Alea bangun dari tidurnya, ia mengingat hal yang terjadi semalam membuatnya tersenyum.
Tidak pernah Alea bayangkan jika Arfan merencanakan semua itu.
Alea beranjak dari tidurnya dan bersiap untuk berangkat bekerja.
Sesampainya di kedai, Alea melihat sosok pria yang menunggunya didepan pintu.
"Selamat pagi Leah" ucap Arfan menunjukkan senyum terbaiknya.
"pagi Ar" ujar Alea.
"Apa tidurmu nyenyak semalam?" sambil merangkul pundak Alea.
"Ayolah Ar, akan banyak pasang mata yang melihat" ujar Alea sambil melepaskan tangan Arfan.
Arfan hanya tersenyum melihat Alea yang berjalan mendahuluinya.
"Apa kau merasa malu? tidak usah mau Leah, bulan depan kita akan menggelar resepsi pernikahan" tukas Arfan.
"Apa kamu bercanda?"
Arfan menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana bisa secepat itu?" ujar Alea.
"Tentu bisa sayang, aku akan mewujudkannya. Dan aku juga tidak mau menunggu lebih lama lagi, mama dan papa pun sangat menyetujuinya" sambung Arfan.
"Apa kamu takut, jika aku berpindah ke lain hati?" tanya Alea.
"Hmmm... Tentu saja, jika kamu sudah menjadi hak kepemilikan aku, kamu tidak akan berpindah ke lain hati lagi" ujar Arfan terkekeh lalu meninggalkan Alea.
"Dasar!" gumam Alea sambil tersenyum.
"Wah yang mau menikah, sumringah sekali pagi ini" ujar salah satu karyawan yang bernama Reva.
Alea hanya tersenyum menanggapi perkataan Reva.
"Mengapa kakak tidak pernah bercerita tentang pernikahan kakak? Aku pun belum menerima undangannya" lanjut Reva.
"Ini semua terjadi dengan cepat Reva. Sedikit mendesak" jawab Alea sedikit berbisik.
"Yang paling penting dilancarkan sampai hari H, dan jangan lupa untuk mengundangku" ujar Reva.
"Amin, tentunya kamu akan ku undang dipernikahanku. Sekarang kita melanjutkan kerja dulu" ujar Alea.
"Baik kak Leah" ucap Reva.
Alea pun langsung menuju ke kasir.
Belum lama kemudian datang Abizar.
"Mas Abi, kopi latte?" ucap Alea menebak pesanan Abizar.
"Kamu pintar menebak Leah" ucap Abizar sambil mengusap tengkuknya.
"Tentu saja, mas Abi merupakan pelanggan setia disini. Tiada hari tanpa kopi latte" ucap Alea sambil menyodorkan pesanan Abizar.
"Hei kawan.." ucap suara pria selalu mengejeknya datang menghampiri Abizar.
"Hei.. Tampaknya kau sedang berbahagia hari ini" tukas Abizar yang melihat raut wajah Arfan.
"Apakah hal itu tertulis di keningku?" ujar Arfan terkekeh.
"Mari duduk" lanjutnya yang merangkul Abizar menuju kursi yang berada disudut dekat kaca.
"Apa yang membuatmu tampak sangat berbahagia di pagi ini" tanya Abizar sambil menggulung lengan kemejanya.
"Aku akan menikahi Alea bulan depan" ucap Arfan dengan mata yang berbinar.
DEGGG. . .
Rasa nyilu serasa menjalar ke tubuh Abizar, serasa mendapat mimpi di siang bolong. Entah mengapa mendengar hal tersebut sangat menyakitkan baginya. Ia tau jika perasaan yang ia miliki kepada Alea itu salah. Menurut Abizar ini bukanlah sebuah kabar yang baik melainkan kabar buruk baginya.
"Kawan.. Ada apa dengan ekspresi itu?" ujar Arfan yang tampak bingung dengan perubahan raut wajah sahabatnya itu.
Abizar mulai menetralkan rasa sakitnya dan berpura-pura ikut senang mendengarnya.
"Selamat ya,aku hanya sedikit berfikir. Bagaimana sosok Alea yang lembut menyukai pria yang kewarasannya masih diragukan sepertimu" ejek Abizar sambil tertawa.
"Kewarasanmu yang lebih diragukan lagi, kawan" balas Arfan yang juga menertawai ucapannya.
Suasana pun mendadak hening. Abizar menyesap kopi nya sesekali diliriknya Alea yang sedang melayani pembeli di meja kasir.
Ada rasa sesak di dadanya melihat wanita yang di cintainya akan di persunting oleh sahabatnya sendiri.
"semoga kau bahagia dengannya Leah, aku hanya bisa mencintaimu dalam diam" ucap Abizar di dalam hati.
\*
Singkat cerita, hari pernikahan Alea dan Arfan pun akan diadakan besok.
Segala perlengkapan sudah terpenuhi.
Besok merupakan hari yang di nanti nya. Alea membaringkan tubuhnya karena cukup menguras tenaga mengurus persiapan pernikahannya, dan besok ia harus tampil fresh di hari pernikahannya
Alea POV :
Aku membaringkan tubuhku, ternyata seperti ini yah rasanya mempersiapkan sebuah pernikahan lumayan menguras tenaga.
Esok adalah hari dimana Arfan akan mengucapkan janjinya di hadapan penghulu. Oh.. Rasanya tidak sabar aku menantikan hal itu.
Oh ya bicara masalah Arfan, aku akhir-akhir ini jarang melihat mas Abizar, biasanya setiap hari ia selalu mampir ke kedai, tapi akhir-akhir ini ia tidak pernah terlihat, apa mungkin ia disibukkan dengan tugasnya? yah aku tak mau ambil pusing mengenai hal itu.
Pa.. Ma.. besok aku akan menikah. Aku yakin, besok mama, papa, dan Riko pasti memperhatikanku diatas sana karena besok adalah hari bahagiaku.
aku merindukan kalian ma,pa, adik.
Tiba-tiba aku mendengar suara pintu diketuk
sial, siapa yang bertamu di saat mataku mulai berat.
Author POV:
Alea membuka pintu, ia tercengang melihat Arfan.
"Ada apa kamu kesini larut malam, sebaiknya kamu pulang beristirahat untuk mempersiapkan diri besok" ujar Alea sedikit mendorong tubuh Arfan.
"Hehe.. Aku merindukanmu Leah" jawab Arfan nyengir kuda.
"Bukankah tadi kita sudah bertemu walaupun sebentar, besok aku akan sah menjadi istri kamu, pastinya kamu setiap hari akan terus melihatku Ar, lebih baik kamu beristirahat karena bes.." ucapan Alea terputus karena tiba-tiba saja Arfan memeluk Alea.
Alea terdiam kaku dipelukkan Arfan, entah mengapa kali ini Arfan memeluknya sangat erat.
"Aku mencintaimu Alea" ucap Arfan sambil mengecup kening Alea .
"Aku juga mencintai kamu Ar"
"Baiklah, aku akan pulang ya sayang. Kamu harus berjanji padaku untuk menjaga kesehatanmu, jangan sampai sakit! dan berhenti memikirkan apa yang membuatmu sedih" ujar Arfan sambil mengacak rambut Alea.
Alea pun hanya terdiam dengan tingkah Arfan yang menurutnya agak aneh. Ia melihat Arfan melambaikan tangannya sambil tersenyum, kemudian Arfan pun mengendarai motornya dan menuju jalanan.
"Ada apa dengan sikapnya malam ini" gumam Alea.
Alea menuju ke tempat tidurnya, rasa kantuknya menyerang tak tertahankan dan ia pun tertidur pulas.
Suara Adzan subuh berkumandang. sebagai umat muslim ia wajib melaksanakan sholat.
Selesai sholat, ia mengecek ponselnya. 5 panggilan tak terjawab dari Arini yang merupakan mama dari Arfan pada pukul 22:30.
Alea langsung menelpon bunda Arfan.
"Halo ma..." ucap Alea, tak ada sahutan, hanya terdengar suara tangisan.
"Ada apa?" tanya Alea lagi.
"Nak Alea, Arfan nak" ucap Arini sesegukan.
"Apa yang terjadi dengan Arfan?" tanya Alea yang mulai panik.
"Arfan kecelakaan nak, dan dia meninggal" suara tangis diseberang sana semakin menjadi.
Ponsel Alea pun terlepas dari genggamannya. Ia langsung bergegas ke rumah Arfan, dengan baju tidur yang masih melekat ditubuhnya serta tanpa mengenakan alas kaki. Sungguh Alea tak percaya apa yang baru saja di dengarnya dari ibunda Arfan.
Sesampainya di rumah Arfan, ia melihat janur kuning yang kemarin melengkung telah digantikan dengan bendera kuning. Semua orang berdatangan dengan berpakaian serba hitam.
"Ini tidak mungkin terjadi" ujar Alea sambil berlari masuk kedalam rumah Arfan sambil tersedu.
Ia melihat kedua orang tua Arfan yang menitikkan air mata dihadapan tubuh kakubyang sudah tak bernyawa itu.
"Nak Alea.. " ujar Arini tersedu. Alea tidak menghiraukan orang-orang disekelilingnya.
Alea terus berjalan mendekati tubuh yang sudah kaku itu dan tanpa diduga Alea menghempaskan dirinya berbaring memeluk jasad yang sudah tidak bernyawa tersebut.
Sontak saja orang-orang langsung kaget dengan apa yang dilakukan Alea. Arini dengan segera membangunkan Alea dan memeluknya.
"Nak.. kamu harus sabar nak, kamu harus kuat" ucap bunda Arfan.
"Ma.. tolong bangunkan Arfan, kenapa Arfan harus tertidur di hari pernikahan kami" ucap Alea yang meracau tak jelas.
"Ar..kamu kenapa tidur, ayo bangun sayang ini hari spesial kita hari pernikahan kita" ujar Alea sambil menggerakan tubuh Arfan.
"Ar.. bangun sayang.. bangun.." ujar Alea seraya menangis tersedu.
"kamu pernah berkata padaku bahwa kamu tidak akan meninggalkanku, tolong Ar jangan bercanda.. bangun sayang.."
Alea tertunduk lesu. Disingkapnya kain penutup jenazah Arfan. bibir merah yang semalam mengecup keningnya telah memutih. Kemudian Alea mengecup kening Arfan untuk yang terakhir kalinya.
"Aku sangat mencintaimu Arfan" ucap Alea seraya menghapus air matanya.
Prosesi pemakaman selesai, semua orang satu persatu meninggalkan tempat tersebut.
Alea dan kedua orang tua Arfan masih terduduk didepan makam Arfan sambil mengusap nisan yang bertuliskan nama "Arfan Dinata"
Alea hanya terdiam, air matanya terus membasahi pipinya. Ia sadar dengan sikap aneh yang dilakukan Arfan. Arfan izin pergi berpulang untuk selamanya.
Hari-hari yang dilalui Alea sangat hampa. Kehidupannya terasa begitu kosong. Entah mengapa semua yang terkasih selalu meninggalkannya sendirian.
Dilihatnya cincin indah yang melingkar di jari manisnya. Air mata kembali menetes di pipi Alea.
Entah sudah berapa banyak air mata yang tertumpah menangisi kepergian lelaki yang dicintainya.
Ia amat sangat terpukul dengan semua kejadian yang menimpanya. Hari yang dimana seharusnya ia dan Arfan berbahagia menjadi hari berpulangnya Arfan.
Alea bersiap pergi ke kedai menemui Papa dari Arfan yang bernama Indra. sesampainya disana ia mengutarakan maksud dan tujuannya.
"Ada apa Alea?" ujar Indra seraya menatap lekat wanita yang hampir menjadi anak menantunya itu.
"Alea ingin mengundurkan Pa" tukas Alea tiba-tiba.
"Ada apa nak? bisakah kamu tetap bekerja disini"
"Maaf pa, Alea tidak akan bisa fokus bekerja karena semua yang ada disini mengingatkan Alea tentang Arfan" ujar Alea yang berusaha menahan air matanya agar tidak tertumpah.
"Baiklah, papa mengerti. Kamu pasti sangat terpukul atas kepergian Arfan. Papa minta kamu harus tetap semangat dan jalani kehidupan kamu dengan sebaik mungkin. Jika kamu terpuruk Arfan pasti akan sangat sedih." ucap Indra tulus.
"Terimakasih pa, Alea pamit undur diri" ujar Alea
"Iya, hati-hati nak" sahut Indra.
Alea melangkahkan kakinya hendak meninggalkan ruangan tersebut, belum L kemudian Alea langsung berbalik.
"Pa, titip salam buat mama. Papa juga harus semangat" ujar Alea mengepal kedua tangannya menyemangati.
"Baik, nanti ayah sampaikan. Terimakasih nak Alea" tukas Indra dengan mata yang mulai merah sambil tersenyum
Alea melanjutkan langkah kakinya, sesampainya didepan pintu Indra pun kembali memanggilnya.
"Nak Alea, terimakasih sudah mencintai Arfan"
Tess..
Alea menghapus air mata yang lolos jatuh dipipinya ia membalas ucapan Indra dengan tersenyum.
Alea melangkahkan kakinya, di lihatnya kasir yang dulu tempat ia bercengkrama bersama Arfan ketika tidak ada pembeli.
Kemudian Alea melirik kursi pelanggan disudut dekat kaca yang merupakan tempat favorit Arfan ketika sedang mengawasinya.
Oh Tuhan.. Sungguh!
Tempat ini akan selalu mengingatkan Alea tentang kenangan manis bersama Arfan.
Alea melangkahkan kakinya keluar kedai. Ia menangis didepan kedai tersebut. Kebetulan kedai sedang sepi dikarenakan hari hujan.
Alea menadahkan tangannya menikmati setiap tetesan air hujan yang membasahi telapak tangannya.
Ia melangkahkan kakinya pergi dari kedai itu. Air matanya terus mengalir bersamaan rintikan hujan yang mulai membasahi tubuhnya.
Ia kembali berbalik menatap tempat itu secara seksama, tempat dimana hal-hal yang manis tercipta, tempat yang menjadi cerita untuk seseorang yang hanya tinggal nama.
flashback off
Tbc
jangan lupa like dan komen yah
ikuti terus kisah selanjutnya di next episode
salam manis RPS
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
wybyibooo
kenapa yah kok bahasa percakapannya terlalu formal?
2022-11-26
1
Endang Setiyowati
😭😭😭😭 tissu mana tissu
2021-11-09
2
Tarrye Dolly
baca ini sambil menangis aku thorrr
😭😭😭😭
2021-07-31
0