Hari kedua Arjuna bekerja di SMA Guna Bangsa masih dihabiskan dengan kegIatan setumpuk teori. Mulai dari buku bacaan cara menjadi pengajar yang baik, aturan dan tata tertib tenaga pendidik sampai rumus-rumus matematika terbaru yang mengalami perkembangan selama 7 tahun terakhir sejak kelulusan SMA-nya.
Kehadirannya yang menjadi trending topik para penggosip dan pencari muka di SMA Guna Bangsa, membuat Arjuna harus menahan diri supaya tidak sering-sering menampakan diri di depan khalayak ramai.
Alhasil. Arjuna lebih senang menghabiskan waktu di halaman belakang gedung SMA. Arjuna yang memang menggemari tempat tersembunyi yang tenang seperti ini, sering melewati jam-jam istirahat seorang diri di tempat ini.
Tapi siang ini ternyata ia tidak hanya sendiri. Sosok Cilla yang semula ingin menyepi juga seperti Arjuna, urung mendekat dan ingin berbalik ke kelas. Namun saat didengarnya suara Arjuna berbincang dengan seseorang, Cilla berbelok ke balik tembok bangunan yang dipakai untuk kegiatan uji coba tanaman anak-anak kelas IPA
“Akhirnya kamu menelepon aku juga, Sayang.” Terdengar nada bahagia dan berbunga-bunga dari mulut tipis sang idola baru.
“Aku bisa menjelaskan masalah itu, sayang. Ayo kita ketemuan dulu.”
“Bukan begitu, sekarang aku bekerja, tapi bukan lagi di kantor papa. Aku sekarang…. Luna ! Luna !”
Wajah Arjuna terlihat kesal sambil menatap handphonenya. Tentu saja tidak terlihat apa-apa lagi di sana, hanya layar hitam yang kalau tersentuh pun hanya ada tulisan angka yang menunjukan waktu.
Cilla melihat guru baru itu menggeram kesal dan menjambak rambutnya sendiri. Dia sudah menunggu saat-saat Arjuna melempar handphonenya, tapi dilihatnya Arjuna batal dan hanya menggeram tidak jelas. Cilla menarik sudut bibirnya sebelah menggambarkan senyum sinis di wajahnya.
Langkah kakinya yang tidak sengaja menginjak ranting membuat Arjuna yang sedang marah-marah sendiri jadi waspada.
“Siapa itu ?” Arjuna menoleh dengan mata menelisik mencari asal suara.
Tapi Cilla tidak peduli. Ia segera berlari meninggalkan halaman belakang sekolah. Niatnya ingin mencari inspirasi jadi menguap entah kemana.
Sementara Arjuna yang merasakan degup jantungnya bertambah cepat, tidak sabar menunggu bel istirahat berakhir. Kakinya sudah minta diajak kembali ke ruang guru, saat tidak menemukan siapapun ada di dekatnya.
🍀🍀🍀
Sore harinya selepas magrib, Arjuna memutuskan untuk melihat-lihat tempat makan kaki lima yang ada dekat tempat kost.
Beberapa ratus meter, ia menemukan semacam taman penghijauan, dimana banyak pedagang kaki lima berjejer di sana mirip pujasera.
Langkah Arjuna menelusuri melihat satu persatu makanan yang diperdagangkan. Ia menelan salivanya. Perutnya yang lapar melihat semua makanan terlihat menggiurkan. Tapi mengingat uangnya yang semakin menipis, akhirnya Arjuna memilih makan sate ayam plus nasi malam ini.
“Kalau mau nonton, pergi ke bioskop, bukan nongkrong di sini sambil makan sate.”
Arjuna langsung mendongak dan mendapati mahluk aneh dari SMA Guna Bangsa sudah duduk di depannya. Aroma wangi mentega dari dalam dus yang dibawanya, membuat Arjuna menelan salivanya agar jangan menetes tergiur wangi martabak.
“Ngapain kamu di sini ?” Tanya Arjuna sedikit ketus.
Cilla tidak menjawab. Ia tetap duduk dengan cueknya di depan Arjuna dan membuka dus martabak yang dibawanya.
“Tentu saja mau makan, Pak Arjuna yang terhormat. Bukan seperti Bapak, nggak jelas, mau makan atau nonton film streaming,” Cilla mencibir.
Tangannya bukan mengambil sepotong mertabak malah terpeleset ke piring safe Arjuna dan langsung mengambil 2 tusuk terakhir.
Arjuna langsung melongo dibuatnya tapi Cilla terlihat masa bodoh dan menghabiskan dua tusuk sate terakhir milik Arjuna.
“Dasar anak kurang ajar ! Nggak tahu apa kalau aku sengaja menyisakan dua tusuk itu untuk kenikmatan terakhir.”
Wajah Arjuna mulai terlihat kesal. Apalagi dalam hati ia terus memaki Cilla yang seenak jidatnya menghabiskan sate miliknya tanpa permisi.
“Jangan suka kesal begitu, Pak. Apalagi cuma karena sate ayam 2 tusuk,” Cilla yang melirik wajah Arjuna terlihat menyeringai membuat Arjuna bertambah kesal.
“Ini,” Cilla menyorongkan dus martabaknya supaya lebih dekat di depan Arjuna. Wangi mentega bercanpur keju, cokelat, kacang dan wijen langsung menggoda penciuman Arjuna.
Pria itu mengambil air putih kemasannya. Selain menahan emosi, Arjuna juga harus menahan godaan mengambil martabak manis di depannya.
“Saya ganti dengan ini, Pak. Sepotong martabak sama nilainya dengan dua tusuk sate.”
Arjuna menyemburkan sisa air yang ada di mulutnya hingga membasahi sebagian wajah Cilla.
“Bapak jorok banget, deh !” Cilla mengambil tissue yang ada di dekat situ lalu mengusap wajahnya yang basah. “Saya harus cuci muka 3 kali nih demi menghilangkan bau sate dari mulut Bapak.”
“Mana bisa disamakan antara sate dan martabak,” omel Arjuna. “Sate itu makanan utama sedangkan martabak itu makanan penutup atau makanan ringan.”
Cilla memutar bola matanya dan menatap Arjuna dengan sebal.
“Saya tahu kalau Bapak itu seorang guru, tapi saya tidak memerlukan penjelasan bedanya sate sama martabak. Yang tadi saya bahas kalau harga dua tusuk sate setara dengan sepotong martabak. Bukannya itu lebih cocok dengan hitungan matematika sesuai bidang studi Bapak ?”
Cilla yang mengomel mendekatkan wajahnya ke Arjuna,’membuat pria itu terlihat jengah.
“Bapak masih tidak terima kalau sate Bapak saya makan ? Tidak mau barter dengan martabak saya ?”
Arjuna berdecak kesal. Mau berdebat dengan anak abege model Cilla baginya terlihat sia-sia.
Tanpa diduga Cilla mengambil sepotong martabak dan langsung memasukan ke dalam mulut Arjuna.
“Ini sebagai permintaan maaf saya atas kekesalan Bapak karena dua tusuk terakhir saya habiskan.”
Baru saja Cilla beranjak bangun, suara Arjuna menghentikannya. Martabak yang tadi masuk ke dalam mulutnya sedang dipegang di tangannya.
“Tidak sopan meninggalkan teman yang sedang menghabiskan makanannya.”
Dahi Cilla berkerut, tapi dia menurut juga untuk kembali duduk.
“Teman ?” Cilla menatap Arjuna sambil mengernyit.
Arjuna hanya diam saja tidak menanggapi pertanyaan Cilla, dia sibuk menikmati potongan martabak yang perlahan masuk ke dalam mulutnya.
Sepertinya Arjuna harus mengimbangi sikap Cilla dengan gaya yang sama supaya bukan hanya hatinya yang dibuat dongkol oleh kelakuan calon muridnya ini.
“Kenapa kamu tidak langsung pulang dan menikmati martabak ini dengan keluargamu ?”
Cilla memutar bola matanya lagi lalu berdecak dengan wajah kesal.
“Saya bukan anak yang akan ditunggu sama orangtua,” jawab Cilla dengan nada malas.
Tidak lama tukang martabak mengantarkan sekotak martabak lagi dalam kantong plastik.
“Terima kasih Mas idi,” Cilla menganggukan kepalanya.
Arjuna masih mencuri-curi pandang memperhatikan Cilla, sambil pura-pura sibuk menikmati martabak yang ada di depannya.
“Kamu bilang tidak ada keluarga, tapi beli sebungkus martabak lagi.”
“Ooo ini untuk Bik Mina, Bang Dirman sama Bang Toga,”jawab Cilla santai sambil mengambil sepotong martabak.
Arjuna hanya mendengarkan tanpa bertanya siapa ketiga orang yang disebutkan namanya oleh Cilla.
“Bapak doyan apa lapar ?” Ejeknya sambil tertawa. “Nggak sadar kalau sudah menghabiskan 3 potong martabak ?”
Arjuna hampir saja tersedak. Perhatiannya fokus pada kelakuan Cilla sementara tangannya otomatis mengambil martabak. Wajahnya memerah karena malu ditegur seperti itu oleh Cilla.
“Bapak sering makan di sini ?”
Seolah tidak sadar dan tidak peduli kalau kalimat sebelumnya membuat Arjuna jadi salah tingkah. Cilla malah sudah mengajukan pertanyaan lainnya.
“Baru pertama,” jawab Arjuna singkat dan padat.
Cilla membersihkan tangannya dengan tissue lalu mengambil handphone dari tas selempangnya.
“Bisa sebutkan nomor handphone Bapak ?”
Arjuna tidak menjawab hanya mengerutkan dahinya, tatapannya terlihat tidak percaya pada permintaan Cilla.
“Jangan salah paham. Seperti Bapak bilang, kita memang teman makan. Sebelumnya kita pernah makan siang, sekarang makan malam, siapa tahu besok-besok kita bertemu saat makan pagi.”
Cilla menyodorkan handphonenya supaya Arjuna memasukan nomornya ke daftar panggilannya.
“Makan sendirian itu tidak enak, Pak. Lagipula kalau kita sedang ingin makan 2 macam sementara kantong pas -pasan, kita bisa bagi setengah-setengah. Saling menguntungkan.”
“Simbiosis mutualisme ?” Ledek Arjuna.
“Bisa dibilang begitu. Bukankah lebih baik karena menguntungkan kedua belah pihak ?”
Arjuna hanya tersenyum dengan wajah mengejek. Tangan Cilla dibiarkan menggantung sambil megang handphone.
Dengan tidak sabaran akhirnya Cilla malah mengambil handphone milik Arjuna dan mencoba membukanya. Ternyata terkunci.
“Passwordnya , Pak !” Bukan nada bertanya malah perintah yang keluar dari mulut Cilla.
Arjuna menggeleng dengan dua tangannya sekarang terlipat di depan dada. Wajahnya terlihat menyebalkan dengan seringai liciknya.
Cilla, gadis cerdas itu tidak kehabisan akal. Dia mendekatkan handphone milik Arjuna ke arah wajah pemiliknya, dan sesuai dugaannya, kunci handphone langsung terbuka.
“Sial, bisa-bisanya dia kepikiran dengan face ID,” umpat Arjuna dalam hati.
“Cilla !” Bentak Arjuna. Beberapa orang yang ada di dekatnya menoleh.
Cilla tidak perduli dan terus menghindari tangan Arjuna yang berusaha merebut kembali handphone miliknya. Akhirnya Arjuna menyerah dan merelakan handphonenya diutak-atik oleh Cilla.
Setelah berhasil mendapatkan nomor hanpdhone Arjuna dan memasukan nomor miliknya dalam daftar panggilan gurunya, Cilla mengembalikan handphone itu kepada pemiliknya.
“Percaya sama saya, Pak, sangat tidak enak terlalu sering makan sendirian.”
Cilla beranjak bangun membawa bungkusan martabaknya. Sisa martabak yang tadi dimakannya berdua dengan Arjuna ditinggalkan di meja.
Cilla berhenti sebelum jauh melangkah dan berbalik menatap Arjuna lagi.
“Jangan ditinggalkan, Pak. Bawa pulang saja, lumayan buat sarapan besok di tempat kost. Saya pamit, Pak.” Cilla membungkukan badannya sambil tersenyum.
Arjuna kembali melongo dengan sikap Cilla yang secepat kilat tanpa menunggu otak lawan bicaranya memproses jawaban.
Dilihatnya handphone yang ada di tangannya. Dengan sedikit penasaran, ia membuka daftar nomor panggilan keluar.
Arjuna hanya bisa geleng-geleng kepala. Tulisan Teman Makan terlihat di panggilan terakhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
rista_su
kamu tau banyak yha cil soal juna
2024-05-24
0
Nacita
pertama2 teman makan, lama2 jadi teman hidup.... eaaa eaa eaaaaaa 🤣
2024-05-18
1
Kawaii 😍
cieee juna
2024-01-18
1