Ryan langsung saja menyuruh Dayat untuk kembali ke perusahaan. Ryan lelah dengan semua ni, dia akan mencari cara agar ttak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Ryan sampai kantor lansung masuk ke ruangannya. Tapi sebelum itu dia bicara sama Dayat untuk mengambilkanya laporan keuangan selama beberapa bulan terakhir.
Ryan masuk keruangannya dan baru saja duduk, terdengar kalau ponselnya berbunyi. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon ternyata itu bundanya. Ryan langsung pergi ke ruang rahasianya yang dia disaien seperti kamar diapartemennya.
[Hallo Asalamualakium bun.]
[Walaikumsalam, kamu dimana sayang?]
[Aku ada diapartemen bun, ada apa tumben meneleponku?]
[Ayah kamu mau berbicara sama kamu.]
[Baiklah.]
[Bunda kasih ke ayah kamu ponselnya.]
Bunda Airin langsung meberikan ponselnya kepada suaminya. Ayah Danny langsung mengambl ponsel istrinya itu. Dia hanya minta bantuan istrnya untuk menelpon putra ketiganya ini karena kalau dia yang telepon Ryan tak akan pernah mau mengangkat panggilannya.
[Asalamualaikum Yan, ini ayah.]
[Walaikumsalam Yah, ada apa menelponku pakai no bunda?]
[Kalau ayah yang telepon kamu gak pernah angkat, makanya ayah suruh bundam yang telepon.]
[Ada apa ayah mencariku?]
[Yan, pulang nak. Ayah mau kamu yang jalani perusahaan. Kamu yang berhak atas perusahaan itu nanti.]
[Yah, biar saja kak Anton dan mbak sinta yang bekerja diperusahaan. Aku mau fokus ke kuliahku, lagian aku disini hanya buat liburan kok.]
[Kalau gitu kenapa kamu gak pulang ke rumah? Kamu gak kangen sama ayah dan bunda.]
[Yah, aku gak mau buat masalah dirumah, kalau kalian mau ketemu datang saja ke apartemen atau kita janjian diluar.]
[Kamu putra kandung kami, tapi kenapa kami sulit bertemu denganmu?]
[Yah, sudah ya aku gak mau bahas soal ini. Kasian bunda pasti akan sedih.]
[Maaf ayah buat kamu dan bundamu menderita.]
[Yah, sudah ya gak usah diingat-ingat lagi.]
[Kamu sibuk gak hari ini?]
[Aku gak sibuk ya ada apa?]
[Ayah sama bunda ke apartemen kamu sekarang ya?]
[Baiklah aku tunggu yah.]
[Sayang, kamu mau dibawain apa sama bunda?]
[Bunda masakin makanan kesukaanku saja nanti disini.]
[Baiklah nanti bunda mampirr belanja dulu.]
[Ya sudah bun, aku tutup dulu panggilannya mau mandi dulu. Asalamualaikum...]
[Walaikumsalam...]
Setelah mengakhiri panggilan dengan putranya, bunda Airin langsung bersiap-siap untuk menuju apartemen putranya. Tapi suaminya malah melamun tak bergerak sama sekali.
"Yah, ayah mikirin apa?"kata bunda Airin.
"Apa kita slah membesarkan kedua anak kak Bima?"kata ayah Danny.
"Ayah, ngomong apasih. Biar bagaimanapun mereka berdua taunya anak kandung kita yah. Lagian bukankah dulu ayah berjanji dengan kak Bima dan istri untuk menyayangi Anto dan Sinta seperti anak kandung kita sendiri."kata bunda Airin.
"Kamu benar bun, tapi liat kita malah terpisah dengan putra kita sendiri."kata ayah Danny.
"Ayah tau bagaimana Ryan, Ryan paling tidak suka berantem makanya dia lebih memilih untuk pergi."kata bunda Airin.
Sejak SMA Ryan memang memutuskan untuk ngekos karena dia tak mau membuat bundanya bersedih karena harus melihat dirinya dan Anto berantem. Ryan tak tau apa masalah kakaknya itu padahal dulu dia sangat sayang dengan Ryan, tapi setelah kuliah Anto berubah.
"Tapi dia pulang buat berlibur bun."kata ayah Danny yang gak terima karena Ryan pulang ke Indonesia karena libur kuliah.
"Iya nanti kita bicara baik-baik sama dia."kata bunda Airin.
"Ya sudah ayah siap-sip dulu."kata ayah Danny.
Kedua orangtua itu keluar dari kamar untuk menuju apartemen putranya. Saat mereka turun ke bawah berpapasan dengan Sinta.
"Loh Sin kok kamu sudah pulang jam segini?"tanya bunda Airin.
"Iya bun, aku lagi malas saja dikantor gak ada kerjaan. Mending aku pulang istirahat."kata Sinta.
"Kamu sakiit sayang, gak biasanya kamu malas masuk kerja?"kata ayah Danny yang khawatir.
"Aku gak papa, kalian mau kemana?"kata Sinta yang melihat kedua orangtuanya sudah rapi.
"Kami mau ke apartemen Ryan."kata bunda Airin.
"Adek pulang bun?"kata Sinta yang gak tau jika adiknya pulang.
"Iya sudah 2 hari ini dia pulang."kata bunda Airin.
"Kok dia gak pulang ke rumah bun, pasti karena malas bertemu kak Anto."kata Sinta menebak.
"Kamu tau sendiri kalau mereka bertemu bagaimana."kata ayah Danny.
"Yah, aku ikut boleh, aku kangen sama adek."kata Sinta.
"Ya sudah kamu ganti baju atau mau pakai baju ini?"kata ayah Danny.
"Aku ganti baju dulu yah,bun. Tunggu sebentar ya."kata Sinta langsung berlari naik keatas.
"Sayang jangan lari-lari ah ngeri."kata bunda Airin.
"Tenang bun, aman kok"kata Sinta.
Mereka langsung pergi ke apartemen Ryan. Ryan sampai ke apartemennya lebih dulu. Dia langsung saja menyembuunyikan berkas-berkas yang dia bawa agar kedua orangtuanya tak tau jika dia punya usaha. Selesai dia menyembunyikan berkas itu langsung mandi dan saat selesai mandi terdengar suara bel rumahnya berbunyi.
Saat Ryan membuka pintunya, mbak Sinta langsung saja memeluknya erat. Bunda Airin hanya tersenyum melihat tingkah putrinya kalau bertemu dengan Ryan.
"Mbak lepasin ih sesak nafas tau."kata Ryan.
"Biarin itu hukuman buat kamu karena pulang gak bilang-bilang."kata Sinta sambil melepas pelukannya.
"Kalau aku bilang pasti mbak akan jemput ke bandara dan mengeretku pulang ke rumah."kata Ryan.
"Ya iyalah, itukan rumah kita. Emang kamu gak kangen sama kami?"kata Sinta.
"Kangen mbak."kata Ryan.
"Kalau kangen kenapa gak pulang?"kata Sinta.
"Sudah sudah masuk dulu, ayah pegel nih bawa belanjaan banyak banget."kata ayah Danny menunjukan belanjaan mereka.
"Ya ampun yah banyak banget ini apa saja yang dibeli?"kata Ryan sambil mengambil belanjaan yang dibawa oleh ayahnya.
"Tanya bunda sama mbakmu."kata ayah Danny yang masuk duluan ke dalam diikutti yang lainnya.
"Kalian ngapain belanja banyak banget? Aku disinikan cuma sebentar, lusa aku sudah harus kembali ke Ausi."kata Ryan.
"Selama kamu disini mbak sama bunda akan masakin kamu setiap hari."kata Sinta.
"Emang mbak gak kerja?"tanya Ryan.
"Kerja, pulang kerjakan aku bisa kesini."kata Sinta.
"Mbak kenapa?"kata Ryan yang tau kalau kakak perempuannya ini pasti ada masalah.
"Gak ada dek, bun ayo kita masak. Aku sudah lapar."kata Sinta mengalihkan pembicaraan agar adiknya gak bertanya terus.
Ryan sepeninggalan bunda dan mbaknya lamgsung mengajak ayahnya untuk pergi ke balkon.
"Ada apa yah?"kata Ryan yang tau jika ayahnya memikirkn sesuatu yang berat.
"Apa kamu tak mau meneruskan perusahaan ayah? Makanya itu kamu buka usaha sendiri."kata ayah Danny yang tau jika putranya sudah mulai berbisnis sejak kelas 3 SMA.
Iya Ryan dulu menyewa sebuah ruko untuk dibuat tempat jualan saat dia pulang sekolah. Ryan mau hidup mandiri tanpa bantuan kedua orangtuanya. Dia kuliahpun sekarang tak meminta dari kedua orangtuaya.
"Yah, aku dulu memang mau belajar tapi alahmaduliah malah sekarang bisa berkembang kayak gini, soal perusahaan aku yakin kak Anto bisa menjalankannya."kata Ryan.
"Kenapa kamu gak mau bekerja diperusahaan ayah? Jika nanti kamu lulus kuliah."kata ayah Danny.
"Aku gak mau berebut sesuatu yang akan membuat keluarga kita terpecah yah."kata Ryan.
Mereka tak meneruskan pembicaran karena bunda Airin memanggil untuk makan. Setelah makan mereka berbicara sebentar. Setelah hari sudah larut malam mereka bertiga pamit untuk pulang.
Ryan setelah ketiga orang itu pulang langsung masuk kamarnya, untuk mengerjakan pekerjaan yang sempat tertnda karena kedatangan kedua orangtua dan kakaknya.
***
Ditoserba setelah kepergian Dayat tadi mereka sibuk karena banyak pembeli yang datang. Untung saja hari ini Ita tak pergi bekerja diclub
"Ta, jika aku tinggal 2 hari gimana?"kata Lydia.
"Kamu mau kemana?"kata Ita.
"Aku ada acara dikampus selama 2 hari."kata Lydia.
"Kamu sudah berbicara dengan bu Rosa?"kata Ita.
"Aku mau tanya kamu dulu, baru setelah itu aku akan bicara dengan bu Rosa."kata Lydia.
"Kalau memang acara kampus aku setuju, lagian itu penting buat kamu."kata Ita.
"Tapi kegiatan ini tak terpengaruh dengan nilaiku, jika tak ikutpun juga tak apa-apa."kata Lydia.
"Pergilah, biar kamu bisa bergaul dengan teman-teman kamu yang lain."kata Ita.
"Aku gak mau bergaul dengan yang lain. Aku takut kalau mereka hanya akan merendahkanku."kata Lydia.
"Kamu tu terlalu berpikiran sempit, aku yakin mereka mau berteman denganmu tanpa memandang siapa kamu."kata Ita.
"Jadi bolehkan aku pergi?"kata Lydia.
"Aku sih boleh, boleh saja tapi bagaimana dengan bu Rosa?"kata Ita.
"Aku akan minta izin setelah ini."kata Lydia.
Lydia setelah melihat kalau pembeli sudah sepi langsung saja mencari bu Rosa diruangannya. Dia takut kalau bu Rosa sebentar lagi akan pulang karena ini sudah waktunya dia pulang.
Tok tok tok
"Siapa?"kata bu Rosa dari dalam.
"Ini Lydia bu, apa saya boleh masuk?"kata Lydia.
"Oh kamu Ly, masuklah."kata bu Rosa.
Lydia masuk ke dalam ruangan bu Rosa dan berjalan menghampiri bu Rosa.
"Duduklah, ada apa kamu mencariku?"kata bu Rosa.
"Bu, saya mau minta izin apakah saya bisa cuti selama 2 hari?"kata Lydia.
"Kamu mau kemana kok ambil cuti selama 2 hari?"kata bu Rosa.
"Ada acara dikampus selama 2 hari bu."kata bu Rosa.
"Ya sudah, aku izinkan. Tapi bagaimana dengan Ita? Apa dia setuju jika kamu tinggal selama 2 hari?"kata bu Rosa.
"Tadi saya sudah tanya dan dia setuju."kata Lydia.
"Kapan kamu akan pergi?"kata bu Rosa.
"Lusa bu. Kalau begitu saya permisi dulu bu. Sekali lagi terimakasih karena telah mengizinkan saya untuk mengambil cuti."kata Lydia.
"Iya."kata bu Rosa.
Lydia keluar dari ruangan bu Rosa dan langsung menghampiri Ita untuk memberitau jika Lydia diizinkan untuk cuti.
"Bagaimana apa bu Rosa setuju, kamu mengambil cuti?"kata Ita yang melihat temannya menghampirinya.
"Iya dia setuju aku cuti 2 hari, tapi nanti kamu sama siapa jika aku mengambil cuti?"kata Lydia.
"Tenang saja aku biasa sendiri sebelum ada kamu, nanti aku juga akan ambil cuiti diclub agar bisa bekerja disini seharian."kata Ita.
"Maaf ya aku merepotkan kamu.'kata Lydia.
"Kayak sama siapa saja kamu Ly, oh ya kapan kalian berangkat?"kata Ita.
"Lusa aku berangkat."kata Lydia.
Dua hari kemudian sebelum berangkat kemah Lydia dan Sandra menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa. Sebelum berangkat kemah mereka berdua pamit dengan Ita..
"Ta, kami berangkat dulu ya."kata Lydia.
"Oke hati-hati, jaga diri kalian."kata Ita.
Setelah berpamitan dengan iTa mereka langsung saja pergi ke kampus. Ternyata sampai kampus sudah ada banyak mahasiswa yang datang. Mereka langsung saja masuk ke dalam bus. Lydia dan Sandra duduk dikursi yang sama.
"Ly kok aku gak liat kak Rayyan dan yang lain ya?"kata Sandra.
"Mungkin dia naik dibus yang satunya lagi."kata Lydia.
"Mungkin."kata Sandra.
"Sudah gak usah cariin dia, lebih baik kita tidur."kata Lydia.
Saat mereka akan pergi tidur ada seorang mahasiswa yang menghampiri mereka.
"Ly ini ada obat dari kak Hendru."kata mahasiswa itu.
"Oh ya makasih."kata Lydia.
Lydia setelah menerima obat itu langsung dia meminumnya. Setelah itu tidur menyusul Sandra yang sudah lebih dulu tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments