaan dari Arka. Dia masih setia menundukkan kepalanya karena takut.
"Kenzie memegang kasar dagu Sonia dan mengangkatnya. Apa kau tidak dengar yang barusan ditanya oleh kakakku? Apa kau tuli, hah?!" sergak Kenzie.
"A-aku kesana ingin bertemu dengan Adam. D-dia ada di ruangannya," jawab Sonia gugup.
"Ya, sudah. Pergi sana," ucap Arka ketus.
"Kenzie. Kau hubungi yang lain. Katakan pada mereka, Adam ada di ruang latihannya," tutur Arka.
"Baiklah," jawab Kenzie singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments