Sudah 20 menit Arjuna belum juga memasuki ruangan yang sudah dipesan. Papa Arman mengepalkan kedua tangannya di bawah meja. Sudah dipastikan kalau anaknya itu kabur dari acara malam ini.
Papa Arman membuka handphonenya yang bergetar. Ada nama Arjuna dalam notifikasi pesan baru masuk.
Maaf Pa, Juna benar-benar tidak bisa menuruti permintaan Papa malam ini. Biarkan Juna belajar untuk memutuskan masa depan Juna.”
Papa Arman menarik nafas panjang menahan emosinya. Akhirnya malam ini, beliau harus mencari alasan soal batalnya Arjuna datang menemui Pak Rudi dan putrinya.
Tidak ada topik masalah perjodohan yang dibahas, hanya perbincangan antar 2 teman baik yang sudah lama tidak bertemu.
Jam 9 lewat sedikit mereka pun saling berpamitan dan meninggalkan restoran. Papa Arman akhirnya mengemudikan mobil menuju rumah. Papa Arman melihat kalau semuanya sudah terencana, karena Arjuna tidak lupa menitipkan kunci mobil pada Amanda sebelum ke toilet.
“Tolong jangan ada yang memberitahu pada Arjuna tentang identitas anak Pak Rudi. Terutama kamu Manda,” papa Arman melirik putrinya dari spion tengah.
“Jangan sampai kakakmu berhasil mendapatkan info darimu.” Papa Arman menajamkan tatapannya untuk menegaskan pada Amanda supaya menuruti perkataannya.
“Dan kalau sampai Arjuna harus keluar dari rumah, tolong mama jangan coba mencegahnya.” Papa Arman melirik sang istri yang ada di sampingnya.
Papa Arman sempat memperlihatkan pesan yang dikirim oleh Arjuna.
“Percaya pada keputusan papa dan tolong berikan dukungan atas tindakan yang papa ambil. Semuanya itu untuk kebaikan Arjuna juga. Papa ingin dia belajar lebih bertanggungjawab dan komitmen dengan ucapannya.”
Kalau sudah begini, mama Diva tidak punya kekuatan membantah.
Papa Arman membuka galeri foto yang ada di handphone saat mobil berhenti di lampu merah. Dipilihnya salah satu foto dan diperlihatkan pada istrinya.
“Inilah alasan papa tidak menyetujui perempuan itu jadi kekasih Arjuna. Apalagi menjadi istrinya.”
Mama Diva memperbesar foto yang dipilih oleh Papa Arman. Amanda yahg penasaran, menggeser duduknya ke tengah, di antara 2 kursi depan.
Kedua perempuan itu langsung membelalakan mata saat melihat angka-angka yang tertera di sana.
“Papa sudah pastikan kalau bukan Arjuna yang melakukan transaksi karena beberapa di antaranya bersamaan dengan jadwal meeting di kantor.”
“Ma,” papa Arman meraih jemari istrinya dan menggenggam dengan erat.
“Tolong relakan Arjuna keluar dari rumah dulu untuk sementara waktu. Papa tidak akan lepas tangan begitu saja, tapi semuanya tidak akan diketahui oleh Arjuna.”
Mama Diva menangguk perlahan. Suaminya memang orang yang keras dan tegas, namun bukan tipe pemaksa. Berbanding terbalik dengan dirinya yang cenderung tidak tega dan mengalah pada anak-anak.
Bukan kebiasaan suaminya memaksakan suatu kehendak pada anak-anak mereka. Bahkan Pak Arman adalah tipe ayah yang memberikan kebebasan pada kedua anaknya untuk memilih bidang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan cita-cita mereka.
Jika sampai malam ini suaminya sudah memutuskan akan mengambil tindakan tegas dan bersikukuh dengan keputusannya, pasti ada alasan yang berujung kebaikan untuk putranya.
🍀🍀🍀
Sementara di rumah Theo, Arjuna baru saja bergabung dengan dengan kedua sahabatnya yang sedang kedatangan Dono, Erwin dan Pius. Mereka semua pernah satu SMA hanya berbeda jurusan.
“Gila lo, Bro,” Theo langsung memberikan salam ala lelaki pada sahabatnya. “Elo udah siap menerima amukan Om Arman ?”
Arjuna mengangkat kedua bahunya sambil tertawa getir.
“Apa kabar, Jun ?” Dono yang duduk paling pinggir langsung berdiri dan memberikan salam seperti yang Theo lakukan. Disusul dengan Erwin dan Pius.
“Beda nih CEO kita,” ledek Erwin. Berdua dengan Arjuna, mereka terkenal sebagai biang rusuh selama SMA. Bukan anak bandel tapi cukup dengan berdua, lapangan bisa langsung ramai.
Theo menyodorkan minuman kaleng pada Arjuna saat mereka sudah duduk kembali.
Arjuna pun menceritakan secara garis besar acara kaburnya dia malam ini. Pria itu tetap tertawauntuk menutupi kegelisahan hatinya mengingat bahwa dia baru saja membohongi papanya dan bersiap menghadapi hukuman dari papa Arman.
“Terus kalau sampai elo dipecat jadi CEO, mau kerja dimana Jun ?” Tanya Luki
Arjuna hanya menggeleng sambil menenggak minumannya.
“Ada yang punya lowongan pekerjaan buat gue ?” Arjuna tertawa, ada nada sumbang di tengah tawanya.
Para pria itu terdiam dan akhirnya Dono yang buka suara.
“Di sekolah tempat gue ngajar sepertinya lagi cari guru matematika. Guru yang lama mau pensiun.”
“What ?” Arjuna langsung ngakak. “Nggak banget deh gue jadi guru. Ketemu bocil-bocil jaman now lagi !” Arjuna bergidik membayangkan dia ada di tengah-tengah para siswa SMA.
“Terus elo ngarep pindah ke perusahaan lain jadi CEO lagi ?” Ejek Luki sambil mencebik.
“Jangan halu lo !” Timpal Theo. “Elo lupa kalo jabatan CEO itu didapart karena perusahaan itu memang milik bokap.” Theo mencibir.
“Iya Bro, tapi nggak jadi guru juga kalee,” Arjuna tertawa. “Gue kagak sesabar elo Don, bisa gue omelin terus tuh anak-anak.”
“Ya ampun Bambang,” Erwin menyahut. “Bukannya malah bagus ketemu ciwi-ciwi muda kembang desa. Biar jiwa elo muda terus.”
“Nggak lihat nih calon pengantin kita,” Pius yang duduk di sebelah Dono, menepuk bahu sahabatnya. “Umur boleh 25, tampang 40.”
Dono langsung melotot sementara yang lainnya langsung tertawa ngakak.
“Win, elo bilang kembang desa, memangnya ciwi kota kalah cantiknya sampai pakai istilah begitu ?” ucap Luki di sela-sela tawanya.
“Cuma istilah yang melintas di kepala, Bro,” sahut Erwin.
“Kebanyakan antri di belakang truk angkutan pasir yang suka diganbar aneh-aneh tuh si Erwin,” timpal Dono sambil mencibir.
“Sialan lo !” Umpat Erwin semantara yang lainnya masih tertawa.
Setelah beberapa saat dan gelak tawa mulai memghilang, Arjuna menepuk bahu Dono yang ada di sebelahnya.
“Beneran elo dah mau kawin, Don ?” Arjuna menoleh ke arah Dono.
“Nikah Bro. Nikah,” tegas Dono. “Doain semoga semua lancar sampai hari H-nya tiga bulan lagi.”
“Masih sama yang dulu ?” Celetuk Theo.
“Ya iyalah Bambang, memang gue modelan elo noh, pake uji emisi segala, kalau nggak lolos suruh benerin dulu atau cari yang baru.” Dono mencebik.
Yang lainnya kembali tertawa. Dono, adalah siswa berprestasi asal Bantul yang terkenal kocak semasa SMA. Celetukannya terdengar suka asal dan nyeleneh, ditambah dengan aksen jawa yang cukup kental, sering menciptakan suasana penuh tawa saat mereka kumpul bersama.
Sekarang, pria yang melanjutkan sekolah jurusan pendidikan guru itu, sudah memantapkan pekerjaannya sebagai guru IPS. Tiga bulan lagi dia akan menikahi Wiwik, gadis berdarah Jawa yang juga berprofesi sebagai guru SMP di sekolah lain.
“Jun, jadi guru itu nggak jelek-jelek amat,” Dono menepuk bahu Arjuna. “Soal gaji memang nggak bisa dibandingkan dengan CEO. Seperti yang Erwin bilang, tantangannya selalu beda setiap tahun karena murid-murid kan ganti baru terus setahun sekali. Daripada jadi pengangguran, lebih baik elo relain diri kerja halal penuh tantangan.”
“Siapa tahu jodoh elo anak ABEGEH, Bro,” ledek Theo.
“Daripada jadi guru biar bisa dapat Abege, lebih baik gue terima tawaran bokap,” gerutu Arjuna.
“Nah kalo gitu, sekarang elo balik, sungkem deh sama bokap,” goda Erwin. “Bukan cuma bebas amukan bokap, jabatan CEO tetap aman, dapat calon istri masih mengkel lagi. Kayak mangga tetangga sebelah.”
Kembali kelima pria yang ada di situ tertawa ngakak, apalagi melihat wajah Arjuna yang langsung lecek seperti baju yang baru keluar dari mesin cuci.
“Nggak bakalan gue telan ludah yang udah gue buang,” tegas Arjuna dengan rahang mengeras. “Gue akan buktikan sama bokap kalau gue sanggup menjadi pria mapan tanpa fasilitas bokap.”
Sebagian pria itu menggelengkan kepalanya dan sebagian lagi hanya bisa tertawa pahit, melihat keputusan Arjuna yang keras kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Devi Handayani
itu baru laki laki sejati man😌😌😌😌
2023-08-08
2
Devi Handayani
tul pah saya setuju😅😅😅😅
2023-08-08
1
Maria Ulfa
ini Juna Ama Theo itu apa duluh temennya Kirana ya
2023-02-28
0