Saat ini Sukma dan Jihan juga Marwan, sudah sampai di kontrakan Sukma yang kosong melompong tak ada apapun sekalipun bantal satu.
"Kak, ini kosong melompong begini? tidak ada barang satupun." Marwan menoleh pada Sukma yang membuka jendela.
"Iya nih ... mana tempat tidurnya? bantal pun tidak ada!" timpal Jihan sambil bejalan memasuki ruangan tersebut.
"Yang penting. Kita gak numpang lagi di tempat bibi, nanti kalau ada rejeki kita beli bantal." Sukma berucap lirih pada kedua adiknya.
"Hi ... gak usah khawatir. Bantal aku bawakan nih!" suara Mimy dari balik pintu membawa beberapa bantal dari kontrakannya.
"Mimy? Masya Allah ... kau ini baik sangat." Sukma menyambut hangat kedatangan Mimy dan mengambil bantal yang dia bawa.
"Mereka pasti adik-adik mu kan?" tanya Mimy menunjuk kepada Jihan dan Marwan.
"Iya, My. Mereka adik gue, Jihan dan Marwan, Jihan. Wan, kenalkan? dia kak Mimy teman Kakak yang sangat baik hati. Buktinya sekarang aja langsung meminjamkan bantal buat kita!" Sukma melihat ketiganya bergantian.
Sukma mengenalkan Mimy pada kedua adiknya. Jihan dan Marwan langsung menyalami Mimy.
"Terima kasih ya kak mimy?" ucap Jihan dan Marwan berbarengan.
Setelah beberapa saat berada di sana, Sukma dan Mimy berangkat kerja. Dan Sukma mewanti-wanti supaya kedua adiknya jangan ke mana-mana sebab mereka belum mengenal tempat tersebut. Takutnya ke sasar.
"Ingat, pesan Kakak ya, jangan ke mana-mana. Nanti ke sasar." Pesan Sukma pada kedua adiknya itu.
"Kalau kalian mau beli makanan. Tuh? di depan ada warung. Ke sana saja ya?" tambah Mimy sambil menunjuk ke arah sebuah warung yang berjarak tidak jauh dari kontrakan mereka.
Jihan melihat ke arah yang Mimy tunjukan. "Kak. Mana uang nya? belum sarapan." Membuka tangannya meminta uang pada Sukma.
Sukma pun memberikan uang pada Jihan. "Buat sarapan dan makan siang."
"Kak, ini mana cukup buat dua kali makan?" protes Marwan ketika melihat uang di tangan Jihan.
Kemudian Sukma menambah lagi sepuluh ribu. Yang langsung Marwan ambil.
"Kalian, kalau mau beli mie, masak di tempat Kak Mimy aja, ini kunci nya. Dan uang itu akan cukup kalau dibelikan mie, dapat beberapa biji lho." Tambah Mimy sambil memberikan kunci pada Jihan.
"Tapi My, gak pa-pa itu kunci?" Sukma merasa gak enak hati membuat Mimy susah.
"Sudah, nggak pa-pa." Jawabnya Mimy kembali.
"Ini uangnya 30 ribu, Kak!" Jihan menyatukan uangnya dengan yang di pegang oleh Marwan.
"Iya. Itu cukup beli mie, enam atau tujuh. Air minum ada di dalam." Lagi-lagi Mimy menunjuk ke arah kontrakan nya yang bersebelahan.
"Beneran gak pa-pa, Kak?" tanya Jihan ragu, menatap ke arah Mimy.
"Kak, Mimy gak takut kehilangan gitu?" selidik Marwan.
"Kehilangan apa? gak ada apa-apa kok, ya sudah kami pergi dulu, takut kesiangan." Mimy mengajak Sukma untuk segera pergi.
"Jihan, Marwan. Kalian hati-hati ya? dan jangan bikin berantakan tempat kak Mimy." Pesan Sukma sambil buru-buru pergi meninggalkan kedua adiknya itu.
"Mimy terima kasih ya! kau begitu baik padaku?" Sukma melirik ke arah Mimy sambil menunggu angkutan umum.
"Sudah ah, anggap saja mereka adik ku juga." Lanjut Mimy sambil masuk ke dalam angkutan umum. Dan di susul oleh Sukma.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit, dan keduanya langsung terjun pada tugasnya masing-masing.
"Aduh, ibu mau ke mana?" tanya Sukma melihat seorang ibu-ibu yang menjadi pasien rumah sakit tersebut berjalan tertatih.
"Saya mau pulang! tidak betah di sini Neng." Jawabnya ibu itu.
Sukma memegang tangannya ibu tersebut. "Keluarga Ibu dimana? " selidik Sukma lagi.
"Entah, saya tidak tahu. Mungin mereka sudah mati." Jelasnya.
"Em ... aku antar ibu ke kamar pasien ya? yu sama aku yu! gak boleh jalan sendirian takut." Sukma membeyeng ibu tersebut di ajaknya tuk masuk ke salah satu ruangan.
"Tidak mau, saya mau pulang!" tangannya menepis rangkulan tangan Sukma yang hendak membantu untuk masuk kembali ke ruangannya.
"Eh, itu ibu saya mau dibawa kemana?" teriak seorang ibu muda menunjuk pada Sukma dan ibu paruh baya yang dia bilang ibunya.
Sukma menoleh, menatap ke arah wanita tersebut yang dengan napas ngos-ngosan. "Maaf, saya menemukan ibu ini mau jalan sendiri. Katanya mau pulang."
"Ini Ibu saya, dia agak ling-lung. Kadang ingat kadang enggak." Balas wanita tersebut sambil menggandeng tangan sang ibu.
"Oh, baiknya jangan dibiarkan sendiri, kasihan. Masih mending kalau masih di sini dan ketemu! kalau jauh dan tidak ada yang mengetahuinya. Gimana?" lirihnya Sukma
"Iya, makasih ya?" Balas ibu tersebut merangkul bahu sang bunda lalu dibawanya masuk.
"Iya sama-sama." Kemudian Sukma melanjutkan tugasnya.
Netra matanya Sukma melihat ada dua orang pria penampilan rapi. Berjalan berbarengan mengobrol dengan sangat serius. Satunya memasukan tangan ke saku dan dompetnya terjatuh ke lantai.
Sukma mematung melihat keduanya yang terus berjalan, kemudian Sukma mengambilnya, lantas berlari menyusul pemiliknya. "Tuan? tunggu?"
Kedua pria itu menoleh kepada Sukma yang sedikit ngos-ngosan memegang sebuah dompet.
"Tuan. Ini dompet mu yang jatuh." Sukma memberikan dompet tersebut pada salah satu pria yang memakai kemeja putih.
Keduanya saling pandang dan merogoh sakunya. Dan salah satunya memang kehilangan dompet yang terbukti di sakunya tidak ada.
"Itu, dompet ku!" dia mengambil dari tangan Sukma. "Makasih ya?"
"Iya, sama-sama, Tuan." Sukma mengangguk.
Sejenak pria itu menatap dengan senyuman di bibir.
"Kok bisa dompet mu terjatuh?" tanya temannya pria itu.
"Entah, tapi memang ini!" sambil mengecek isinya yang ada KTP dirinya, dan sejumlah kartu ATM.
"Sekali lagi terima kasih banyak?" ucap Alfandi yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah sakit tersebut.
"Iya, sama-sama," lalu Sukma bergegas pergi. Meninggalkan dua pria tersebut dan melanjutkan pekerjaannya.
"Dari mana, Sukma?" tanya teman kerjanya Sukma menatap intens.
"Itu, tadi ada seseorang dan dompetnya jatuh, jadi aku susul kan."
Netra nya teman kerja Sukma menoleh ke arah yang Sukma tunjukan. "Dua pria itu?"
"Iya, mbak." Sukma mengangguk.
"Mereka itu pemegang saham di sini, kalau gak salah!" kata wanita itu.
"Ada apakah gerangan? boleh kah daku kepo?" suara Mimy menghiasi dan menghampiri keduanya.
"Si Sukma, habis temukan dompet. Sepertinya dompet milik pemegang saham di sini." Jawabnya wanita tadi yang sering di panggil Lilis.
"Yang mana? pengen lihat deh." Mimy celingukan.
"Nggak ada, sudah pergi." Kata Lilis sambil menyapu.
"Kali saja aku ketemu dia dan tercantol gitu hatinya sama aku, lumayan lah ... untuk mengangkat derajat." Celetuk Mimy sedikit menghayal.
"Huu ... ngayal kau My-My ..." Lilis menggeleng.
Dan Sukma hanya tersenyum mendengarnya sambil menggeleng ....
.
.
...Bersambung! ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
mariammarife
pertemuan pertama biasa saja tp ngga tau dech pertemuan selanjut nya....?
2022-10-24
1
Ummi Alfa
Kesan pertama Alfandi bertemu dengan Sukma pasti sangat berkesan di hati Alfandi karena kejujuran Sukma.
Smoga secepatnya mereka bertemu kembali.
2022-10-24
4
syarifa putri
fix ini menarik ...
lanjut thoor ...
😄
2022-10-24
1