02. Pertolongan

Luna sedang berjalan menuju pasar di mana dia biasa mangkal dengan teman-temannya. Dengan pakaian kemeja kotak, celana belel dan kaos kedodoran. Tidak lupa juga topi lusuhnya, selalu menempel di kepalanya yang berambut panjang sebahu.

Rambut Luna sebenarnya bagus, lurus dan hitam. Hanya saja tidak terurus karena dia tidak peduli dengan penampilannya yang urakan itu. Dia selalu berpikir, tak penting penampilan menarik. Yang penting dia berjiwa penolong dan tidak silau dengan harta.

"Woi Luna! Lo mau kemana?" tanya seseorang yang mengejarnya dari belakang.

Luna menoleh, Yadi tetangga rumah ayahnya itu menghampiri Luna. Luna berhenti.

"Apa apa sih lo?!" tanya Luna ketus.

"Antar gue ke gang sebelah yuk." pinta Riki.

"Males. Lo aja sendiri sana, gue mau ke pasar." jawab Luna berjalan.

"Eh, gue takut ada pengroyokan lagi seperti kemarin. Gue hampir bonyok kemarin."

"Ck, ya lagian kenapa lo pergi ke gang sebelah sih. Mau apa kamu kesana?" tanya Luna.

"Lun, sebentar aja. Gue bayar deh, anggap aja lo jadi bodyguard gue. Heheh." kata Riki dengan tawa cemprengnya.

"Dih, bodyguard tuh mahal bayarannya. Udah deh, gue cabut." kata Luna kembali meninggalkan Riki

Riki teman kecil Luna di rumahnya, perawakannya kecil dan kurus. Tapi Luna selalu membantu Riki jika dia membutuhkan bantuan. Kali ini dia memohon pada Luna, untuk mengantarnya ke gang sebelah. Dia tahu Luna tidak mau mengantarnya ke gang sebelah karena ada preman musuhnya, terutama si Baron.

"Ayo dong Lun, gue lagi mendesak mau ke gang sebelah. Kalau ngga ada kepentingan, gue juga ngga bakal kesana kok." kata Riki lagi.

Luna tetap berjalan terus tanpa mempedulikan Yadi bicara seperti itu. Riki tidak berhasil membujuk Luna mengantarnya ke gang sebelah, tapi wajahnya tersenyum dan kembali mendekat pada Luna.

"Lo beneran ngga mau antar gue ke gang sebelah?"

"Ogah!"

"Ya udah, gue akan bilang kalau tadi malam lo nyolong burung pak Madi sama om Jack." kata Riki tahu kesalahan Luna yang satu itu.

Luna berhenti, dia menatap tajam pada Riki dan menarik kerah bajunya dengan kasar. Matanya melotot, giginya menggeretak.

"Lo jangan coba-coba mengadu ke bapak, brengsek!" kata Luna.

"Kalau lo mau antar gue ke gang sebelah, gue janji ngga bilang sama bapak lo. Mau ya?"

"Ish! Maksa sih lo!"

"Bentar aja Lun." Riki memelas.

"Kampret lo, gue males urusan sama si Baron." kata Luna.

"Jangan ladenin dia, kita lewat aja. Kalau ngga ladeni dia juga ngga bakal dia ngomong terus." kata Riki lagi.

"Ya udah, berisik lo. Cepat jalan!" kata Luna dengan kesalnya.

Riki tersenyum, dia sebenarnya takut juga lewat di gang sebelah karena ada kawanan si Baron yang selalu ganggu orang lewat. Apa lagi yang lewat kadang dari gangnya dan pergi ke gang sebelah, sudah pasti nanti di tanya-tanya dan di mintai duit jika terlihat bawa tas bagus.

"Lagian lo kemarin hampir di keroyok si Baron, kenapa sih? Lo nyolong sendal dia?" tanya Luna.

"Kagak, apaan. Nyolong yang gedean dikit, sendal gue lebih bagus dari punya dia." kata Riki menyangkal.

Mereka berjalan dengan tenang, melewati jondol di depan gang yang biasa kelompok Baron berkumpul. Dan Luna heran, kenapa jondol itu sepi? Kemana kelompok Baron. Pertanyaan Luna sama halnya dengan Riki, namun dia senang bisa lewat tanpa harus di ganggu Baron dan kelompoknya.

"Tuh, di jondol ngga ada Baron. Lo pergi sana, gue mau ke pasar." kata Luna.

"Eh, iya. Tapi nanti kalau pulangnya tiba-tiba ada, gimana?" tanya Riki.

"Udah sih ah, bawel banget. Paling lo nanti di kejar-kejar lagi. Gue pergi!"

Luna tidak peduli teriakan Riki padanya, dia terus berjalan menuju pasar yang biasa dia mangkal untuk meminta bayaran pada tukang parkir dan pada ibu-ibu yang belanjanya banya dia bantu dan meminta bayaran. Terkadang Luna baik, membantu orang yang susah. Kadang juga dia terlewat kasar pada orang yang rewel di pasar.

Saat sedang berjalan santai, dia melihat sekelompok Baron sedang memalak seorang kakek yang membawa tasnya. Luna berdecak kesal, ingin dia mengabaikannya. Tidak mau berurusan dengan kelompok Baron, namun kakek-kakek itu melihat Luna lewat dan meminta tolong.

"Hei tua bangka! Jangan harap lo minta bantuan bocah tengil itu! Dia sama aja dengan gue! Hahah!" ucap Baron, Luna menatap kesal pada Baron.

"Dek, tolong kakek. Kakek mau pergi, tapi dia menghadangnya." ucap kakek-kakek itu pada Luna.

"Udah deh kakek peyot, sini tasnya. Pasti isinya duit, gue tahu lo habis dari kantor bank kan? Sini tasnya!" teriak Baron mencoba menarik tas besar tipis yang di dekap di dada si kakek.

Anak buah Baron juga ikut menarik tas itu, kakek tersebut mempertahankan tasnya. Luna melihat itu sekilas jadi kesal sendiri, sejak tadi ada saja gangguannya. Dan akhirnya Luna menendang satu persatu anak buah Baron dan yang terakhir Baron di pukul keras di bagian perut juga pipinya.

Kemudian dia menarik tangan kakek tersebut dan membawanya kabur. Lari dengan cepat versi Luna, tapi kakek-kakek itu tidak mengimbangi Luna yang berlari kencang, sehingga dia jatuh tersungkur.

"Aduh, kakiku!" teriak si kakek itu.

"Kenapa bisa jatuh sih kakek!" teriak Luna, dia mendekat ingin membantu.

Tapi kelompok Baron segera mendekat, Luna pun berkelahi dengan Baron dan anak buahnya. Dia kuat menghadapi Baron dan tiga anak buah Baron, karena Baron hanya bisa bela diri saja tanpa mahir berkelahi.

Bug! Bug! Bug!

Baron dan anak buahnya terkapar, Luna menarik tangan kakek itu dan segera meninggalkan Baron dan anak buahnya.

"Sialan lo Luna! Jahanam lo!" terika Baron dengan tatapan tajam pada Luna yang pergi.

Luna berbalik dan mengacungkan jari tengah pada Baron dan meludah kesamping. Baron geram, dia bangkit dari duduknya dan mengibas kakinya yang kotor. Kemudian dia pun mengajak anal buahnya kembali ke tempat jondol di mana dia biasa mangkal.

Preman gang sebelah itu, kalah berkelahi dengan Luna. Sekelas Baron bukan lawan tangguh Luna untuk berkelahi, dia lawannya preman di pasar juga yang jago berkelahi. Tapi preman di pasar tidak akan berani menyerang Luna, karena segan pada bapaknya Luna yaitu bang Jack. Biasa mereka menyebutnya.

Luna sendiri tidak masalah jika ada yang berurusan dengannya, tapi jika dia tidak salah. Maka dia akan maju dan berurusan dengannya sampai orang tersebut meminta maaf padanya.

"Kakek mau kemana?" tanya Luna ketika mereka sampai di pinggir jalan besar.

"Mau pulang saja." jawab kakek itu.

"Ya sudah, naik angkot saja pulangnya. Saya antar sampai rumah." kata Luna.

"Tidak usah nak, kakek bisa pulang sendiri." jawab kakek tersebut.

"Ya sudah, saya sih takutnya kakek pikun. Lupa jalan pulang, nanti nyasar lagi kayak tadi." ucap Luna dengan santainya, membuat kakek tersebut tersenyum.

Luna menghentikan sebuah angkot, kemudian kakek tersebut pun naik angkot yang berhenti di depannya.

"Terima kasih ya nak, lain kali kita bertemu lagi." kata kakek itu dengan senyum senangnya.

"Terserah kakek!"

Mobil angkot melaju, Luna pun segera pergi menuju pasar. Tadi ponselnya berbunyi dan teman satu profesinya pun memanggilnya untuk segera ke pasar.

_

_

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

NAHHH BISA DUEL JUGA, KNP KMARIN LARI DIKEJAR PREMAN.

2023-09-05

0

✨Nana✨

✨Nana✨

psti ini aslinya kakek nya kaya raya ya atau dia kakeknya leon🤭🤭 maafken thor cm mengira-ngira✌️✌️😂

2023-04-04

0

Ans

Ans

kayaknya dia kakek dr CEO yg nanti jadian sama Luna

2023-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 01. Preman Di Kejar Preman
2 02. Pertolongan
3 03. Memergoki Sherly Selingkuh
4 04. Kakek Wira Surapradja
5 05. Leon Sang Pewaris
6 06. Rencana Sherly
7 07. Bapaknya Luna
8 08. Hanya Mengetes
9 09. Perdebatan
10 10. Mencari Sahabat
11 11. Kesepakatan
12 12. Mencari Calon Menantu
13 13. Meminta Bantuan
14 14. Mendadak Pergi Ke Salon
15 15. Bertemu Leon
16 16. Gagal Makan Bersama
17 17. Teman Lama
18 18. Cerita Di Warung Bakso
19 19. Membujuk Luna
20 20. Bapak Dan Anak
21 21. Hasutan Sapri
22 22. Kunjungan Kakek Wira
23 23. Nyai Ronggeng
24 24. Lamaran
25 25. Minggu Depan Nikah
26 26. Leon Bohong
27 27. Insiden Nikahan
28 28. Debat Masalah Slame
29 28. Tukang Parkir Hotel
30 30. Bertengkar Di Kantor
31 31. menjemput Luna
32 32. Seperti Menggoda
33 33. Tidur Di Bawah
34 34. Memergoki Lagi
35 35. Di Tuduh Mencuri
36 36. Hidup Yang Di Atur
37 37. Di Kafe
38 38. Kekesalan Leon
39 39. Luna Hilang
40 40. Tantangan
41 41. Menunjukkan Rekaman
42 42. Putus
43 43. Bekal Makan Siang
44 44. ATM Lima Ratus Juta
45 45. Di Apotik
46 46. Masalah Kuda-Kudaan
47 47. Bobol Gawang
48 48. Perawan Tingting
49 49. Telepon Malam-Malam
50 50. Menemui Sherly
51 51. Apa Benar Hamil?
52 52. Periksa Ke Dokter
53 53. Singkong Rebus
54 54. Keakraban Leon Dan Riko
55 55. Menolong Dewi
56 56. Berkenalan
57 57. Cerita Indah
58 58. Penyesalan Ibu Juminah
59 59. Menyewa Tempat Toko
60 60. Obrolan Di Ranjang
61 61. Tujuh Bulanan Luna
62 62. Jadi Kamu Anaknya?
63 63. Pembicaraan Membingungkan
64 64. Peresmian Toko
65 65. Kelahiran Kwartet
66 66. Soal Nama Belakang
67 67. Nama Lengkap
68 68. Menjenguk Kwartet
69 69. Mengantar Dewi Pulang
70 70. Kejar-Kejaran
71 71. Riko Datang
72 72. Visum
73 73. Pacar?
74 74. Menjadi Pacar Bohongan
75 75. Dewi Merajuk
76 76. Godaan
77 77. Tiga Sahabat Kecil
78 78. Obrolan Dewi Dan Riki
79 79. Pernikahan Dewi Dan Riko
80 80. Eksekusi
81 81. Urusan Ranjang
82 82. Mata Suci Yang Ternoda
83 83. Gue Emaknya Kwartet! ( Tamat )
84 84. Bonus Chapther
Episodes

Updated 84 Episodes

1
01. Preman Di Kejar Preman
2
02. Pertolongan
3
03. Memergoki Sherly Selingkuh
4
04. Kakek Wira Surapradja
5
05. Leon Sang Pewaris
6
06. Rencana Sherly
7
07. Bapaknya Luna
8
08. Hanya Mengetes
9
09. Perdebatan
10
10. Mencari Sahabat
11
11. Kesepakatan
12
12. Mencari Calon Menantu
13
13. Meminta Bantuan
14
14. Mendadak Pergi Ke Salon
15
15. Bertemu Leon
16
16. Gagal Makan Bersama
17
17. Teman Lama
18
18. Cerita Di Warung Bakso
19
19. Membujuk Luna
20
20. Bapak Dan Anak
21
21. Hasutan Sapri
22
22. Kunjungan Kakek Wira
23
23. Nyai Ronggeng
24
24. Lamaran
25
25. Minggu Depan Nikah
26
26. Leon Bohong
27
27. Insiden Nikahan
28
28. Debat Masalah Slame
29
28. Tukang Parkir Hotel
30
30. Bertengkar Di Kantor
31
31. menjemput Luna
32
32. Seperti Menggoda
33
33. Tidur Di Bawah
34
34. Memergoki Lagi
35
35. Di Tuduh Mencuri
36
36. Hidup Yang Di Atur
37
37. Di Kafe
38
38. Kekesalan Leon
39
39. Luna Hilang
40
40. Tantangan
41
41. Menunjukkan Rekaman
42
42. Putus
43
43. Bekal Makan Siang
44
44. ATM Lima Ratus Juta
45
45. Di Apotik
46
46. Masalah Kuda-Kudaan
47
47. Bobol Gawang
48
48. Perawan Tingting
49
49. Telepon Malam-Malam
50
50. Menemui Sherly
51
51. Apa Benar Hamil?
52
52. Periksa Ke Dokter
53
53. Singkong Rebus
54
54. Keakraban Leon Dan Riko
55
55. Menolong Dewi
56
56. Berkenalan
57
57. Cerita Indah
58
58. Penyesalan Ibu Juminah
59
59. Menyewa Tempat Toko
60
60. Obrolan Di Ranjang
61
61. Tujuh Bulanan Luna
62
62. Jadi Kamu Anaknya?
63
63. Pembicaraan Membingungkan
64
64. Peresmian Toko
65
65. Kelahiran Kwartet
66
66. Soal Nama Belakang
67
67. Nama Lengkap
68
68. Menjenguk Kwartet
69
69. Mengantar Dewi Pulang
70
70. Kejar-Kejaran
71
71. Riko Datang
72
72. Visum
73
73. Pacar?
74
74. Menjadi Pacar Bohongan
75
75. Dewi Merajuk
76
76. Godaan
77
77. Tiga Sahabat Kecil
78
78. Obrolan Dewi Dan Riki
79
79. Pernikahan Dewi Dan Riko
80
80. Eksekusi
81
81. Urusan Ranjang
82
82. Mata Suci Yang Ternoda
83
83. Gue Emaknya Kwartet! ( Tamat )
84
84. Bonus Chapther

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!