Arjuna berdiri di depan pintu ruangannya. Jumat sore ini dia benar-benar melepas statusnya sebagai karyawan sekaligus CEO perusahaan papa Arman.
Arjuna menarik nafas panjang dan dengan berat hati, dia menutup pintu yang seolah menjadi pembatas kehidupan barunya.
Sama seperti sebelumnya, Arjuna naik ojol untuk bertemu dengan Dono. Mereka sudah janjian untuk mencari tempat kost yang murah dan lumayan serta letaknya tidak jauh dari sekolah.
“Biar elo bisa irit biaya ongkos, Bro. Kalau terlalu jauh banget selain masalah waktu juga biaya.” ucap Dono di telepon pada Kamis siang.
30 menit Arjuna sudah sampai di tempat yang dijanjikan. Dono sudah mengirimkan titik lokasi lewat handphone. Pria itu mencari-cari temannya yang ternyata belum sampai.
Arjuna mengambil saputangan dari saku celananya. Dua hari kemana-mana dengan ojek, Arjuna mulai merasakan betapa tingginya tingkat polusi jalanan di Jakarta. Baru satu perjalanan saja, mukanya terasa lengket.
“Sorry gue terlambat,” Dono menepuk bahu Arjuna dari belakang.
“Gue belum lama juga, kok.”
Dono pun mendahului melangkah menuju salah satu gang yang letaknya hanya 50 meter dari tempat mereka berdiri.
“Jalannya agak sempit, Jun, hanya bisa lewat motor. Tapi lingkungan di sini lumayan nyaman dan aman. Tetangga lumayan saling kenal satu sama lain. Pemilik rumah kost adalah pemuka agama yang cukup disegani di sini, Pak Haji Sobri. Tapi yang mengelola adalah anak sulungnya, Firman.”
Arjuna mendengarkan penjelasan Dono sambil memperhatikan lingkungan yang dilewatinya. Di sore hari seperti ini, terlihat beberapa ibu-ibu dan anak-anak kecil bermain dan berbincang di depan rumah mereka yang letaknya memang cukup berdekatan.
Beberapa dari mereka menganggukan kepala dan tersenyum pada Dono dan Arjuna. Pria tampan dengan penampilan kerennya mengundang perhatian para ibu-ibu baik tua maupun muda. Dono dan Arjuna membalas mereka dengan cara yang sama.
Sampai di tempat kost, Arjuna melihat 2 kamar kosong yang masih tersisa. Semua penghuninya laki-laki dan beberapa aturan jelas ditempel di beberapa bagian rumah termasuk pintu masuk utama.
Atas saran Dono, Arjuna memilih kamar di lantai 2. Tanpa kamar mandi dalam dan AC, free wifi dan sudah lengkap perabotannya. Untuk biaya cuci pakaian, penghuni kost akan dikenakan biaya tambahan. Arjuna pun membayar biaya kost hingga sebulan ke depan.
Dono kembali mengajaknya makan di rumah makan sederhana yang ada dekat situ. Sepanjang jalan dia pun banyak menerangkan tempat-tempat makan yang murah meriah, letak kios laundry kiloan, dan banyak hal yang perlu diketahui oleh Arjuna sebagai orang yang pertama kali merasakan jadi anak kost.
“Elo sudah punya rekening bank, Jun ?” tanya Dono saat keduanya sudah duduk dan memesan makanan.
Hari ini menunya nasi rames. Keduanya mengambil paket hemat dengan menu 2 sayur dan 1 lauk.
“Belum. Rekening lama gue diblokir, aampai kartu ATM nya diambil bokap.”
“Kalau begitu besok gue anterin buat rekening baru. Pilih banknya sesuai dengan yang dipakai sekolah untuk transfer gaji,”saran Dono.
“Tapi kan gue belum tahu bakalan diterima atau nggak.”
“Diterima atau nggak, jaman sekarang bakalan repot kalau nggak punya rekening bank. Apalagi kita kan tinggal di Jakarta, hampir semua pembayaran bisa pakai QRIS. Elo mau tiap kali naik ojol harus siapin uang receh buat bayar ongkos ?”
Arjuna hanya mengangguk karena mulutnya baru saja diisi makanan. Yang Dono sampaikan memang betul. Jaman sekarang lebih baik orang ketinggalan dompet daripada handphone.
“Besok kan Sabtu, Don. Bukannya bank tutup semua ?”
Dono tertawa sambil geleng-geleng kepala.
“Kalo lagi begini, elo kelihatan banget anak boss-nya. Apa-apa tahunya beres, tinggal suruh si Tino yang urus,” Dono mencibir. “Apa elo nggak pernah dengar yang namanya weekend banking ?”
Arjuna hanya tertawa pelan. Dia sudah pernah mendengar dan menerima info lewat aplikasi pesan kalau beberapa bank tetap melayani transaksi di akhir pekan. Namun dimana bank yang buka, Arjuna tidak pernah tahu, karena sejauh yang dia ingat kalau melewati bangunan bank yang ada di jalan-jalan, semuanya tutup, hanya bilik ATM saja yang dibuka.
Arjuna sudah kembali lagi ke rumah keluarga Hartono menjelang malam. Sesudah urusan dengan Dono selesai, Arjuna memenuhi ajakan Theo untuk bertemu dengan Luki dan Boni di cafe tempat biasa mereka kumpul.
Berbeda dengan kedatangan Arjuna yang terakhir, hari ini pria itu hanya memesan es lemon teh dengan alasan kenyang karena baru saja diajak makan oleh Dono.
Tidak satupun temannya mempertanyakan lebih jauh kondisi Arjuna. Hanya pertanyaan masalah pekerjaan, mereka tidak ingin Juna sepenuhnya jadi pengangguran . Mereka pun memberi dukungan kalau sampai Arjuna diterima bekerja sebagai guru.
Arjuna bergegas ke kamar mandi. Badannya sudah terasa sangat lengket. Dua kali naik ojol hari ini, dari kantor ke tempat kost lalu lanjut lagi ke cafe. Pulang menuju rumahnya, Luki berbaik hati mengantarnya.
Arjuna berdiri di bawah kucuran shower. Pandangannya sempat beredar ke sekeliling kamar mandi. Ia pun tersenyum getir. Semua kemewahan ini hanya akan dinikmatinya sampai lusa. Kamar mandi di rumah kost dan rumahnya bagaikan bumi dengan langit. Di sana kamar mandi dan wc dibuat terpisah. Masing-masing kamar mandi hanya dilengkapi 1 ember besar dengan gayung plus selang shower biasa, tanpa air panas.
Selesai bebersih, Arjuna memeriksa handphonenya yang ada di atas nakas. Berharap ada pesan dari Luna yang absen menghubunginya seminggu terakhir ini. Arjuna sudah beberapa mengirimkan pesan dan dibalas kalau dirinya sedang sibuk dengan program acara kantornya. Bahkan 4 hari terakhir ini, Luna tidak membaca pesan Juna sama sekali.
Di bawah handphone, Arjuna meletakan amplop putih yang diberikan Tino sebelum makan siang.
“Bro, ini titipan gaji elo dari HRD. Berhubung elo nggak ada rekening, jadi dikasih tunai.”
Hati Arjuna langsung merasa bahagia. Otaknya yang lancar soal hitungan apalagi uang, langsung berbinar menghitung-hitung jumlah yang akan diterimanya. Lumayan hasil kerja 3 minggu.
Namun wajahnya langsung menyemburkan kekecewaan saat didapatinya hanya sepuluh lembar uang ratusan. Arjuna pikir, amplop tipis itu berisi cek tunai yang bisa dia cairkan kapan saja.
“Kenapa cuma segini, No ?” Arjuna menatap asistenya dengan dahi berkerut.
“Keputusan Pak Arman, Bro. Katanya buat nambahin pelunasan kartu kredit elo.”
Arjuna menarik nafas sepanjang mungkin dan menghembuskannya dengan kasar karena merasa kecewa. Tambahan dari gajinya hanya 1 juta, dan sisa yang diberikan papa Arman tingga1 juta juga karena 850.000 nya dipakai untuk membayar uang kost dan sisanya untuk keperluan lain selama beberapa hari ini.
“Gila !” Umpat Arjuna dengan wajah kesal.
“Oh ya Bro, Pak Arman titip pesan, katanya buruh pabrik aja bisa hidup dengan gaji UMR dan pintar membagi-bagi pendapatannya, makanya beliau yakin kalau elo yang sekolah sampai S2 pasti bisa mengatur keuangan lebih baik lagi.”
Arjuna mendengus kesal. Masih sempat-sempatnya papa Arman menyindir dirinya, lewat Tino pula menyampaikan pesannya.
Arjuna kembali tersenyum getir saat mengingat percakapannya dengan Tino masalah gaji. Namun hatinya sudah bertekad untuk membuktikan kalau dia bisa menjadi laki-laki hebat tanpa semua fasilitas dari papa Arman.
Arjuna merebahkan tubuhnya yang terasa lelah secara jasmani dan rohani. Pandangannya menerawang ke langit-langit. Kadang terlintas di pikirannya untuk menarik omongannya dan menerima perjodohan dari papa.
“Seorang laki-laki sejati tidak akan menjilat kembali ludah yang sudah dibuangnya ke tanah. Aku pasti mampu, harus mampu !”
Arjuna bermonolog pada dirinya sendiri. Matanya perlahan terpejam hingga akhirnya benar-benar tertidur karena terlalu lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
⋆.˚mytha🦋
aku tetiba nemu cerita ini... huaaaa baguuuus tau sejauh ini... kenapa ini sepi euy...
cuuuus laaah di baca... ini karya bagus loh... gak kebanyakan halu kaya novel2 yg lainnya 😍
2023-07-14
1
Nurmi Yani
ya jadi laki2 tahan banting jgn lembek dan pemalas, apalg sdh ada modal pendidikan S2...tinggal niat dan mental kuat...😎
2023-02-04
2
Ayuna
ngenes y melebihi jomblo🤣
2023-02-04
1