Ke esokkan harinya, Adam yang masih berada di Apartemen kakeknya kini tengah bersiap-siap. Setelah selesai dengan pakaiannya, Adam turun ke bawah.
Setibanya dibawah, Adam pergi menuju dapur. Adam membuka kulkas, lalu mengambil susu pisang kesukaannya.
Setelah mendapatkan dua botol susu pisang itu, Adam meneguknya habis tanpa sisa.
"Lebih baik aku ke Kampus terlebih dahulu. Setelah dari kampus, baru aku akan pulang ke rumah. Kalau misalnya mama marah-marah padaku. Aku sudah menyiapkan seribu alasan untuk menyerang mama!" seru Adam dengan tersenyum menyeringai
Setelah mengatakan hal itu, Adam pun langsung pergi meninggalkan Apartemen untuk menuju Kampus.
***
Setelah melakukan perjalanan selama satu setengah jam. Akhirnya Adam tiba di Kampus milik ibunya.
Kini Adam sudah berada di depan gerbang Kampus. Kemudian kakinya berjalan memasuki halaman gerbang Kampus tersebut. Setibanya di dalam, Adam bertanya kepada satpam yang berjaga disitu.
"Pak, ruangan Rektor dimana ya?" tanya Adam.
"Ooh, kamu mahasiswa baru yang dari Amerika itu? Nanti setelah dari gerbang ini ke kiri terus ke kanan, jalan lurus saja terus ke kiri lagi sudah sampai. Jalannya dari koridor ini saja ya." Satpam itu menjelaskan letak ruangan Rektor pada Adam sambil menunjuk arah koridor yang berada di kiri.
"Oke, pak. Terima kasih," jawab Adam sambil menundukkan kepalanya dan berjalan menuju koridor yang di tunjukkan satpam tersebut dan mengikuti arahnya.
^^^
Sesampainya di depan ruangan Rektor. Adam kemudian mengetuk pintu secara berlahan.
TOK!
TOK!
TOK!
"Masuk!" teriak Rektor dari dalam
CKLEK!
Adam membuka pintu tersebut. Setelah pintu itu terbuka, Adam melangkah memasuki ruangan tersebut.
"Selamat pagi pak. Saya mahasiswa baru pindahan dari Amerika seperti yang sudah ibu saya daftarkan." Adam berbicara lembut pada Rektor tersebut sambil menundukkan kepalanya
"Ooh iya, iya. Ibumu adalah pemilik kampus ini? Mari saya akan langsung tunjukkan jalan menuju kelasmu, "jawab Rektor tersebut
Setelah itu, keduanya pun pergi meninggalkan ruangan Rektor untuk menuju kelas Adam.
^^^
Sesampainya di depan kelas, Adma langsung melihat papan nama kelas yang berada di atas pintu. Fakultas Ilmu Komputer.
Rektor itu langsung mengetuk pintu kelas itu dan langsung memasukinya. Adam hanya mengikutinya dari belakang Rektor tersebut.
Semua tatapan dan pandangan orang yang berada di kelas itu langsung tertuju pada Adam. Adam yang menyadari hal itu hanya memberikan senyumannya kepada mereka semua.
Sedangkan para mahasiswa dan mahasiswi yang melihat Adam langsung saling berkata satu sama lain.
"Loh, kok tumben Rektor langsung yang mengantar mahasiswa baru itu? Biasanya kan dia menyuruh yang lain untuk mengantar mahasiswa yang baru masuk."
"Berarti dia anak orang kaya atau istimewa."
"Bisa saja, sih. Rektor kitakan selalu begitu."
"Tapi mahasiswa baru itu tampan juga, ya."
"Wajahnya itu loh, imut sekali."
Setelah Rektor tersebut mengantar Adam ke kelasnya. Rektor tersebut pun pergi menuju ruangannya kembali.
"Oh, iya. Silahkan perkenalkan namamu pada semua teman-temanmu!" ucap Dosen laki-laki itu
"Baik, pak."
Adam melihat dan menatap satu persatu wajah teman-teman barunya.
"Hallo semuanya, namaku Dirandra Adamka Abimanyu. Kalian bisa memanggilku Adam. Aku pindahan dari Amerika dan pindah kuliah disini ke tempat asalku."
"Baiklah, Adam. Sekarang silahkan duduk. Kita akan memulai mata kuliah kita."
"Baik, pak."
Adam berjalan menuju bangku paling belakang. Adam duduk paling pojok di bangku yang kosong. Bangku yang kosong itu bukan berarti tidak ada orangnya. Penghuni bangku tersebut sedang membolos. Penghuni tersebut adalah Ekawira Harsha Abimanyu, kakak sepupu Adam.
^^^
Setelah mengikuti materi kuliahnya selama dua jam. Kini Adam berada di kantin. Adam mengambil satu botol minuman dingin. Adam membukanya, lalu meminumnya berlahan. Setelah itu, Adam memutuskan menduduki dirinya di salah satu bangku sambil sibuk dengan ponsel di tangannya.
Adam menyadari bahwa orang-orang yang ada di kantin itu semua menatapnya. Ada yang menatapnya dengan tatapan kagum dan terpesona dengan ketampanannya dan ada juga yang menatapnya dengan tatapan tak suka. Tapi, Adam tidak memperdulikan semua itu. Adam masih tetap fokus sama ponsel di tangannya.
Disisi lain, Ardi dan Harsha bersama empat sahabatnya sedang berada di Rooftop. Mereka kini tengah khawatir akan adik kesayangannya yang tidak ada kabar selama dua hari. Dan sekarang adalah hari ketiga.
"Kak Ardi! Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa kita akan berdiam diri seperti ini terus? Bagaimana kalau terjadi sesuatu terhadap Adam?" tanya Harsha bertubi-tubi dengan wajah paniknya
"Tenanglah, Sha. Tidak akan terjadi apa-apa terhadap Adam. Dia anak yang kuat dan pemberani." Ardi berusaha menenangkan Harsha.
"Iya, Sha! Apa yang dikatakan kak Ardi benar. Kita berdoa saja semoga Adam baik-baik saja," ucap Gala.
"Ya sudah. Bagaimana kalau kita ke kantin saja. Biar kakak yang traktir!" seru Arka menyemangati.
"Waaaah.. benarkah kak Arka?" tanya mereka dengan wajah sumringah.
"Ya, benar. Ayooo!" ajak Arka.
Dengan semangatnya mereka berlalu pergi meninggalkan Rooftop untuk menuju ke kantin.
^^^
Mereka semua sekarang sudah berada di kantin. Setiba di kantin, tanpa basa-basi lagi mereka langsung memesan makanan. Seperti biasa Harsha yang akan memesan makanannya dan seperti biasa juga makanan yang mereka pesan sama.
Saat Harsha beranjak dari tempat duduknya, matanya tak sengaja melihat sosok orang yang dikenal.
"Adam," batin Harsha.
Melihat Harsha yang tiba-tiba terdiam, Sakha menepuk pundaknya.
"Sha, ada apa? Kenapa tiba-tiba kau melamun?" tanya Sakha.
"Kak Ardi itu Adam!" seru Harsha sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah orang yang dimaksud.
Dengan kompaknya Arka, Ardi, Kenzie, Sakha dan Gala mengalihkan pandangan mereka melihat kearah yang di tunjuk oleh Harsha. Terukir senyuman di bibir mereka saat mereka melihat Adam dalam keadaan baik-baik saja.
Tanpa menunggu perintah. Mereka langsung berlari menghampiri adik mereka.
"Adam!" teriak mereka dan mereka pun langsung memeluk Adam.
Semua orang yang ada di kantin itu melihat kearah kelompok BRAINER. Mereka menyadari kalau teriakan mereka tadi, mengundang tatapan dari para pengunjung kantin. Tapi mereka tidak peduli dengan semua itu. Lagian orang-orang yang ada di kantin itu tidak akan ada yang berani protes pada mereka.
"Yak! Apa-apaan kalian, kak? Lepaskan aku!" teriak Adam kesal yang merasa terganggu.
Mereka melepaskan pelukan mereka dari Adam dan menduduki diri mereka di kursi. Tatapan mata mereka tak henti-hentinya menatap Adam dengan penuh kebahagiaan. Terutama Ardi dan Harsha. Mereka sangat lega ternyata Adam baik-baik saja.
"Kau ke mana saja tiga hari ini, Dam? Kami semua sangat mengkhawatirkanmu!" ucap dan tanya Ardi.
"Untuk apa kalian mengkhawatirkanku. Justru baguskan kalau aku tidak ada didekat kalian. Kalian bisa bebas melakukan apa saja," jawab Adam ketus yang masih fokus dengan ponselnya.
"Kenapa kamu bicara seperti itu, Dam? Kami memang benar-benar mengkhawatirkanmu," ucap Harsha.
Adam jengah, lalu menatap satu persatu wajah kakak-kakaknya.
"Sudahlah, kak. Simpan saja semua bualan kalian itu. Aku tidak akan percaya."
Setelah mengatakan itu, Adam langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka semua.
"Adam tunggu!" Harsha menahan tangan Adam untuk tidak pergi.
"Adam, dengar dulu. Kita semua benar-benar khawatir, apalagi mama Utari. Mama Utari tak henti-hentinya menangis memikirkanmu, Dam." Harsha berbicara sambil menatap wajah tampan Adam.
"Kalau memang kalian semua sayang dan peduli padaku. Kenapa kalian tidak menjemputku di bandara? Tidak ada satu pun dari kalian yang datang menjemputku. Kalian tahu berapa jam aku menunggu disana, hah? Satu jam lebih aku menunggu kalian seperti orang bodoh. Bahkan aku juga sudah menghubungi mama berulang kali, tapi hasilnya apa? Ponselnya mama tidak aktif sama sekali!" teriak Adam.
Teriakan Adam membuat orang-orang yang ada di kantin kaget, lalu mereka semua melihat ke arahnya
"Kami minta maaf, Dam! Kami terlambat menjemputmu. Saat kami tiba di bandara, kamu sudah tidak ada!" seru Ardi yang diangguki oleh yang lain.
"Aku tidak peduli. Yang jelas sekarang aku belum mau pulang."
"Lalu kau tinggal di mana?" tanya Harsha.
"Kalian tidak perlu tahu." Adam menjawab dengan nada ketus.
Setelah itu, Adam berlalu pergi meninggalkan kakak-kakaknya. Dan tanpa Adam sadari, para kakak-kakaknya mengikutinya dari belakang dengan jarak yang tidak terlalu dekat.
Sekarang Adam sudah berada di halaman kampus dan tanpa sengaja Adam menabrak seseorang.
"Maaf, aku tidak sengaja." Adam menundukkan kepalanya dan berlalu pergi.
"Hei kau, tunggu!" seru Danish.
Adam menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah Danish.
"Ada apa?"
"Ooh.. jadi kau mahasiswa baru itu ya?" tanya Danish.
"Iya! Memangnya kenapa?" tanya Adam balik.
"Kau tahukan? Setiap mahasiswa baru yang baru masuk harus mematuhi peraturan di Kampus ini?" tanya Nuta Prana Khe.
"Ya, aku tahu. Di Kampus manapun pasti selalu ada peraturannya kan?" jawab Adam santai.
"Bukan itu maksudku, bodoh." Prana berucap kesal.
"Lalu apa? Kalau ngomong itu yang jelas bodoh," jawab Adam yang tak terima di katakan bodoh.
Prana mengepalkan tangannya kuat. Baru kali ini ada orang yang berani mengatatainya bodoh.
"Maksud dari perkataan temanku tadi itu adalah kau sebagai mahasiswa baru disini harus mematuhi semua perintah kami. Mengerti!" Kavi Nuta Kevala menjelaskan apa yang dimaksud oleh Prana kepada Adam dengan nada tinggi.
"Apa aku tidak salah dengar, hah? Kalian menyuruhku untuk mematuhi semua perintah kalian. Yang benar saja. Memangnya kalian itu siapa? Seenaknya saja kalian mengatur hidupku." Adam menjawab dengan wajah kesal.
Tidak ingin berlama-lama berurusan dengan Danish dan gengnya, Adam memilih pergi meninggalkan mereka semua.
"Wah, wah. Ternyata anak baru ini berani juga pada kita, Danish!" seru Indra Balamani.
"Wooi, anak baru. Urusan kita belum selesai. Dasar pecundang!" teriak Kim Danish.
Adam menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, lalu menatap tajam kearah Danish.
"Mau apa lagi? Aku tidak ingin berurusan denganmu maupun geng bodohmu itu. Jadi jangan pernah mengusik kehidupanku. Mengerti!!" Adam berucap dengan kejam.
Setelah itu, Adam kembali melanjutkan langkahnya.
Sedangkan para kakak-kakaknya hanya tertawa geli melihat kelakuan sang adik yang sedang berhadapan dengan Geng Bruizer. Awalnya mereka khawatir kalau Adam kenapa-napa, tapi di luar dugaan adik mereka bisa mengatasinya.
"Beraninya kau menghina gengku, bocah sialan! Kalian berdua serang dia!" titah Danish emosi.
Saat kedua temannya yaitu Arya dan Cakra ingin menyerang Adam, terdengar suara teriakan.
"ADAM! AWAS! teriak Harsha.
DUUAAGGHH!!
DUUAAGGHH!!
Adam langsung berbalik dan melayangkan tendangan tepat kearah dua pemuda yang menyerangnya membuat mereka berdua tumbang.
"Waaaaaaw.. hebat sekali dia!" seru orang-orang yang menyaksikan kejadian langka itu.
Beberapa orang yang melihat kejadian itu berdecak kagum atas keberanian Adam sang anak baru di Kampus. Karena selama ini tidak ada yang berani melawan mereka, selain Geng Brainer. Hanya geng Brainer lah yang selalu berani melawan mereka. Karena kedua geng ini sama-sama punya pengaruh kuat di Kampus.
Adam menghampiri mereka dan menatap mereka satu persatu.
"Jangan pernah menyerang orang dari arah belakang. Apalagi orang itu sedang lengah. Itu tindakan yang sangat buruk. Hanya laki-laki pengecut yang melakukan hal itu." Adam tersenyum sinis.
Setelah itu Adam pergi meninggalkan Danish dan gengnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments