Alviro memandang kearah jalan dari gedung kantornya. Ia mengambil ponsel didalam sakunya, lalu menghubungi seseorang yang selalu ia tunggu kehadirannya.
"Halo.." ucap suara diseberang sana.
Suara yang selalu terdengar merdu ditelinganya, suara yang amat dirindukannya.
"Halo Vi apakah kau mendengarku.." ulangnya lagi.
"iya Ara" ucap Alviro singkat.
"Ada apa Vi? terdengar dari caramu berbicara, sepertinya kau sedang ada masalah, ceritakan padaku" tanya Clara.
"Tidak sayang, aku hanya sedang merindukanmu saja" jawab Alviro berbohong.
"Bisakah kau berhenti menggombaliku?" tukas Clara.
Alviro pun hanya tertawa.
"Ara, jika aku ingin menikahimu bulan depan apakah kau bersedia?" tanya Alviro dengan serius.
"Sayang, bukankah sedari awal sudah ku katakan. Aku masih ingin fokus berkarir" jawab Clara.
"Kau bisa berkarir setelah menikah denganku Clara,aku janji tidak akan melarangmu" ujar Alviro.
"Tidak sayang, aku belum siap untuk menjalankan peranku sebagai seorang istri. Lagi pula mengejar karir setelah dan sebelum menikah itu rasanya tak sama" ucap Clara yang tak mau kalah.
Alviro tentu merasa tertusuk dengan jawaban Clara.
"Ada apa? Mengapa kau tiba-tiba saja membahas masalah pernikahan sayang. Bukankah sudah ku katakan bahwa aku belum siap untuk menikah" pertanyaan Clara bertubi-tubi seakan heran dengan tingkah Alviro
"Tidak ada apa-apa Ara, silahkan lanjutkan pekerjaanmu"ucap Alviro.
"Oke sayang" tukas Clara bersemangat.
"Ara, kau tahu bahwa aku sangat menyayangimu" ucap Alviro tulus.
"Iya Vi aku tahu, aku juga menyayangimu" tukas Clara.
Alviro langsung memutuskan sambungan telponnya.
"Ara, maafkan aku" gumam Alviro lirih.
Alviro menghembuskan nafas dengan kasar, ia tau jika sudah begini langkah apa yang harus ia ambil.
Alviro mengeluarkan ponselnya lagi, tanpa aba-aba pun ia langsung mengatakan keinginannya.
"Halo pa.. tetapkan tanggal pernikahanku, aku akan menikahi Alea" setelah mengatakan pernyataan tersebut, Alviro langsung mematikan sambungan telponnya.
Ia tau jika ia akan menikah tanpa adanya rasa cinta. Akan tetapi ia harus mengambil langkah tersebut. Keputusan yang dia ambil bukanlah karena jabatan yang ditawarkan oleh ayahnya, melainkan rasa sakit yang teramat dalam karena sebuah penantian.
Clara dan Alviro terpisah karena jarak, hal tersebut dikarenakan Clara yang ikut bersama orang tuanya di Kalimantan dan menetap disana. Sedangkan Alviro berada di Jakarta.
Sudah 3 tahun Alviro meminta untuk menikahi Clara. Akan tetapi Clara selalu menolaknya. Bukan dengan alasan tidak mencintainya, melainkan karena ia belum siap untuk menjadi seorang istri.
Clara memang selalu bernafsu dengan urusan karirnya, dan mengesampingkan urusan percintaannya dengan Alviro. Akan tetapi beda halnya dengan Alviro, ia ingin hidup bahagia bersama Clara dalam sebuah ikatan dan urusan karir bisa dikejar setelah menikah.
Tanpa Alviro sadari bahwa ia telah menitikkan air mata. Air mata bahagia, mengenang bagaimana ia menjalani hubungan selama 4 tahun bersama Clara, kenangan-kenangan manis yang selalu mereka ciptakan akan tetapi semua sirna.
Kepedihan yang ia rasakan karena harus melepaskan wanitanya.
Terkadang semua orang berfikir bahwa Alviro adalah lelaki yang tegas dan dingin, tanpa mereka ketahui letak sisi terlemahnya adalah Clara, karena Clara adalah wanita kedua yang paling penting dihidupnya setelah ibunya.
Tbc
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa untuk rate bintang lima, like dan komen ya🤗 kasih vote seikhlasnya 😘
sampai jumpa di episode selanjutnya...
salam manis Ryn
follow IG: ayasakaryn24
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
imblue E
ooo ada pacar toh
2022-09-25
1
kalina mochi
aku mampir ya thor
2021-04-08
0
Yenni Tantiana Ose Pehan
next
2021-03-29
0