18. Cerita Di Warung Bakso

Luna masih berada di pasar dengan Boby. Laki-laki berwajah culun tapi membuat Luna betah karena dia tidak pernah marah jika di ledek oleh Luna. Berbeda dengan Sapri, yang mudah terainggung dengan ucapan sedikit menyindir atau meledek.

Luna sendiri tidak mengerti, kenapa Sapri punya sifat sensitif dan mudah tersinggung. Dulu tidak begitu, dia asyik saja jika Boby dan Luna meledek bahkan sering mengerjainya. Tiga orang sahabat terjadi di pasar induk.

"Bob, lo beli makan dong buat gue." kata Luna.

"Males, gue pengen tidur dulu Lun. Tadi malam gue ngga tidur." kata Boby.

"Kenapa lo ngga tidur, maling rumah tetangga lo ya?" tanya Luna dengan sarkas tapi itu hanya candaan yang biasa dia katakan pada Boby.

"Kagak! Enak aja. Emak gue sakit gigi, beliau selalu nyuruh gue ambil ini ambil itu, kadang teriak-teriak kesakitan. Kan gue jadi ngga bisa tidur, makanya gue pengen tidur di jondol ini. Lo beli makan sendiri aja sana." kata Boby.

"Ish, lo kalau tidur suka ngorok. Mulut nganga lebar, ngga sadar kalau lalat pada masuk ke mulut lo itu." kata Luna lagi.

"Gue tutup muka gue sama topi. Lo sana pergi, katanya mau makan. Gue ngga mau di ganggu."

"Sialan! Lo ngusir gue?!"

"Iya, gue usir lo sana."

"Kampret lo."

Luna akhirnya pergi dari jondol yang biasa buat nongkrong setelah menagih iuran keamanan di pasar. Dia pergi menuju warung makan di depan pasar, menyeberang jalan. Dia bingung mau makan apa, berhenti di depan tenda-tenda penjual beberapa masakan.

Setelah lama berpikir, Luna akhirnya pergi ke tenda tukang penjual bakso. Bakso langganananya memang enak, hampir setiap minggu dia membeli baso di sana. Kadang di bawa pulang, kadang juga makan di tempat.

"Bang, baso satu." ucap Luna.

"Tumben kamu sendirian Luna." kata penjual bakso yang sudah kenal Luna.

"Boby lagi tidur, semalam ngga bisa tidur katanya emaknya sakit gigi." jawab Luna.

Dia duduk nongkrong, kaki di angkat satu dan meletakkan topinya yang tidak pernah lepas jika sudah di pasar. Penjual bakso pun membuatkan semangkok bakso untuk Luna.

"Luna, kenapa si Sapri ngga di pasar lagi? Dia di parkiran depan tuh." kata penjual bakso bernama Udin.

"Ngga tahu bang, dia ngga pernah jelas kalau di tanya. Biarin ajalah, orang suka ambekan gitu males temenannya." kata Luna.

"Dia ngambek sama kamu?"

"Ngga tahu juga bang Udin, itu kira-kira gue aja."

"Emm, tapi abang pernah lihat dia suka pergi sama orang yang bukan orang-orang pasar deh. Kayak preman daerah lain." kata bang Udin.

"Biarinlah bang, suka-suka dia mau berteman dengan siapa. Gue males sama dia, kemarin juga sebelum pergi dari pasar bikin rusuh. Minta iuran sama pedagang pasar sebelum Boby menarim iuran. Sebagian ada yang ngasih, lha si Boby nagih iuran katanya Sapri udah minta. Kan itu nikung namanya ya bang." kata Luna.

"Ooh, jadi dia pergi gara-gara nikung lo di pasar?"

"Kagak itu juga bang, dia minta bagian jatahnya. Tapi dia ngga nagih iuran di pasar, ya kan gue kesal. Dulu juga dia ngga nagih di pasar, tapi gue kasih bang jatahnya dia." kata Luna lagi.

"Ya udah, teman kayak gitu mending jauhin. Kan kamu ada Boby yang setia sama kamu, tuh makan baksonya." kata bang Udin.

"Makasih bang, sambelnya dong." ucap Luna.

Bang Udin menyodorkan mangkuk sambal pada Luna. Luna pun menyendok sambal dua kali, lalu dia memakan bakso langganananya dengan lahap. Bang Udin hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah Luna. Dalam benaknya, dia berpikir. Kenapa gadis secantik Luna bisa jadi preman pasar?

"Luna, kamu ngga mau sekolah tinggi gitu?" tanya bang Udin.

"Ngga bang, males mikir pelajaran." jawab Luna.

"Anak bang Udin aja sekolah tinggi Lun, masa kamu ngga sekolah lagi sih."

"Gue males bang, tamat SMA aja udah mending. Bapak gue aja santai bang, ngga nyuruh gue sekolah lagi." kata Luna menyeruput kuah baksonya setelah habis baksonya.

"Iya juga ya, lha kan bapak lo juga preman." kata bang Udin.

"Nah, itu dia. Kan lucu bapaknya preman, masa anaknya sekolah tinggi sih." ucap Luna yang ceplas ceplos.

"Eeh, jangan salah Luna. Ada kok bapaknya pengemis, tapi anaknya sekolah tinggi. Katanya bapaknya dia sudah di suruh berhenti mengemis, tapi kata bapaknya ngga mau. Dia mau terus mengemis sampai anaknya lulus sekolah tinggi. Nah, setelah anaknya lulus sekolah tinggi. Benar deh tuh bapaknya berhenti ngemis." kata bang Udin antusias bercerita.

"Gue males mikir bang, banyak dari mereka yanv meremehkan dan selalu meledek bahkan membuly anak-anak dari orang-orang pinggiran seperti gue bang. Mereka merasa tidak pantas bergaul dengan kita orang miskin dan orang pinggiran." kata Luna.

"Ya kan, jangan di ambil hati. Memang kita orang pinggiran, tapi kalau menuntut ilmu itu hak kita. Tinggal buktikan aja, kalau kita mampu bersaing dengan mereka." kata bang Udin sok bijak.

"Haish, bang Udin ngomongnya hebat. Seperti anak kuliahan aja. Hahah!" kata Luna dengan tertawa lepas.

"Kan anak bang Udin yang sulung, si Mamat udah kuliah Luna." kata bang Udin.

"Ah, masa sih bang?" tanya Luna tidak percaya.

"Kamu main aja sana ke rumah bang Udin. Si Mamat sekarang sering keluar bareng sama teman-temannya. Katanya sih kerja kelompok, ada tugas dari dosen. Mau cari bahan untuk presensi." kata bang Udin.

"Presensi apaan bang?"

"Apa ya itu, yang jelasin di depan orang tuh Luna."

"Presenstasi?"

"Nah, iya itu maksud bang Udin. Heheh!"

Luna hanya diam saja, dia lalu tersenyum tipis. Di teguknya es teh di meja lalu mengeluarkan uang dua puluh ribuan untuk bayar bakso yang dia makan.

"Nih bang uangnya. Gue kenyang sekarang. Eergh aah." kata Luna sambil bersendawa keras.

"Ish, anak gadis sendawanya begitu. Jorok Luna."

"Biarin bang, ngga ada yang naksir gue ini." kata Luna cuek.

"Kamu itu cantik sebenarnya Luna, kalau dandan yang bener. Pasti banyak yang naksir sama kamu." ucap bang Udin.

"Udah ah, males kalau ngomongin itu. Gue pergi bang." ucap Luna.

Dia pun keluar dari tenda bakso mang Udin. Dia kembali ke jondol lagi, membangunkan Boby. Baru melangkah beberapa langkah, ada orang dalam mobil hitam memanggilnya.

"Luna!"

Luna menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat senyum laki-laki yang dia kenal. Kakek Wira, Luna pun berhenti di depan mobil bergerak pelan menghampirinya.

"Ada apa lagi kek?" tanya Luna.

"Kakek mau bicara sama kamu. Masuk yuk dalam mobil kakek." kata kakek Wira.

Luna mendengus kasar, dia ingin menolak. Tapi tidak tega, lama dia diam saja. Dan akhirnya dia pun masuk ke dalam mobil hitam milik kakek Wira tersebut. Setelah Luna masuk ke dalam, mobil itu pun berjalan pelan melintasi jalan pasar yang ramai. Entah mau di bawa kemana lagi Luna oleh kakek Wira.

_

_

Terpopuler

Comments

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Lanjut Thor

2023-02-15

0

Eneng Ersha

Eneng Ersha

ayo ke cepet temukan s sherly yg lg selingkuh dn beri tau leon

2022-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 01. Preman Di Kejar Preman
2 02. Pertolongan
3 03. Memergoki Sherly Selingkuh
4 04. Kakek Wira Surapradja
5 05. Leon Sang Pewaris
6 06. Rencana Sherly
7 07. Bapaknya Luna
8 08. Hanya Mengetes
9 09. Perdebatan
10 10. Mencari Sahabat
11 11. Kesepakatan
12 12. Mencari Calon Menantu
13 13. Meminta Bantuan
14 14. Mendadak Pergi Ke Salon
15 15. Bertemu Leon
16 16. Gagal Makan Bersama
17 17. Teman Lama
18 18. Cerita Di Warung Bakso
19 19. Membujuk Luna
20 20. Bapak Dan Anak
21 21. Hasutan Sapri
22 22. Kunjungan Kakek Wira
23 23. Nyai Ronggeng
24 24. Lamaran
25 25. Minggu Depan Nikah
26 26. Leon Bohong
27 27. Insiden Nikahan
28 28. Debat Masalah Slame
29 28. Tukang Parkir Hotel
30 30. Bertengkar Di Kantor
31 31. menjemput Luna
32 32. Seperti Menggoda
33 33. Tidur Di Bawah
34 34. Memergoki Lagi
35 35. Di Tuduh Mencuri
36 36. Hidup Yang Di Atur
37 37. Di Kafe
38 38. Kekesalan Leon
39 39. Luna Hilang
40 40. Tantangan
41 41. Menunjukkan Rekaman
42 42. Putus
43 43. Bekal Makan Siang
44 44. ATM Lima Ratus Juta
45 45. Di Apotik
46 46. Masalah Kuda-Kudaan
47 47. Bobol Gawang
48 48. Perawan Tingting
49 49. Telepon Malam-Malam
50 50. Menemui Sherly
51 51. Apa Benar Hamil?
52 52. Periksa Ke Dokter
53 53. Singkong Rebus
54 54. Keakraban Leon Dan Riko
55 55. Menolong Dewi
56 56. Berkenalan
57 57. Cerita Indah
58 58. Penyesalan Ibu Juminah
59 59. Menyewa Tempat Toko
60 60. Obrolan Di Ranjang
61 61. Tujuh Bulanan Luna
62 62. Jadi Kamu Anaknya?
63 63. Pembicaraan Membingungkan
64 64. Peresmian Toko
65 65. Kelahiran Kwartet
66 66. Soal Nama Belakang
67 67. Nama Lengkap
68 68. Menjenguk Kwartet
69 69. Mengantar Dewi Pulang
70 70. Kejar-Kejaran
71 71. Riko Datang
72 72. Visum
73 73. Pacar?
74 74. Menjadi Pacar Bohongan
75 75. Dewi Merajuk
76 76. Godaan
77 77. Tiga Sahabat Kecil
78 78. Obrolan Dewi Dan Riki
79 79. Pernikahan Dewi Dan Riko
80 80. Eksekusi
81 81. Urusan Ranjang
82 82. Mata Suci Yang Ternoda
83 83. Gue Emaknya Kwartet! ( Tamat )
84 84. Bonus Chapther
Episodes

Updated 84 Episodes

1
01. Preman Di Kejar Preman
2
02. Pertolongan
3
03. Memergoki Sherly Selingkuh
4
04. Kakek Wira Surapradja
5
05. Leon Sang Pewaris
6
06. Rencana Sherly
7
07. Bapaknya Luna
8
08. Hanya Mengetes
9
09. Perdebatan
10
10. Mencari Sahabat
11
11. Kesepakatan
12
12. Mencari Calon Menantu
13
13. Meminta Bantuan
14
14. Mendadak Pergi Ke Salon
15
15. Bertemu Leon
16
16. Gagal Makan Bersama
17
17. Teman Lama
18
18. Cerita Di Warung Bakso
19
19. Membujuk Luna
20
20. Bapak Dan Anak
21
21. Hasutan Sapri
22
22. Kunjungan Kakek Wira
23
23. Nyai Ronggeng
24
24. Lamaran
25
25. Minggu Depan Nikah
26
26. Leon Bohong
27
27. Insiden Nikahan
28
28. Debat Masalah Slame
29
28. Tukang Parkir Hotel
30
30. Bertengkar Di Kantor
31
31. menjemput Luna
32
32. Seperti Menggoda
33
33. Tidur Di Bawah
34
34. Memergoki Lagi
35
35. Di Tuduh Mencuri
36
36. Hidup Yang Di Atur
37
37. Di Kafe
38
38. Kekesalan Leon
39
39. Luna Hilang
40
40. Tantangan
41
41. Menunjukkan Rekaman
42
42. Putus
43
43. Bekal Makan Siang
44
44. ATM Lima Ratus Juta
45
45. Di Apotik
46
46. Masalah Kuda-Kudaan
47
47. Bobol Gawang
48
48. Perawan Tingting
49
49. Telepon Malam-Malam
50
50. Menemui Sherly
51
51. Apa Benar Hamil?
52
52. Periksa Ke Dokter
53
53. Singkong Rebus
54
54. Keakraban Leon Dan Riko
55
55. Menolong Dewi
56
56. Berkenalan
57
57. Cerita Indah
58
58. Penyesalan Ibu Juminah
59
59. Menyewa Tempat Toko
60
60. Obrolan Di Ranjang
61
61. Tujuh Bulanan Luna
62
62. Jadi Kamu Anaknya?
63
63. Pembicaraan Membingungkan
64
64. Peresmian Toko
65
65. Kelahiran Kwartet
66
66. Soal Nama Belakang
67
67. Nama Lengkap
68
68. Menjenguk Kwartet
69
69. Mengantar Dewi Pulang
70
70. Kejar-Kejaran
71
71. Riko Datang
72
72. Visum
73
73. Pacar?
74
74. Menjadi Pacar Bohongan
75
75. Dewi Merajuk
76
76. Godaan
77
77. Tiga Sahabat Kecil
78
78. Obrolan Dewi Dan Riki
79
79. Pernikahan Dewi Dan Riko
80
80. Eksekusi
81
81. Urusan Ranjang
82
82. Mata Suci Yang Ternoda
83
83. Gue Emaknya Kwartet! ( Tamat )
84
84. Bonus Chapther

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!