Wira Surapradja, mempunyai perusahaan besar yang akan di wariskan cucunya bernama Raka Nugraha. Jika anaknya masih hidup, sudah tentu dia akan menyerahkannya pada anaknya perusahaan miliknya itu. Tapi sayangnya itu, anaknya yaitu papanya Raka sudah meninggal sejak Leon SMP.
Jadi, mau tak mau perusahaan dia ambil alih lagi dan memimpin lagi. Menunggu Leon dewasa dan bisa memimpin perusahaan itu. Akhir-akhir ini, kakeknya. Pak Wira sedang mencari sesuatu, entah itu apa Leon tidak tahu.
Yang dia lakukan saat ini bekerja dengan baik dan akan menjadi pewaris tunggal perusahaan milik kakeknya. Leon berusia dua puluh delapan tahun, anak yang sebenarnya patuh namun dia juga sering membangkang jika di nasehati oleh kakeknya. Terutama masalah pacar.
Pasalnya, kakeknya tidak setuju dengan pacar Raka yang jadi model. Sudah barang tentu Leon akan di manfaatkan oleh model tersebut, itu menurut kakeknya. Maka dari itu, kakeknya sedang mencari seorang cucu dari sahabatnya yang katanya tinggal di pinggiran kota.
Dia ingin tahu apakah, cucu dari sahabatnya apakah seorang gadis. Jika seorang gadis, maka lebih baik dia menjodohkan cucunya dengan gadis dari cucu sahabatnya. Sialnya sudah satu minggu dia menyamar jadi orang miskin tidak juga menemukan di mana tempat tinggalnya.
"Tuan, apa sebaiknya menyewa detektif saja untuk mencari cucu sahabat anda itu?" tanya asisten setianya Riko
Riko seusia Leon, hanya bertaut satu tahun lebih tua dari Leon. Dia juga sudah bekerja sepuluh tahun dengan kakek Wira sejak ayahnya pensiun. Sandi juga tahu apa kemauan majikannga itu, dia juga tahu pacar Leon seperti apa, namun dia tidak turut campur dengan cucu dari sang majikan.
"Kalau menyewa detektif, sudah dari dulu aku dapatkan. Aku sudah menyewa dua kali, tapi hasilnya nihil." jawab kakek Wira.
Riko diam, dia tahu memang usulnya tidak akan di terima. Namun begitu, dia juga belum tahu seperti apa sahabatnya kakek Wira. Mungkin saja sudah meninggal, atau kemungkinan kakek Wira punya sesuatu untuk menunjukkan bahwa sesuatu itu memang milik sahabatnya dan dia akan menelusurinya.
"Haru Minggu besok aku akan ke gang itu lagi, entah kenapa aku merasa ada yang dekat denganku di sana. Lagi pula, aku juga ingin menemui gadis preman di gang tersebut." kata kakek Wira.
"Gadis preman?"
"Ya, dia yang telah menolongku dari keroyokan preman gang di sana." jawab kakek Wira, membuat Riko bingung.
Kakek meneruskan pekerjaannya, meski dia sudah tua. Tapi kekuatanannya dalam bekerja cukup bagus. Sekarang hobinya menyamar, untuk mencari cucu dari sahabatnya itu. Dan sampai sekarang belum bertemu, tapi dia tidak kapok atau menyerah.
_
Luna sudah berada di pasar dengan teman-temannya, rambutnya dia kuncir dan bertopi posisi kebalik. Sambil menghitung uang dari setoran pasar. Di dalam pasar ada keributan, awalnya Luna acuh saja, tapi dia pun melirik ke dalam pasar.
Belum mau ikut campur. Mungkin itu pencopet yang biasa mencopet di pasar dan ketahuan. Luna mengunyah permen karetnya, mengibaskan uangnya ke atas kemudian ke kepalanya.
"Luna! Tolong gue!" teriak seseorang yang berlari ke arahnya mencari perlindungan.
Luna hanya melihat sinis, kemudian dia bangkit dari duduknya dan pergi ke warung. Tidak peduli orang yang tadi meminta tolong padanya berteriak kembali dan kini dia pun di hajar oleh dua orang.
Tak lama, teman Luna datang menarik kerah baju laki-laki tersebut. Dia melototkan matanya dan meludah kesamping.
"Lo berani mencopet di pasar ini hah?!" tanyanya masih melotot.
"Tapi Lunaengizinkan bang kemarin." katanya membela diri atas nama Luna.
"Kapan Luna beri izin sama kamu?! Ketuanya gue, bukan Luna. Dasar buduk!" kata laki-laki itu menoyor kepala pemuda yang tadi berlindung pada Luna.
"Kata Luna, gue boleh beroperasi di sini bang. Tanya aja sama Luna."
"Gue ngga peduli! Luna itu anak buah gue!"
Plak! Bug!
Kepala di pukul dan perut di tendang dengan keras. Kemudian laki-laki yang tadi memukul itu pun pergi meninggalkan pencopet itu dengan terbatuk-batuk. Luna duduk lagi sambil membawa kopi hitamnya, kemudian menyeruputnya.
"Ssrruuup, cs aaaaah."
Luna menikmati kopinya membuat pencopet itu menoleh kesal pada Luna. Dia hendak pergi, tapi di urungkan.
"Lo katanya bilang boleh gue nyopet di pasar ini, gimana sih lo?" katanya pada Luna.
"Siapa yang bilang boleh?"
"Lo kemarin, makanya gue berani operasi di pasar ini." ucapnya lagi.
"Eh, gue bilang bukan sama lo! Lagian kenapa lo minta operasi di sini, sudah jelas di sini ada si Bewok." kata Luna.
Dia pun pergi meninggalkan Luna yang sedang menyeruput kopinya. Matanya di edarkan ke arah jalan keluar masuk pasar. Matanya tertuju pada kakek yang sedang mendekap tasnya di dada dengan kedua tangannya. Laki-laki tadi yang mencopet itu menghampiri, dia berdiri di sampingnya.
Awalnya mengajak ngobrol, tapi tangannya mulai menarik tas yang di pegang erat itu. Luna memperhatikan apa yang di lakukan oleh copet tadi. Dia menggeram kesal, lalu berlari menghampiri keduanya.
Plak!
Luna memukul kepala sampingnya dan melotot padanya.
"Apa sih Lun?!"
"Lo jangan nyopet maksa begitu!"
"Tapi ini ngga ada apa-apanya kok."
"Kalau ngga ada apa-apa kenapa lo ambil paksa tasnya?!" teriak Luna membuat orang-orang di sana menatap heran.
"Lepas tasnya!"
"Ck, udah dua kali lo gagalin rejeki gue!" ucapnya dengan bersungut.
Luna menatap tajam padanya, sampai laki-laki tadi pun pergi sambil mengacungkan telunjuknya dengan mengancam. Luna hendak memukul laki-laki itu, namun dia sudah pergi dari pasar itu.
Kakek-kakek itu pun tersenyum senang, dia menatap pada Luna. Luna pun menatap balik kemudian berbalik hendak meninggalkan kakek yang kemarin juga dia tolong.
"Terima kasih nak, kamu ternyata baik sekali." kata kakek itu.
"Jangan menganggap semua baik, jangan juga melihat penampilan jelek itu juga jahat." kata Luna.
"Ya kakek, tahu. Apa kakek boleh tahu nama kamu?" tanya kakek itu yang tak lain adalah kakek Wira.
"Untuk apa?"
"Siapa tahu cucuku suka." kata kakek Wira.
"Cucumu tidak akan mau sama preman seperti gue. Sudahlah, kakek pulang aja sana!" kata Luna berlalu meninggalkan kakek Wira.
"Hei tunggu, kakek traktir makan gimana?" ajak kakek Wira.
Luna berbalik, menimbang tawaran kakek itu lumayan juga. Lagi pula dia belum makan siang, kemudian dia pun menghampiri kakek Wira lagi.
"Memang kakek punya uang mau traktir saya makan?" tanya Luna.
"Ada kok, ayo kita cari tempat makan."
"Tunggu! Makanku banyak kek, nanti uangmu habis buat traktir makan saya." kata Luna.
"Tidak apa, nanti kakek ambil lagi di tabungan." kata kakek Wira.
"Emm, baiklah. Ayo kita makan di warteg aja." ucap Luna.
Luna mengajak kakek Wira pergi ke warteg dekat pasar yang lumayan enak makanannya. Kakek Wira senang bisa bertemu Luna lagi, dia bisa bertanya apa pun tentang gang tempat tinggalnya dan juga tentang sahabatnya dulu, siapa tahu Luna mengetahui seorang kakek sahabatnya itu.
_
_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JANGAN2 SI LUNA LGI CUCU SAHABAT KAKEKNYA LEON
2023-09-05
0
Jettie Sampelan
luna pasti cucu sahabat kake .. ketemudde🤣
2023-08-26
0
Iin Karmini
nah...nah..ni lgi nama asistennya, riko apa sandi?
2023-07-14
0