Beberapa saat kemudian. Alfandi pun beranjak dan berjalan menaiki anak tangga. Sebelum ke kamar nya. Alfandi berjalan mendekati kamar Fikri, si bungsu. Untuk mengeceknya apa sudah tidur?
Rettt ....
Pintu kamar Fikri, Alfandi buka sedikit, melihat ke arah Fikri yanga sudah digulung selimut.
Alfandi kembali membawa langkahnya, setelah menutup pintu tersebut. Lanjut ke ke kamar Firza. Langkah demi langkah yang membawa kaki Alfandi berada di depan pintu.
"Firza? apa kau sudah tidur," pekiknya Alfandi dari balik pintu.
Tidak ada sahutan sedikitpun, dari Firza, membuat suasana tetap hening, Lalu Alfandi mengayunkan langkah menuju kamar pribadinya.
...---...
Suatu hari, di sebuah rumah rakit. Di tempat Sukma bekerja, Sukma sedang menjalankan tugas dengan teman barunya yang bernama Mimy itu
"Nah, nah-nah ... mulai ya? kau selalu melamun gak jelas gitu." Tegur Mimy sambil terus bekerja.
"Tapi kan gue kerja, My. Nggak melamun tanpa kerja," sahut Sukma sembari menoleh ke arah temannya tersebut.
"Iya, emang sambil kerja. Cuma kadang kaki orang kau seruduk juga. Hi hi hi ..." Mimy tertawa kecil.
"Hi hi hi ... Sorry? gak sengaja." Sukma ikut tertawa mendengar perkataan dari Mimy.
Karena memang saking melamun nya. Sampai-sampai terkadang kaki orang ke pel juga.
"Mikirin apa sih?" selidik Mimy. Tetap sambil bekerja.
"Itu--" sahut Sukma memberi jeda pada ucapannya. Mimy yang menatap penasaran.
"Aku bingung," sambung Sukma kembali sembari menghela napas panjang.
"Bingung kenapa lagi sih, tiap gue dengar pasti bingung mulu?" tanya Mimy tambah penasaran, dan sedikit mengolok-ngolok temannya itu.
Sukma menghela napas yang panjang, sebelum menjawab.
"Gimana aku gak bingung coba? aku di sini bisa makan enak walau dengan ngutang, lah adek-adek gue makan sama apa di rumah?" keluh Sukma.
"Lho, kan sama bibi kamu bukan? masa mau makan saja susah?" Mimy tidak habis pikir. Dengan cerita Sukma.
"Di kasih, nasi saja. Lauknya harus beli sendiri! sementara aku? buat ongkos juga." Lagi-lagi Sukma menghela napas dengan berat. Pandangannya menjadi kosong.
Mimy menatap haru sahabat barunya itu, sejenak berpikir dan terus memandangi ke arah Sukma. "Gue ada uang seratus, kamu pake saja. Aku gampang kok."
Netra nya Sukma melihat ke arah uang yang di tangan Mimy. "Nggak usah, My. Kamu juga pasti butuh dan aku sudah banyak menyusahkan mu, My. Dalam dua seminggu ini saja sudah berapa uang mu yang aku pakai."
"Nggak pa-pa, Sukma. Aku percaya, suatu hari bila kamu sudah punya. Pasti akan mengembalikan nya padaku." Mimy begitu percaya sama, Sukma.
Sukma memeluk Mimy dengan rasa haru. "Ngahhhh ... makasih Mimy. Kamu begitu baik dan aku tidak akan pernah melupakan kebaikan mu, Mimy. Tidak akan."
"Sama-sama. Sudah pakai saja, nanti bila aku butuh. Aku tagih sama kamu." Mimy menepuk bahu Sukma.
"Sekali lagi makasih ya mimy? aku gak tahu gimana nasibku bila tidak ada kamu My!" ucap Sukma lagi.
"Sudah lah. Yu kerja lagi?" Mimy bersiap tempur dengan peralatan kerjanya.
Begitupun Sukma, dia pun dengan penuh semangat bekerja demi kelanjutan hidup dia dan adik-adiknya.
Hari ini Sukma baru mau pulang. Dan waktu sudah menunjukan pukul 19 malam. Karena dengan Mimy berlainan arah, Sukma berjalan sendiri sebelum menemukan angkutan umum.
"Ama? kau Ama?" suara seorang pria yang menunggangi motor Honda putih tersebut.
Sukma menoleh. Dan tercengang, pria itu teman kuliahnya waktu dan sebenarnya dia menyimpan rasa sama Sukma, namun tidak pernah Sukma tanggapi karena Sukma sendiri mempunyai kekasih yang bernama Reno yang sudah lama los konteks.
"Beben? kau Beben!" balas Sukma dengan mengulas senyumnya yang ramah.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Beben sambil membuka helm nya.
"Em, aku habis bekerja. Sedang menunggu angkutan umum," kata Sukma dengan wajah yang ramah.
"Tapi kok? jauh amat sampai terdampar di sini?" selidik Beben.
"Panjang ceritanya Ben. Kalau harus diceritakan sih gak akan habis satu hari satu malam!" sahut Sukma sambil merentangkan kedua tangannya.
"Ah, kamu bisa aja. Kamu berhenti kuliah?" tanya Beben lagi.
"Iya," Sukma singkat.
"Oh, ya sudah. Aku antar pulang, ayo naik?" Beben kembali mengenakan helm nya.
"Nggak apa-apa nih?" Sukma tampak ragu.
"Sudah, naik saja. Tenang saja gak akan aku culik, kaya baru kenal saja," Beben meyakinkan Sukma.
"Em ... emang kamu mau mengantar ku kemana?" tanya Sukma malah bertanya.
"Oh, iya lupa gue! emang sekarang kau tinggal di mana?" Beben menepuk jidatnya.
"He he he ... gue tinggal di kampung xx. Di tempat bibi," sahutnya Sukma lagi.
"Ya sudah, gue antar!" Beben kembali mengenakan helm nya.
Tanpa pikir panjang. Sukma pun naik boncengan dengan Beben, dan dengan senang hati tentunya Beben mengantar Sukma pulang.
Selama diperjalanan mereka terus berbincang. Sampai akhirnya Sukma menyuruh Beben menghentikan motornya sebab sudah sampai di depan gang rumah bu Lilian.
"Sudah, berhenti di sini saja! sudah dekat kok." Pinta Sukma sambil menepuk bahu Beben.
"Lah, emang di mana tempat bibi mu, Ama?" selidik Beben setelah mengerem motornya itu.
Sukma menunjuk ke arah dalam gang. "Sudah dekat kok, sudah kelihatan juga. Makasih ya? sorry gue gak bayar!"
"Widdih. Siapa yang minta bayaran Non? emangnya gue ojeg? gue ikhlas kok. Gue antar sampai rumah ya?" tawar Beben, turun dari motornya.
Bibir Sukma mengulas sebuah senyuman yang merekah. "Eh, nggak usah. Gak usah, kamu pulang saja sudah malam."
"Em ... ma-maksud ku lain kali saja, gue gak enak sama orang rumah." Ralat Sukma yang memang gak enak pada bibi dan pamannya.
"Oo! baiklah. Kalau begitu gue pulang dulu ya? Oya nomor ponsel mu mana? biar gampang gue hubungi.
"He he he ... gak ada! ponsel ku malah hilang." Sukma nyengir.
"Ha? hilang apa lu jual?" Beben menatap curiga.
"Iddih ... curiga amat sama gue? sumpah, hilang. Emang sih ada niatan gue jual! tetapi hilang duluan. He he he ..." sambung Sukma.
Beben menggeleng. "Ya sudah. lain kali gue tunggu di tempat yang tadi ya?"
"Eh, ja-jangan, buat apa?" tanya Sukma. "Lagian jangan merepotkan lah."
"Buat menjemput kereta! Ya nunggu kamu lah." Kemudian Beben berpamitan pulang.
Setelah Beben menghilang dari pandangan. Sukma langsung membawa langkahnya menuju rumah bibi Lilian yang tampak sepi itu.
Sukma terus berjalan sambil melamun dan berhenti di teras. Terdengar suara ribut-ribut dan suara tangis adik-adiknya.
Sukma kaget dan langsung mendorong pintu dengan ucapan salam.
"Assalamu'alaikum? ada apa ini?" tanya Sukma menatap heran pada kumpulan orang-orang rumah, dan adik-adiknya langsung mendekati Sukma.
"Kakak?" panggil Jihan dan Marwan berbarengan. Wajahnya sama-sama basah dengan air mata.
Sukma kembali bertanya. "Ada apa ini? Jihan, Marwan." Kalian tidak melakukan yang macam-macam kan?"
Paman Dandi menatap tajam pada Sukma. "Kamu ajari adik-adik mu untuk sopan santun dan tahu diri sedikit lah."
Sukma tetap belum mengerti. Netra nya melihat ke arah adik-adiknya dan bibi Lilian bergantian. "Ada apa ini, Bi? aku gak mengerti."
"Ini adik-adik mu mengambil uang paman." BI Lilian berucap lirih, dia merasa bingung dalam posisinya ini. Dandi suaminya dan Sukma adalah keponakannya.
Sukma tersentak rasanya tidak percaya kalau kedua adiknya melakukan itu. Manik Sukma bergerak beralih melihat pada Jihan dan Marwan bergantian. Satu-satu Sukma menangkupkan kedua tangan di pipi mereka berdua.
"Apa benar kalian mengambil uang paman?" tanya Sukma lirih dengan hati yang sedih.
Keduanya menggeleng, dan tidak mau mengakuinya. "Kami bersumpah, Kak. Kami tidak mengambil uang paman." akunya Marwan dan Jihan bergantian.
"Itu bohong. Mereka memang melakukannya." Tuduh paman Dandi.
Mereka berdua bersikukuh tidak melakukan itu, mereka ingat pesan orang tua dan juga Sukma, menjadi pemulung lebih baik ketimbang meminta-minta apalagi mencuri ....
...Bersambung!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Sepertinya paman ya ini sengaja memfitnah mereka agar bibinya juga Ndak suka sama adik2 Sukma.
Jahat banget sih, punya paman kaya gitu.
Atau apa mungkin ini ulahnya anak2 bibinya .
Mungkin aja....
2022-10-22
2
DISTYA ANGGRA MELANI
Sekrang seolah " difitnah adik nya sukmaa ntar udah berduit bru ngaku keponakan... Jngn mw klo sukma nanti di mintaai tolong oleh kluarga nyaa yaaa..
2022-10-21
1
Kurniaty
Mungkinkah pamannya memfitnah adik adik Sukma biar bisa mereka usir,sungguh tega ya masa gak ada hati sedikit saja buat keponakannya.
Sukses thoor & lanjut.
2022-10-21
1