Bab 13 Antara Martabak dan Sate

Hari kedua Arjuna bekerja di SMA Guna Bangsa masih dihabiskan dengan kegIatan setumpuk teori. Mulai dari buku bacaan cara menjadi pengajar yang baik, aturan dan tata tertib tenaga pendidik sampai rumus-rumus matematika terbaru yang mengalami perkembangan selama 7 tahun terakhir sejak kelulusan SMA-nya.

Kehadirannya yang menjadi trending topik para penggosip dan pencari muka di SMA Guna Bangsa, membuat Arjuna harus menahan diri supaya tidak sering-sering menampakan diri di depan khalayak ramai.

Alhasil. Arjuna lebih senang menghabiskan waktu di halaman belakang gedung SMA. Arjuna yang memang menggemari tempat tersembunyi yang tenang seperti ini, sering melewati jam-jam istirahat seorang diri di tempat ini.

Tapi siang ini ternyata ia tidak hanya sendiri. Sosok Cilla yang semula ingin menyepi juga seperti Arjuna, urung mendekat dan ingin berbalik ke kelas. Namun saat didengarnya suara Arjuna berbincang dengan seseorang, Cilla berbelok ke balik tembok bangunan yang dipakai untuk kegiatan uji coba tanaman anak-anak kelas IPA

“Akhirnya kamu menelepon aku juga, Sayang.” Terdengar nada bahagia dan berbunga-bunga dari mulut tipis sang idola baru.

“Aku bisa menjelaskan masalah itu, sayang. Ayo kita ketemuan dulu.”

“Bukan begitu, sekarang aku bekerja, tapi bukan lagi di kantor papa. Aku sekarang…. Luna ! Luna !”

Wajah Arjuna terlihat kesal sambil menatap handphonenya. Tentu saja tidak terlihat apa-apa lagi di sana, hanya layar hitam yang kalau tersentuh pun hanya ada tulisan angka yang menunjukan waktu.

Cilla melihat guru baru itu menggeram kesal dan menjambak rambutnya sendiri. Dia sudah menunggu saat-saat Arjuna melempar handphonenya, tapi dilihatnya Arjuna batal dan hanya menggeram tidak jelas. Cilla menarik sudut bibirnya sebelah menggambarkan senyum sinis di wajahnya.

Langkah kakinya yang tidak sengaja menginjak ranting membuat Arjuna yang sedang marah-marah sendiri jadi waspada.

“Siapa itu ?” Arjuna menoleh dengan mata menelisik mencari asal suara.

Tapi Cilla tidak peduli. Ia segera berlari meninggalkan halaman belakang sekolah. Niatnya ingin mencari inspirasi jadi menguap entah kemana.

Sementara Arjuna yang merasakan degup jantungnya bertambah cepat, tidak sabar menunggu bel istirahat berakhir. Kakinya sudah minta diajak kembali ke ruang guru, saat tidak menemukan siapapun ada di dekatnya.

🍀🍀🍀

Sore harinya selepas magrib, Arjuna memutuskan untuk melihat-lihat tempat makan kaki lima yang ada dekat tempat kost.

Beberapa ratus meter, ia menemukan semacam taman penghijauan, dimana banyak pedagang kaki lima berjejer di sana mirip pujasera.

Langkah Arjuna menelusuri melihat satu persatu makanan yang diperdagangkan. Ia menelan salivanya. Perutnya yang lapar melihat semua makanan terlihat menggiurkan. Tapi mengingat uangnya yang semakin menipis, akhirnya Arjuna memilih makan sate ayam plus nasi malam ini.

“Kalau mau nonton, pergi ke bioskop, bukan nongkrong di sini sambil makan sate.”

Arjuna langsung mendongak dan mendapati mahluk aneh dari SMA Guna Bangsa sudah duduk di depannya. Aroma wangi mentega dari dalam dus yang dibawanya, membuat Arjuna menelan salivanya agar jangan menetes tergiur wangi martabak.

“Ngapain kamu di sini ?” Tanya Arjuna sedikit ketus.

Cilla tidak menjawab. Ia tetap duduk dengan cueknya di depan Arjuna dan membuka dus martabak yang dibawanya.

“Tentu saja mau makan, Pak Arjuna yang terhormat. Bukan seperti Bapak, nggak jelas, mau makan atau nonton film streaming,” Cilla mencibir.

Tangannya bukan mengambil sepotong mertabak malah terpeleset ke piring safe Arjuna dan langsung mengambil 2 tusuk terakhir.

Arjuna langsung melongo dibuatnya tapi Cilla terlihat masa bodoh dan menghabiskan dua tusuk sate terakhir milik Arjuna.

“Dasar anak kurang ajar ! Nggak tahu apa kalau aku sengaja menyisakan dua tusuk itu untuk kenikmatan terakhir.”

Wajah Arjuna mulai terlihat kesal. Apalagi dalam hati ia terus memaki Cilla yang seenak jidatnya menghabiskan sate miliknya tanpa permisi.

“Jangan suka kesal begitu, Pak. Apalagi cuma karena sate ayam 2 tusuk,” Cilla yang melirik wajah Arjuna terlihat menyeringai membuat Arjuna bertambah kesal.

“Ini,” Cilla menyorongkan dus martabaknya supaya lebih dekat di depan Arjuna. Wangi mentega bercanpur keju, cokelat, kacang dan wijen langsung menggoda penciuman Arjuna.

Pria itu mengambil air putih kemasannya. Selain menahan emosi, Arjuna juga harus menahan godaan mengambil martabak manis di depannya.

“Saya ganti dengan ini, Pak. Sepotong martabak sama nilainya dengan dua tusuk sate.”

Arjuna menyemburkan sisa air yang ada di mulutnya hingga membasahi sebagian wajah Cilla.

“Bapak jorok banget, deh !” Cilla mengambil tissue yang ada di dekat situ lalu mengusap wajahnya yang basah. “Saya harus cuci muka 3 kali nih demi menghilangkan bau sate dari mulut Bapak.”

“Mana bisa disamakan antara sate dan martabak,” omel Arjuna. “Sate itu makanan utama sedangkan martabak itu makanan penutup atau makanan ringan.”

Cilla memutar bola matanya dan menatap Arjuna dengan sebal.

“Saya tahu kalau Bapak itu seorang guru, tapi saya tidak memerlukan penjelasan bedanya sate sama martabak. Yang tadi saya bahas kalau harga dua tusuk sate setara dengan sepotong martabak. Bukannya itu lebih cocok dengan hitungan matematika sesuai bidang studi Bapak ?”

Cilla yang mengomel mendekatkan wajahnya ke Arjuna,’membuat pria itu terlihat jengah.

“Bapak masih tidak terima kalau sate Bapak saya makan ? Tidak mau barter dengan martabak saya ?”

Arjuna berdecak kesal. Mau berdebat dengan anak abege model Cilla baginya terlihat sia-sia.

Tanpa diduga Cilla mengambil sepotong martabak dan langsung memasukan ke dalam mulut Arjuna.

“Ini sebagai permintaan maaf saya atas kekesalan Bapak karena dua tusuk terakhir saya habiskan.”

Baru saja Cilla beranjak bangun, suara Arjuna menghentikannya. Martabak yang tadi masuk ke dalam mulutnya sedang dipegang di tangannya.

“Tidak sopan meninggalkan teman yang sedang menghabiskan makanannya.”

Dahi Cilla berkerut, tapi dia menurut juga untuk kembali duduk.

“Teman ?” Cilla menatap Arjuna sambil mengernyit.

Arjuna hanya diam saja tidak menanggapi pertanyaan Cilla, dia sibuk menikmati potongan martabak yang perlahan masuk ke dalam mulutnya.

Sepertinya Arjuna harus mengimbangi sikap Cilla dengan gaya yang sama supaya bukan hanya hatinya yang dibuat dongkol oleh kelakuan calon muridnya ini.

“Kenapa kamu tidak langsung pulang dan menikmati martabak ini dengan keluargamu ?”

Cilla memutar bola matanya lagi lalu berdecak dengan wajah kesal.

“Saya bukan anak yang akan ditunggu sama orangtua,” jawab Cilla dengan nada malas.

Tidak lama tukang martabak mengantarkan sekotak martabak lagi dalam kantong plastik.

“Terima kasih Mas idi,” Cilla menganggukan kepalanya.

Arjuna masih mencuri-curi pandang memperhatikan Cilla, sambil pura-pura sibuk menikmati martabak yang ada di depannya.

“Kamu bilang tidak ada keluarga, tapi beli sebungkus martabak lagi.”

“Ooo ini untuk Bik Mina, Bang Dirman sama Bang Toga,”jawab Cilla santai sambil mengambil sepotong martabak.

Arjuna hanya mendengarkan tanpa bertanya siapa ketiga orang yang disebutkan namanya oleh Cilla.

“Bapak doyan apa lapar ?” Ejeknya sambil tertawa. “Nggak sadar kalau sudah menghabiskan 3 potong martabak ?”

Arjuna hampir saja tersedak. Perhatiannya fokus pada kelakuan Cilla sementara tangannya otomatis mengambil martabak. Wajahnya memerah karena malu ditegur seperti itu oleh Cilla.

“Bapak sering makan di sini ?”

Seolah tidak sadar dan tidak peduli kalau kalimat sebelumnya membuat Arjuna jadi salah tingkah. Cilla malah sudah mengajukan pertanyaan lainnya.

“Baru pertama,” jawab Arjuna singkat dan padat.

Cilla membersihkan tangannya dengan tissue lalu mengambil handphone dari tas selempangnya.

“Bisa sebutkan nomor handphone Bapak ?”

Arjuna tidak menjawab hanya mengerutkan dahinya, tatapannya terlihat tidak percaya pada permintaan Cilla.

“Jangan salah paham. Seperti Bapak bilang, kita memang teman makan. Sebelumnya kita pernah makan siang, sekarang makan malam, siapa tahu besok-besok kita bertemu saat makan pagi.”

Cilla menyodorkan handphonenya supaya Arjuna memasukan nomornya ke daftar panggilannya.

“Makan sendirian itu tidak enak, Pak. Lagipula kalau kita sedang ingin makan 2 macam sementara kantong pas -pasan, kita bisa bagi setengah-setengah. Saling menguntungkan.”

“Simbiosis mutualisme ?” Ledek Arjuna.

“Bisa dibilang begitu. Bukankah lebih baik karena menguntungkan kedua belah pihak ?”

Arjuna hanya tersenyum dengan wajah mengejek. Tangan Cilla dibiarkan menggantung sambil megang handphone.

Dengan tidak sabaran akhirnya Cilla malah mengambil handphone milik Arjuna dan mencoba membukanya. Ternyata terkunci.

“Passwordnya , Pak !” Bukan nada bertanya malah perintah yang keluar dari mulut Cilla.

Arjuna menggeleng dengan dua tangannya sekarang terlipat di depan dada. Wajahnya terlihat menyebalkan dengan seringai liciknya.

Cilla, gadis cerdas itu tidak kehabisan akal. Dia mendekatkan handphone milik Arjuna ke arah wajah pemiliknya, dan sesuai dugaannya, kunci handphone langsung terbuka.

“Sial, bisa-bisanya dia kepikiran dengan face ID,” umpat Arjuna dalam hati.

“Cilla !” Bentak Arjuna. Beberapa orang yang ada di dekatnya menoleh.

Cilla tidak perduli dan terus menghindari tangan Arjuna yang berusaha merebut kembali handphone miliknya. Akhirnya Arjuna menyerah dan merelakan handphonenya diutak-atik oleh Cilla.

Setelah berhasil mendapatkan nomor hanpdhone Arjuna dan memasukan nomor miliknya dalam daftar panggilan gurunya, Cilla mengembalikan handphone itu kepada pemiliknya.

“Percaya sama saya, Pak, sangat tidak enak terlalu sering makan sendirian.”

Cilla beranjak bangun membawa bungkusan martabaknya. Sisa martabak yang tadi dimakannya berdua dengan Arjuna ditinggalkan di meja.

Cilla berhenti sebelum jauh melangkah dan berbalik menatap Arjuna lagi.

“Jangan ditinggalkan, Pak. Bawa pulang saja, lumayan buat sarapan besok di tempat kost. Saya pamit, Pak.” Cilla membungkukan badannya sambil tersenyum.

Arjuna kembali melongo dengan sikap Cilla yang secepat kilat tanpa menunggu otak lawan bicaranya memproses jawaban.

Dilihatnya handphone yang ada di tangannya. Dengan sedikit penasaran, ia membuka daftar nomor panggilan keluar.

Arjuna hanya bisa geleng-geleng kepala. Tulisan Teman Makan terlihat di panggilan terakhirnya.

Terpopuler

Comments

rista_su

rista_su

kamu tau banyak yha cil soal juna

2024-05-24

0

Nacita

Nacita

pertama2 teman makan, lama2 jadi teman hidup.... eaaa eaa eaaaaaa 🤣

2024-05-18

1

Kawaii 😍

Kawaii 😍

cieee juna

2024-01-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perjodohan
2 Bab 2 Melarikan Diri
3 Bab 3 Konsekuensi Bukan Hukuman
4 Bab 4 TENTANG SEMALAM
5 Bab 5 Awal Perjuangan
6 Bab 6 Dari Titik Nol
7 Bab 7 Jadi Anak Kost
8 Bab 8 Mahluk Aneh
9 Bab 9 Wawancara
10 Bab 10 Suporter Loyal
11 Bab 11 Persiapan Calon Guru
12 Bab 12 Guru Baru
13 Bab 13 Antara Martabak dan Sate
14 Bab 14 Memulai dari Asisten
15 Bab 15 Bukan Anak Nakal
16 Bab 16 Kenaikan Kelas
17 Bab 17 Mulai Baper
18 Bab 18 Bukan Karyawisata
19 Bab 19 Indahnya Indonesia dan Kamu
20 Bab 20 Pernikahan Dono
21 Bab 21 Pembicaraan Tanpa Debat
22 Bab 22 Pria Nethink
23 Bab 23 Teman Baru
24 Bab 24 Ajakan Liburan Bersama
25 Bab 25 Ke Gunungpati
26 Bab 26 Mabuk Duren ?
27 Bab 27 Teman Curhat
28 Bab 28 Masih Teman Curhat
29 Bab 29 Liburan di Semarang 1
30 Bab 30 Liburan di Semarang (2)
31 Bab 31 Liburan di Semarang (3)
32 Bab 32 Sebelum Pulang
33 Bab 33 Kejutan Manis
34 Bab 34 Tahun Ajaran Baru
35 Bab 35 Anak Bebek Bukan Anak Burung
36 Bab 36 Buka Mata Tutup Hati
37 Bab 37 Insiden di Kantin
38 Bab 38 Semua Karena Jovan
39 Bab 39 Ada Namaku Disebut
40 Bab 40 Teman Seperjuangan
41 Bab 41 Insiden Ban Sobek
42 Bab 42 Aksi Menghindar
43 Bab 43 Dikejar Penagih Cinta
44 Bab 44 Razia Cinta
45 Bab 45 Awal Cerita
46 Ban 46 Lanjutan Cerita
47 Ban 47 Bukan Kencan Buta
48 Pertemuan Tanpa Rencana
49 Kencan yang Belum Usai
50 Sahabat Sehari
51 Kenapa Rasanya Begini ?
52 Ke Rumah Theo
53 Berbagi Cerita Lama
54 Akhirnya Punya Kakak
55 Niat Baik Cilla
56 Pilih Angsa atau Anak Bebek ?
57 Makan Siang Keluarga
58 Ketika Aku Tahu Tentangmu
59 Pengakuan Dadakan
60 Ngambeknya Cilla
61 Ulangtahun Mama Diva
62 Awal Aksi Arjuna
63 Mak Comblang Yang Jadi Rival
64 Para Pengintai
65 Pengakuan Pria-pria Tampan
66 Donasi Sabun Sekilo
67 Seuntai Kata Maaf
68 Gara-gara Dimas
69 Bertemu Amanda
70 Apel Pertama
71 Bukan Tanda Restu
72 Obrolan yang Lama Menghilang
73 Mengungkapkan Pada Para Sahabat
74 Syarat dan Ketentuan Berlaku
75 Kegundahan Hati Arjuna
76 Tetap Sayang
77 Pertemuan Keluarga
78 Tentang Perjodohan
79 Akhir Sebuah Drama
80 Emosi yang Salah Tempat
81 Rindu di Tengah Emosi
82 Curahan Hati Arjuna
83 Kedatangan Amanda
84 Dua Permintaan Satu Tujuan
85 Karena Ada Kamu
86 Para Sahabat Kepo
87 Kado yang Terindah
88 Doa untuk Cilla
89 Para Pendengki
90 Para Penjaga Jodoh Orang
91 Orang Kaya Dadakan
92 Kenyataan yang Harus Diungkap
93 Kamu Bukan Pengganti
94 Hadiah Semesteran
95 Permintaan Papi Rudi
96 Kencan - Makan Malam
97 Kencan - Nonton Film
98 Kencan yang Masih Berlanjut
99 Cinta di Antara Deburan Ombak
100 Sarapan Pagi Penuh Makna
101 Cinta yang Belum Kesampaian
102 Saat Rindu Datang
103 Persiapan Kencan
104 Bukan Kencan Berdua ?
105 Kencan dengan Cinta Pertama
106 Kegelisahan Cilla
107 Pembicaraan yang Tertunda
108 Nasehat untuk Cilla
109 Tamu Tak Diundang
110 Kesepakatan Bapak dan Anak Bebek
111 Obrolan di Kafe
112 Waktunya Belanja
113 Maksa Nikah
114 Rencana yang Menyebalkan
115 Kalau Cinta Jangan Maksa
116 Selamat Tahun Baru
117 Membahas Pernikahan
118 Awal Semester Dua
119 Perasaan yang Tidak Enak
120 Pria Bodoh
121 Kupinjam Bahumu
122 Penjelasan
123 Usaha Arjuna
124 Nasehat Para Sahabat
125 Keputusan Cilla
126 Kemarahan Papa Arman
127 Kamu Tidak Sendirian
128 Dipaksa Menjawab
129 Tembok Cinta
130 Trauma
131 Kenyataan Pahit
132 Pembicaraan Dua Hati
133 Para Penjaga Cilla
134 Kolam dan Anak Bebek
135 Tidak Akan Pernah Sendiri
136 Siap-siap Mencari Restu
137 Membesuk
138 Efek Galau
139 Pendewasaan Diri
140 Gara-gara KTP
141 Sweet Seventeen
142 Wajib Pingitan
143 Perjuangan Arjuna (Flashback)
144 Keputusan Papi (Flashback)
145 Resmi Pamitan
146 Hutang pun Dibayar Lunas
147 Pembelajaran di Hari Pertama
148 Para Pendukung Setia
149 Melakukan yang Terbaik
150 Ancaman yang Jadi Kenyataan
151 Dukungan yang Tak Terduga
152 Para Pengawas dari Batang
153 Gagal Malam Pertama
154 Sengatan Lebah Jantan
155 Jangan Menyerah
156 Bukan Konferensi Pers
157 Penyelesaian
158 Ajakan Bertemu
159 Bertemu Nara Sumber
160 Bertemu Calon Pelakor
161 Dua Minggu Lagi
162 Kebahagiaan Papi
163 Deklarasi Cinta
164 Semua Tentang Cinta
165 Kembali Tertunda
166 Ingatlah Hari Ini
167 Tentang Banyak Hal
168 Bukan Sekedar Kewajiban
169 Prom Night
170 Pengganggu yang Meresahkan
171 Kenyataan yang Meresahkan
172 Keresahan yang Tak Berujung
173 Kesedihan yang Tak Terucapkan
174 Calon Mahasiswa Baru
175 Kegundahan Arjuna
176 Curahan Hati Papi
177 Kekhawatiran Arjuna
178 Tentang Ikhlas dan Pasrah
179 Bukan Akhir Segalanya
180 Cerita Tentang Papi
181 Kekecewaan Arjuna
182 Perang Dingin
183 Cinta yang Saling Melengkapi
184 Perbincangan Para Pria Mapan
185 Klien yang Tidak Diharapkan
186 Tamu yang Tak Diundang
187 Wanita Penggoda
188 Pengusiran Ulat Bulu
189 Cerita Cilla
190 Liburan atau Bulan Madu ?
191 Gara-gara Lupa Minum Obat
192 Dia Istriku Bukan Adikku
193 Hati yang Galau
194 Para Calon Mahasiswa
195 Kebohongan untuk Kebaikan
196 Antara Takut dan Bahagia
197 Bahagia itu Sederhana
198 Kebohongan Pertama
199 Usaha Arjuna
200 Ulangtahun Terburuk
201 Selalu Berjodoh
202 Tentang Kekhawatiran Kita
203 Kejutan Berlanjut
204 Para Pejuang Cinta
205 Pernikahan Boni & Mimi
206 Pernikahan Boni & Mimi (2)
207 Selalu Ada Kejutan
208 Anak Bebek Kesayangan Arjuna
209 Cinta yang Tidak Ada Habisnya
210 Promo Novel Baru
211 Terima Kasih Cinta
212 MCPG 2 Mahasiswa Baru
213 MCPG 2 Rindu itu Indah
214 MCPG 2 Insiden Hari Ke-2
215 MCPG 2 Suami Siaga
216 MCPG 2 Ketegasan Suami
217 MCPG 2 Selang Bensin
218 MCPG 2 Kedatangan Para Sahabat
219 MCPG 2 Jangan Menggangguku
220 MCPG 2 Mantan Penggemar Lama
221 MCPG 2 Aksi Adu Domba
222 MCPG 2 Emosi yang Meluap
223 MCPG 2 Masih Emosi
224 MCPG 2 Berdua Lebih Baik
225 MCPG 2 Dua vs Tiga
226 MCPG 2 Aksi Pertama Glen
227 MCPG 2 Masih 6 Hari Lagi
228 MCPG 2 Jangan Berlarut-larut
229 MCPG 2 Masuk ke Sarang Musuh
230 MCPG 2 Mengungkap Si Pengirim Gelap
231 MCPG 2 Minggu Tenang
232 MCPG 2 Curhatan Adik Ipar
233 MCPG 2
234 MCPG 2
235 MCPG 2
236 MCPG 2
237 MCPG 2
238 MCPG 2
239 MCPG 2
240 MCPG 2
241 MCPG 2
242 MCPG 2
243 MCPG 2
244 MCPG 2
245 MCPG 2
246 MCPG 2
247 MCPG 2
248 MCPG 2
249 MCPG 2
250 MCPG 2
251 MCPG 2
252 MCPG 2
253 MCPG 2
254 MCPG 2
255 MCPG 2
256 MCPG 2
257 MCPG 2
258 MCPG 2
259 MCPG 2
260 MCPG 2
261 MCPG 2
262 MCPG 2
263 MCPG 2
264 MCPG 2
265 MCPG 2
266 MCPG 2
267 MCPG 2
268 MCPG 2
269 MCPG 2 - Tamat
270 Pengumuman
Episodes

Updated 270 Episodes

1
Bab 1 Perjodohan
2
Bab 2 Melarikan Diri
3
Bab 3 Konsekuensi Bukan Hukuman
4
Bab 4 TENTANG SEMALAM
5
Bab 5 Awal Perjuangan
6
Bab 6 Dari Titik Nol
7
Bab 7 Jadi Anak Kost
8
Bab 8 Mahluk Aneh
9
Bab 9 Wawancara
10
Bab 10 Suporter Loyal
11
Bab 11 Persiapan Calon Guru
12
Bab 12 Guru Baru
13
Bab 13 Antara Martabak dan Sate
14
Bab 14 Memulai dari Asisten
15
Bab 15 Bukan Anak Nakal
16
Bab 16 Kenaikan Kelas
17
Bab 17 Mulai Baper
18
Bab 18 Bukan Karyawisata
19
Bab 19 Indahnya Indonesia dan Kamu
20
Bab 20 Pernikahan Dono
21
Bab 21 Pembicaraan Tanpa Debat
22
Bab 22 Pria Nethink
23
Bab 23 Teman Baru
24
Bab 24 Ajakan Liburan Bersama
25
Bab 25 Ke Gunungpati
26
Bab 26 Mabuk Duren ?
27
Bab 27 Teman Curhat
28
Bab 28 Masih Teman Curhat
29
Bab 29 Liburan di Semarang 1
30
Bab 30 Liburan di Semarang (2)
31
Bab 31 Liburan di Semarang (3)
32
Bab 32 Sebelum Pulang
33
Bab 33 Kejutan Manis
34
Bab 34 Tahun Ajaran Baru
35
Bab 35 Anak Bebek Bukan Anak Burung
36
Bab 36 Buka Mata Tutup Hati
37
Bab 37 Insiden di Kantin
38
Bab 38 Semua Karena Jovan
39
Bab 39 Ada Namaku Disebut
40
Bab 40 Teman Seperjuangan
41
Bab 41 Insiden Ban Sobek
42
Bab 42 Aksi Menghindar
43
Bab 43 Dikejar Penagih Cinta
44
Bab 44 Razia Cinta
45
Bab 45 Awal Cerita
46
Ban 46 Lanjutan Cerita
47
Ban 47 Bukan Kencan Buta
48
Pertemuan Tanpa Rencana
49
Kencan yang Belum Usai
50
Sahabat Sehari
51
Kenapa Rasanya Begini ?
52
Ke Rumah Theo
53
Berbagi Cerita Lama
54
Akhirnya Punya Kakak
55
Niat Baik Cilla
56
Pilih Angsa atau Anak Bebek ?
57
Makan Siang Keluarga
58
Ketika Aku Tahu Tentangmu
59
Pengakuan Dadakan
60
Ngambeknya Cilla
61
Ulangtahun Mama Diva
62
Awal Aksi Arjuna
63
Mak Comblang Yang Jadi Rival
64
Para Pengintai
65
Pengakuan Pria-pria Tampan
66
Donasi Sabun Sekilo
67
Seuntai Kata Maaf
68
Gara-gara Dimas
69
Bertemu Amanda
70
Apel Pertama
71
Bukan Tanda Restu
72
Obrolan yang Lama Menghilang
73
Mengungkapkan Pada Para Sahabat
74
Syarat dan Ketentuan Berlaku
75
Kegundahan Hati Arjuna
76
Tetap Sayang
77
Pertemuan Keluarga
78
Tentang Perjodohan
79
Akhir Sebuah Drama
80
Emosi yang Salah Tempat
81
Rindu di Tengah Emosi
82
Curahan Hati Arjuna
83
Kedatangan Amanda
84
Dua Permintaan Satu Tujuan
85
Karena Ada Kamu
86
Para Sahabat Kepo
87
Kado yang Terindah
88
Doa untuk Cilla
89
Para Pendengki
90
Para Penjaga Jodoh Orang
91
Orang Kaya Dadakan
92
Kenyataan yang Harus Diungkap
93
Kamu Bukan Pengganti
94
Hadiah Semesteran
95
Permintaan Papi Rudi
96
Kencan - Makan Malam
97
Kencan - Nonton Film
98
Kencan yang Masih Berlanjut
99
Cinta di Antara Deburan Ombak
100
Sarapan Pagi Penuh Makna
101
Cinta yang Belum Kesampaian
102
Saat Rindu Datang
103
Persiapan Kencan
104
Bukan Kencan Berdua ?
105
Kencan dengan Cinta Pertama
106
Kegelisahan Cilla
107
Pembicaraan yang Tertunda
108
Nasehat untuk Cilla
109
Tamu Tak Diundang
110
Kesepakatan Bapak dan Anak Bebek
111
Obrolan di Kafe
112
Waktunya Belanja
113
Maksa Nikah
114
Rencana yang Menyebalkan
115
Kalau Cinta Jangan Maksa
116
Selamat Tahun Baru
117
Membahas Pernikahan
118
Awal Semester Dua
119
Perasaan yang Tidak Enak
120
Pria Bodoh
121
Kupinjam Bahumu
122
Penjelasan
123
Usaha Arjuna
124
Nasehat Para Sahabat
125
Keputusan Cilla
126
Kemarahan Papa Arman
127
Kamu Tidak Sendirian
128
Dipaksa Menjawab
129
Tembok Cinta
130
Trauma
131
Kenyataan Pahit
132
Pembicaraan Dua Hati
133
Para Penjaga Cilla
134
Kolam dan Anak Bebek
135
Tidak Akan Pernah Sendiri
136
Siap-siap Mencari Restu
137
Membesuk
138
Efek Galau
139
Pendewasaan Diri
140
Gara-gara KTP
141
Sweet Seventeen
142
Wajib Pingitan
143
Perjuangan Arjuna (Flashback)
144
Keputusan Papi (Flashback)
145
Resmi Pamitan
146
Hutang pun Dibayar Lunas
147
Pembelajaran di Hari Pertama
148
Para Pendukung Setia
149
Melakukan yang Terbaik
150
Ancaman yang Jadi Kenyataan
151
Dukungan yang Tak Terduga
152
Para Pengawas dari Batang
153
Gagal Malam Pertama
154
Sengatan Lebah Jantan
155
Jangan Menyerah
156
Bukan Konferensi Pers
157
Penyelesaian
158
Ajakan Bertemu
159
Bertemu Nara Sumber
160
Bertemu Calon Pelakor
161
Dua Minggu Lagi
162
Kebahagiaan Papi
163
Deklarasi Cinta
164
Semua Tentang Cinta
165
Kembali Tertunda
166
Ingatlah Hari Ini
167
Tentang Banyak Hal
168
Bukan Sekedar Kewajiban
169
Prom Night
170
Pengganggu yang Meresahkan
171
Kenyataan yang Meresahkan
172
Keresahan yang Tak Berujung
173
Kesedihan yang Tak Terucapkan
174
Calon Mahasiswa Baru
175
Kegundahan Arjuna
176
Curahan Hati Papi
177
Kekhawatiran Arjuna
178
Tentang Ikhlas dan Pasrah
179
Bukan Akhir Segalanya
180
Cerita Tentang Papi
181
Kekecewaan Arjuna
182
Perang Dingin
183
Cinta yang Saling Melengkapi
184
Perbincangan Para Pria Mapan
185
Klien yang Tidak Diharapkan
186
Tamu yang Tak Diundang
187
Wanita Penggoda
188
Pengusiran Ulat Bulu
189
Cerita Cilla
190
Liburan atau Bulan Madu ?
191
Gara-gara Lupa Minum Obat
192
Dia Istriku Bukan Adikku
193
Hati yang Galau
194
Para Calon Mahasiswa
195
Kebohongan untuk Kebaikan
196
Antara Takut dan Bahagia
197
Bahagia itu Sederhana
198
Kebohongan Pertama
199
Usaha Arjuna
200
Ulangtahun Terburuk
201
Selalu Berjodoh
202
Tentang Kekhawatiran Kita
203
Kejutan Berlanjut
204
Para Pejuang Cinta
205
Pernikahan Boni & Mimi
206
Pernikahan Boni & Mimi (2)
207
Selalu Ada Kejutan
208
Anak Bebek Kesayangan Arjuna
209
Cinta yang Tidak Ada Habisnya
210
Promo Novel Baru
211
Terima Kasih Cinta
212
MCPG 2 Mahasiswa Baru
213
MCPG 2 Rindu itu Indah
214
MCPG 2 Insiden Hari Ke-2
215
MCPG 2 Suami Siaga
216
MCPG 2 Ketegasan Suami
217
MCPG 2 Selang Bensin
218
MCPG 2 Kedatangan Para Sahabat
219
MCPG 2 Jangan Menggangguku
220
MCPG 2 Mantan Penggemar Lama
221
MCPG 2 Aksi Adu Domba
222
MCPG 2 Emosi yang Meluap
223
MCPG 2 Masih Emosi
224
MCPG 2 Berdua Lebih Baik
225
MCPG 2 Dua vs Tiga
226
MCPG 2 Aksi Pertama Glen
227
MCPG 2 Masih 6 Hari Lagi
228
MCPG 2 Jangan Berlarut-larut
229
MCPG 2 Masuk ke Sarang Musuh
230
MCPG 2 Mengungkap Si Pengirim Gelap
231
MCPG 2 Minggu Tenang
232
MCPG 2 Curhatan Adik Ipar
233
MCPG 2
234
MCPG 2
235
MCPG 2
236
MCPG 2
237
MCPG 2
238
MCPG 2
239
MCPG 2
240
MCPG 2
241
MCPG 2
242
MCPG 2
243
MCPG 2
244
MCPG 2
245
MCPG 2
246
MCPG 2
247
MCPG 2
248
MCPG 2
249
MCPG 2
250
MCPG 2
251
MCPG 2
252
MCPG 2
253
MCPG 2
254
MCPG 2
255
MCPG 2
256
MCPG 2
257
MCPG 2
258
MCPG 2
259
MCPG 2
260
MCPG 2
261
MCPG 2
262
MCPG 2
263
MCPG 2
264
MCPG 2
265
MCPG 2
266
MCPG 2
267
MCPG 2
268
MCPG 2
269
MCPG 2 - Tamat
270
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!