"Sial!! Kenapa harus mogok diwaktu yang tidak tepat sih?!"
Nara menendang ban mobilnya dengan kesal. Tiba-tiba mobilnya berhenti dan tidak mau jalan lagi. Membuat Nara emosi dan kesal setengah mati. Padahal dia sangat-sangat lelah dan ingin segera sampai rumah supaya bisa beristirahat. Tetapi mobilnya malah tidak bisa diajak kompromi sama sekali.
Gadis itu menoleh kebelakang dan mendapati beberapa pemuda berandalan berjalan menghampirinya. Nara mendecih dan menatap mereka dengan sebal. Apa mereka datang untuk mengantarkan nyawa?! Kebetulan sekali, Nara menang sedang ingin mencari pelampiasan untuk meluapkan kekesalannya saat ini.
"Nona, kenapa mobilmu? Bermasalah ya? Bagaimana kalau biarkan anak buahku saja yang membereskannya, kau ikut aku ngobrol sebentar di-sana." Ketua berandalan itu menunjuk sebuah bangunan kosong di ujung jalan.
"Aku tidak sudi. Kalian pergilah dan jangan menggangguku, aku sedang dalam keadaan buruk. Jadi pergi sekarang juga lepas kendali dan menghajar kalian semua!!" Ujar gadis itu tanpa menatap lawan bicaranya.
Alih-alih pergi seperti perintah Nara. Mereka malah tertawa terbahak-bahak dan menatap Nara dengan pandangan meremehkan. "Kau sangat berani ya, dan aku sangat suka gadis pemberani sepertimu." Ucap ketua preman itu sambil menyentuh wajah Nara.
Dengan kasar Nara menepis tangan pemuda itu lalu menendang burungnya hingga salah satu telornya. Pecah, tak sampai disitu saja, dia juga membanting pemuda itu ke tanah dengan keras, hingga terdengar suara mirip tulang patah.
"Aaarrrkkhhh..." Pemuda itu berteriak sambil memegangi burung dan pinggulnya. Dan apa yang terjadi pada pemuda itu membuat teman-temannya menjadi ragu-ragu untuk maju dan menyerang Nara. "Ke..kenapa kalian hanya diam saja. Cepat tangkap dan beri pelajaran perempuan ini. Aarrrkkhh, sakit!!"
"Ma..Maaf ketua, kami tidak berani. Kami pergi dulu!!" Dan anak buah pemuda itu pun langsung tunggang-langgang melarikan diri. Mereka tak ingin bernasib seperti ketuanya yang habis di tangan Nara.
Meskipun terlihat feminim dan anggun. Tapi siapa yang menduga jika Nara memiliki sikap yang sangat bar-bar. Bahkan dia adalah pemegang sabuk hitam bela diri taekwondo.
"Dasar cacing tanah, berani sekali mencari masalah denganku!! Cih, membuang waktu saja." Ucapnya sambil menatap sinis kepergian para berandalan itu.
Fokus Nara kembali pada mobilnya yang masih belum bisa menyalah. "YAKK!! KENAPA LAGI DENGANMU?!! AYO NYALA, CEPAT NYALA!!" teriak Nara sambil menendang ban mobilnya berkali-kali.
Sebuah mobil sport hitam metalik tiba-tiba berhenti di belakang mobil Nara. Seorang pemuda tampan namun minim ekspresi terlihat menghampirinya. "Mobilmu kenapa?" Tegur pemuda itu yang tiba-tiba berdiri dibelakang Nara.
"Omo!!" Membuat gadis itu terkejut dan terlonjak kaget. "Yakk!! Kenapa kau muncul seperti hantu dan mengejutkanku?! Apa kau ingin membuatku jantungan, hah?!" Bentak Nara emosi. Gadis itu merenggut dan memeluk wajahnya.
Pemuda itu mendengus. Kemudian dia melewati Nara begitu saja dan melihat masalah apa yang terjadi pada mobilnya. Dan pemuda itu 'Zian' tak menemukan masalah apapun pada mobil tersebut. "Apa kau sudah mengecek bahan bakarnya?" Tanya Zian dan membuat mata Nara membelalak sempurna.
"Iya, bahan bakar!!" Serunya dengan lantang. Nara memukul kepalanya sendiri. "Aish, kenapa aku bisa tidak kepikiran sampai sana. Pantas saja tidak mau jalan dan tiba-tiba mesinnya mati. Karena aku lupa mengisi bahan bakarnya!!" Terang Nara.
"Dasar konyol!!" Zian meninggalkan Nara dan berjalan menuju mobilnya. Selang beberapa saat dia kembali dengan sebuah jerigen ditangan kirinya.
Zian melepas jasnya lalu melemparkannya pada Nara. Menyusahkan kemeja abu gelap lengan terbuka. "Bawakan dulu sebentar." Kemudian dia berjalan memutar, Zian membuka penutup tempat bahan bakar mobil Nara lalu menuangkan bahan bakar cadangan miliknya ke mobil gadis itu.
Nara masuk ke dalam mobilnya saat melihat Zian memberinya kode supaya menghidupkan kembali mesin mobilnya dan berhasil. Nara tersenyum tiga jari. "Ternyata masalahnya di-bahan bakar," ucap gadis itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Dengan gemas Zian menjitak kepala Nara."Sebagai imbalannya kau harus mentraktirku makan. Mobilmu tinggalkan saja disini, aku akan meminta anak buahku mengurusnya. Kita pergi dengan mobilku saja."
"Tapi aku~"
"Aku tidak suka penolakan, Nona!!"
Nara menekuk wajahnya dan bibirnya terus komat-kamit tidak jelas. Bisa-bisanya Zian bersikap seenaknya. Dan anehnya Nara tidak bisa menolaknya. Gadis itu pun segera masuk ke dalam mobil Zian.
Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Menyalip beberapa kendaraan lain yang melintas di depan. Tak ada protes dari Nara, gadis itu terlihat nyaman-nyaman saj meskipun Zian mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan.
.
.
Lima belas menit berkendara. Mereka tiba di sebuah restoran mewah yang hanya di datangi oleh mereka yang berdompet tebal. Nara turun dari mobil Zian dan menatap pemuda itu dengan pandangan bertanya.
"Kita akan makan disini? Apa kau yakin?" Nara menatap Zian penuh tanya.
Mata kanan pemuda itu memicing dan menatap Nara penuh tanya. "Kenapa memangnya?"
"Kau bercanda ya?! Aku mana ada uang untuk makan di restoran semewah ini? Apalagi harga makanan disini terkenal mahal-mahal sekali. Dan gajiku satu bulan cuma cukup untuk membeli satu menu dan segelas jus jeruk. Kita makan di tempat lain saja, aku tau tempat makan yang tak kalah enak dengan harga yang lebih terjangkau. Ayo ikut aku!!"
Tanpa menunggu persetujuan dari Zian. Nara menarik pemuda itu pergi dari restoran tersebut. Mereka berdua harus menyeberang jalan terlebih dulu untuk sampai ke tempat yang Nara maksud. Dan Zian sendiri tidak tau kemana gadis itu akan membawanya.
Nara membawa Zian memasuki sebuah kedai makanan pinggir jalan yang ramai dikunjungi orang. Meskipun awalnya ragu, tetapi Zian tetap ikut masuk juga bersama Nara.
Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Gadis itu pun segera memanggil putri pemilik kedai untuk memesan. Sedangkan Zian tampak ragu-ragu, karena ini pertama kalinya dia makan di kedai pinggir jalan seperti ini.
"Kau boleh memesan apapun yang ingin kau makan. Bahkan sampai perutmu meledak sekalipun, jika disini aku sanggup mentraktirmu. Karena harganya sangat terjangkau dan tidak membuat kantong bolong." Jelas Nara sambil tersenyum lebar.
Sebenarnya Nara sanggup-sanggup saja mentraktir Zian makan di restoran tadi. Hanya saja dia terlalu sayang jika harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar hanya untuk seporsi makanan.
Mau makan dimana pun, baik itu di restoran mewah maupun kedai pinggir jalan, toh intinya sama-sama mengenyangkan. Jika ada yang lebih murah dengan kualitas terbaik, lalu kenapa harus memilih yang bisa membuat miskin mendadak? Begitulah prinsip Nara selama ini.
"Makanan datang," seru Nara saat melihat beberapa menu yang dia pesan sudah datang. Semua tampak lezat dan mampu menggugah selera makannya. Lalu pandangan Nara bergulir pada Zian. "Kenapa hanya dilihat saja?! Ayo dimakan, kau tenang saja, meskipun kedai kaki lima, tetapi makanan disini dijamin lezat dan bersih."
Melihat orang-orang yang begitu lahap membuat Zian penasaran akan rasanya. Dengan ragu, Zian mengambil sepotong daging asap yang tengah dimakan oleh Nara. Dan setelah makanan itu masuk ke dalam mulutnya, Zian baru tau jika rasanya ternyata tidaklah seburuk yang dia pikirkan. Sangat lezat malah.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Nara memastikan.
"Hn, biasa saja. Rasanya lumayan untuk mengganjal perut yang lapar!!"
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
jinnie
jiaaaa....zian gengsi yaaa 🤣
2023-01-15
0
Nurma sari Sari
waduh gengsinya Zian mau bilang enak benget aja susah banget
2022-10-04
1
yumna
nara bisa aja ya....
2022-09-11
1