Mas Budi menghirup oksigen dengan dalam, Ekspresi wajah nya sulit untuk di artikan. Berdiri melipat kedua tangan di dada nya.
"Mid..Kerja jangan se enak nya kamu sendiri lah! jangan mentang mentang kamu nggak ke lapangan terus kamu bisa se enak nya sendiri.." kata Mas Budi dengan tegas.
"Mas.. aku cuma kasian aja sama Tristan sendirian di depan..kalau di culik orang gimana?? ya udah.. aku bawa aja ke Pantry terus aku ajak makan..." Bukan nya aku membela diri, cuma mau ngejelasin yang sebenar nya aja.
"Ikuti aja aturan kerja disini! ikuti gimana temen - temen kamu kerja, kalau jam Istrirahat kamu di ganti, Ya udah! Manfaatin aja dengan semesti nya.. Profesional kerja aja!! disini kinerja kita yang di lihat!".
"Iya Mas..Maaf, aku cuma nggak tega ngeliat anak kecil sendirian.."
"Kalau ada banyak anak kecil di luaran sana mau kamu tampung juga?? Ini kantor! Nggak usah sok jadi Pahlawan deh Mid!! Nggak semua orang bisa nerima dengan baik segala sesuatu yang kita anggap baik! Menurut kita baik belum tentu baik untuk orang lain! dan sebalik nya! Bahkan bisa menimbul kan kesalah pahaman! kamu ngerti nggak sih! Apa perlu aku buatin SP buat kamu??
"Iya Mas.. Maaf. Aku yang salah.." aku menunduk tidak berani menatap Mas Budi.
"Ini pelajaran buat kita semua! kantor tempat nya buat kerja.. bukan berarti kita nggak simpati sama orang lain!! Lain kali kalau ada Tristan atau siapa pun! langsung bawa ke Pos Security! Aku nggak mau pekerjaan kita jadi bentrok sama Adit!" Hampir satu tahun disini, baru kali ini aku melihat Mas Budi seSerius ini dan mendengar kata pedas nya.
"Iya Mas.. Aku janji nggak bakal di ulangi lagi" jawab ku penuh sesal.
"Ya sudah..selesaikan pekerjaan dan jangan di ulangi lagi!" Belum saja Mas Budi selesai menegur dan menasehati ku.
Tiba tiba Mas Ganteng sudah ada di depan pintu.
"Permisi Mas Budi.." Kata nya dengan sopan mendekati kami,
"Pak Erwin.. silah kan " Jawab Mas Budi, sedang kan aku tidak berkutik sama sekali,
"Saya Pinjam Kakak Cantik sebentar ya..Pak Adit mau berdiskusi sebentar dengan Kakak Cantik" Membuat mata ku melotot. Jantung juga ikut deg degan. Perasaan nggak enak banget, siap siap kena semprot yang lebih ekstrim lagi. Mama!! Tolong Kamidia.
"Silah kan.." Mas Budi mengijin kan ku pergi untuk menemui Pak Boss yang amit amit nya minta Ampun.
Saat Mas Erwin menekan tombol Lift, tangan ku terasa dingin sumpah pingin nangis rasa nya.
"Kakak cantik..santai saja, nggak perlu Grogi.." kata Mas Erwin meledek ku.
Seandai nya Pria ini yang jadi Boss nya, pasti kerja lebih nyaman. Pokok nya Mas Erwin itu lebih layak deh, dari pada Pak Adit! nggak bisa mengayomi sama sekali, Bisa nya cuma memerintah dan marah.
"Nama saya Kamidia! Mas..Eh maaf Pak!" pake acara salah tingkah lagi, sampe salah sebut.
"Kamidia???"
"Panggil Midia saja Pak.."
"Midia jangan tegang..santai saja oke"
"Gimana nggak tegang Pak? Pasti saya kena semprot!! apa lagi kalau mata Pak Adit melotot! Bikin takut pak!! padahal saya ikhlas nolongin Tristan! bukan nya dapat penghargaan eh!! malah jadi Tersangaka!!" Gerutu ku.
Pak Erwin tertawa terpingkal pingkal "Kamu lucu! cocok sama Pak Adit!"
"Saya?? cocok sama Pak Adit?? Nggak Deh Pak! terimakasih! Nggak minat sama sekali"
"Maklum aja..Tristan itu keponakan kesayangan nya..jadi wajar kalau beliau mengkhawatir kan Tristan.."
"Oooo..."
Ting Pintu Lift terbuka, berat rasa nya kaki untuk melangkah. Untung saja Pak Erwin menyemangati ku.
"Kakak Cantik!!!" Baru saja membuka pintu, ini anak udah berlarian menggelendoti Kaki. Apa nggak tahu Kalau Uncle nya mau memakan ku hidup hidup.
"Tristan!" Pak Reza mencoba menarik Tristan dari betis ku, untung aja kalau kerja pakai celana. Tetep aja ini anak nggak mau pergi
Justru semakin mengerat kan pelukan nya.
Karena Pak Reza tidak berhasil, Kini Giliran Pak Adit yang datang untuk membujuk Tristan. Aduh Drama apa lagi ini..Keluar dari kandang singa, masuk kandang buaya.
"Tristan.. lepasin dulu ya?? Biar Kakak nya masuk dulu.." Baru kali ini aku Mendengar Pak Boss berbicara dengan lembut. Pintar juga nih Pak Adit berakting.
"Nggak mau!! Tristan mau sama kakak cantik!!"
"Tristan!! dengerin Papa!" Pak Reza kembali memperingati anak nya,
"Tristan..ayo dong, nurut sama Papa.. sama Om Ya??" bujuk Pak Adit Lagi.
"Nggak Mau!!" anak ini cukup keras kepala.
"Tristan..lepasin dulu ya, Nanti Kaki Kakak sakit gimana?? nanti kita nggak bisa main bareng??" Bujuk ku begitu saja sambil ku elus kepala nya. Bodo amat lah kalau mau di Marahi.
"Serius!! Kakak cantik mau main sama Tristan!!" Anak ini antusias sekali, jadi nggak tega ngeliat nya. Kemana sih emak nya..
"Iya..Kakak Janji, lepasin dulu ya??" Anak ini menurut seperti anak kucing.
"Win!!! anter Tristan ke bawah! suruh Pak Suroto nganterin pulang!" sela Pak Adit.
"Nggak mau!! Tristan mau main sama Kakak cantik!!" dasar anak keras kepala.
"Tristan! Ayo pulang!" Pak Reza menarik tangan anak ini.
"Pak! jangan di tarik.." Kata ku, sekali lagi aku merayu anak ini "Kalau Tristan nggak mau pulang, Tristan kebawah dulu ya sama Om Erwin.. Papa sama Om mau kerja, Kakak juga mau kerja?? Nanti Tristan nggak ada temen nya..sama Pak Suroto dulu ya.."
"Oke Kak!! Tapi janji ya!! Nanti bakalan ngajakin aku main lagi!!" Lalu aanak ini pergi menghampiri Pak Erwin. Setelah bernegosiasi dengan ku.
"Mas Reza silah kan keluar..Saya mau diskusi sama dia!" Kata Pak Adit santai tapi tegas dengan sorot mata nya yang tajam menatap ku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments