Bab 3: Aku Tidak Sudi

Nara mengetuk pintu kamar tamu yang di tempati oleh Zian sejak semalam. Kemudian gadis itu masuk ke dalam dan mendapati Zian yang sedang berdiri di depan jendela kamar yang terbuka. Nara meletakkan nampan berisi makanan diatas meja kecil samping tempat tidur lalu menghampiri lelaki itu.

"Makanlah dulu, sejak pagi perutmu belum terisi makanan apapun. Kau masih sakit dan dalam masa pemulihan."

"Nanti saja, aku belum lapar." Jawabnya dingin.

"Belum lapar bagaimana?! Jelas-jelas dari pagi kau belum makan apapun, malah mengatakan jika belum lapar!!" Omel Nara mendengar jawaban lelaki di depannya.

Kemudian Zian berbalik badan dan menatap Nara dengan pandangan menusuk, membuat perempuan itu sampai menelan ludah.

Baru saja dengan mata kanannya, Nara sudah ergidik sendiri melihat tatapan lelaki itu yang mengintimidasi, lalu bagaimana jika mata kirinya sudah sembuh dan perbannya sudah di lepas. Bisa-bisa dia kencing berdiri. Dan ditatapan seperti itu rasanya seperti sedang menonton sebuah film horor yang mengerikan.

"Kalau tidak mau makan ya sudah, tapi tidak perlu menatapku seperti itu juga," Nara menggerutu seraya keluar dari kamar yang ditempati oleh Zian.

Lelaki itu menghela napas panjang. Gadis itu begitu berani padanya dan tidak ada takut-takutnya sama sekali. Dan baru kali ini Zian bertemu dengan seseorang yang berani menatap langsung ke dalam matanya dengan pandangan sebal.

"Tunggu!!" Seru Zian dan menghentikan langkah Nara.

Gadis itu lantas berhenti lalu berbalik badan. Zian berjalan menghampirinya. Zian mengeluarkan sesuatu dari saku celananya lalu memberikannya pada Nara. "Apa ini?" Gadis itu memicingkan matanya.

"Aku yakin matamu tidak bermasalah sehingga tidak tau benda apa ini. Aku membutuhkan pakaian ganti selama disini, jadi bisakah kau keluar dan membelikanmu beberapa helai pakaian? Kau melarangku pulang, jadi bagaimana aku bisa memakai pakaian ini sepanjang waktu?!"

"Siapa yang melarangmu pulang?!" Nara menyela cepat. "Aku melarangmu karena kau masih dalam masa pemulihan, lukamu itu tidak ringan apalagi kau menolak pergi ke rumah sakit untuk melanjutkan perawatan. Jadi aku menahanmu disini karena kau belum sembuh total, jadi jangan salah paham!!"

Zian mendengus. "Sudah jangan bawel, cepat pergi dan sekalian beli buah-buahan untukku. Di dalam kartu itu ada sekitar 1 milyar won, terserah kau mau membeli apa pun juga untuk dirimu sendiri. Anggap saja sebagai kompensasi selama aku tinggal disini," terang Zian.

Mata Nara memicing. "Kau mengijinkan aku memakai uangmu di kartu ini? Bagaimana kalau aku malah menghabiskannya?!" Dia menatap lelaki itu penuh selidik.

"Tidak masalah, dan jika kau merasa tidak enak atau ingin menebusnya, kau bisa melemparkan dirimu padaku. Kebetulan aku kekurangan boneka mainan!!" Jelas Zian dan membuat Nara membelalakkan matanya.

"Aku tidak sudi!!" Ucapnya dan pergi begitu saja.

Zian juga hanya bercanda tidak serius dengan ucapannya. Lagipula Zian tidak mungkin menggunakan gadis baik-baik sebagai salah satu dari sekian banyak mainannya. Apalagi gadis itu adalah orang yang telah menyelamatkan nyawanya.

-

-

Devan menghentikan langkahnya saat merasakan ponsel di dalam saku celananya berdering. Nama Nara tertera dan menghiasi layar ponselnya yang menyala terang. Penasaran kenapa juniornya itu menghubunginya, Devan pun segera menerima panggilan tersebut.

"Senior, aku butuh bantuanmu."

"Bantuan apa? Apa ada masalah dengan Zian?"

"Bukan, bukan itu. Saat ini aku sedang berada di pusat perbelanjaan, adikmu memintaku membelikan pakaian untuknya. Tetapi aku tidak tau pakaian seperti apa yang dia sukai, model dan warna juga." Jelas Nara dari seberang sana.

"Adikku menyukai pakaian berwarna gelap terutama warna hitam, dia juga lebih suka pakaian lengan terbuka. Dan jika membelikan pakaian untuknya, jangan sampai ketinggalan untuk membeli singlet dan kaos polos tanpa lengan." Ujar Devan menerangkan.

"Lalu bagaimana dengan jas atau tuxedo? Apa perlu membelinya juga?"

"Hm, aku rasa tidak perlu. Dia biasanya memakai jas ketika ke kantor atau saat menghadiri acara-acara penting. Cukup kemeja lengan panjang dan Vest saja."

"Baiklah senior, aku sudah paham. Terimakasih atas informasinya. Aku tutup dulu ya."

Devan menatap layar ponselnya dan mendengus berat. Begitulah Nara, suka mematikan sambungan telfonnya begitu saja. Lelaki berkacamata itu menggelengkan kepala lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang prakteknya.

-

-

Zian melenggang keluar meninggalkan kamar tamu yang sejak semalam dia tempati. Pemuda itu menuruni tangga menuju lantai dasar. Dia menghentikan langkahnya dan pandangannya menyapu kesegala penjuru arah.

Sebuah rumah minimalis yang memiliki dua lantai dan tiga kamar. Sebuah dapur, ruang makan, ruang tamu dan ruang keluarga. Rumah yang besarnya tak ada seperempat dari mansion miliknya.

Banyak lukisan yang terpajang di dinding rumah ini. Beberapa foto si pemilik rumah, tetapi Zian tidak menemukan adanya foto keluarga Nara.

Begitu bersih dan rapih, membuat Zian menjadi betah berlama-lama ditempat ini, apalagi suasana yang begitu tegang dan hening. Sungguh berbanding balik dengan suasana dikediamannya yang selalu ramai dan penuh kehebohan.

Zian membuka kulkas dan menemukan sebuah beer yang isinya hanya tinggal setengah dan beberapa kaleng minuman bersoda. Zian mengeluarkan satu kaleng minuman bersoda dan satu butir apel lalu melenggang ke taman belakang.

Mata Zian dimanjakan dengan berbagai bunga yang tumbuh di taman itu. Memang tidak terlalu besar seperti taman di kediamannya. Tetapi bunga-bunga tertata dan terawat dengan baik. Sedikitnya ada 5 jenis bunga berbeda yang tumbuh di sana.

Mulai dari Mawar, Daisy, Lilly, Tulip dan sedikitnya ada 10 pohon Azalea dengan warna bunga berbeda. Sedangkan di halaman depan tumbuh tanaman Hortensia dan Spirea.

Brakkk...

Bantingan keras pada pintu mengejutkannya. Zian bangkit dari duduknya dan melenggang meninggalkan taman. Terlihat Nara memasuki rumah sambil uring-uringan tidak jelas. Zian memicingkan mata kanannya dan menatap gadis itu dengan heran.

"Apa kau salah minum obat pagi ini?" Tegur Zian membuat perhatian Nara teralih padanya.

Gadis itu menatapnya tajam. "Diamlah, jangan banyak bertanya dan membuat moodku semakin buruk!! Ini barang-barangmu, dan ini kartumu. Bawa sendiri ke kamar tamu. Dan jangan menggangguku!!" Nara beranjak dari hadapan Zian dan pergi begitu saja.

Zian menatap kepergian Nara dengan sebelah alis terangkat naik. Dan masihkah gadis itu berani membentak apalagi berbicara kasar padanya setelah tau siapa ia sebenarnya?! Zian ingin melihat bagaimana reaksi Nara setelah tau jati dirinya yang sebenarnya.

.

.

Zian menutup mata kanannya saat jari-jarinya menarik plester yang merekatkan perban yang menutup luka ditembak diperutnya dengan perlahan dan hati-hati. Keringat tampak membahasi keningnya.

"Uhhh," rintihan kesakitan keluar dari sela-sela bibirnya. Raut wajahnya menunjukkan jika dia sedang kesakitan. Zian tak melanjutkan dan mengatur napasnya selama beberapa detik. Perban yang menempel pada lukanya membuat luka itu terasa amat sakit.

Disaat bersamaan, sepasang tangan bak porselen mengambil alih perkerjaannya. Wajah cantik itu mendongak membuat mata berbeda warna itu saling bersiborok selama beberapa saat.

"Seharusnya minta bantuanku, kenapa melakukannya sendiri?" Ucap gadis itu yang pastinya adalah Nara.

"Bukankah kau sendiri yang memintaku supaya tidak mengganggumu?!"

Skakmat!!

Nara langsung kehilangan kata-katanya setelah mendengar jawaban Zian. Gadis itu tak mengatakan apapun lagi, dia terus diam menyelesaikan pekerjaannya.

Dan setelah mengganti perban yang menutup luka-luka ditubuh Zian. Nara pun melenggang keluar dan meninggalkan pemuda itu sendiri di kamar tamu. Zian mendengus seraya menggelengkan kepala melihat tingkah gadis penolongnya itu.

-

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

klo Zian tukang celup males deh

2024-06-15

0

Nurma sari Sari

Nurma sari Sari

Zian mulai merasa penasaran dgn Nara, karena dia biasa mendapatkan wanita yg selalu takluk dan tunduk padanya tapi tidak untuk Nara.

2022-10-04

3

𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢

𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢

Nara sepertinya gadis yg lincah, pandai, baik, pastinya Imut kek Sang Author.

2022-09-03

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Awal Pertemuan
2 Bab 2: Salah Orang
3 Bab 3: Aku Tidak Sudi
4 Bab 4: Dia Baik-Baik Saja
5 Bab 5: Memahami Perasaannya
6 Bab 6: Kepulangan Zian
7 Bab 7: Dasar Psaych*!!
8 Bab 8: Mobil Mogok
9 Bab 9: Hati Malaikat
10 Bab 10: Club' Malam
11 Bab 11: Kecelakaan Beruntun
12 Bab 12: Nyaris Pingsan
13 Bab 13: Flashback
14 Bab 14: Dia Suamiku.
15 Bab 15: Konyol!!!
16 Bab 16: Club' Malam
17 Bab 17: Markonah
18 Bab 18: Butuh Bantuanmu!!
19 Bab 19: Dia Istriku!!!
20 Bab 20: Penyerangan!!
21 Bab 21: Reuni
22 Bab 22: Galau
23 Bab 23: New York
24 Bab 24: Tamu Tak Diundang.
25 Bab 25: Pertanyaan!!
26 Bab 26: Pengakuan Zian!!
27 Bab 27: Rencana Tuan Lu
28 Pengumuman Giveaway
29 Bab 28: Kami Mundur
30 Bab 29: Ungkapan Hati Zian
31 Bab 30: Kau Bin*tang!!
32 Bab 31: Tuan Lu Berulah
33 Bab 32: Gaun Pengantin
34 Bab 33: Tuan Lu Ditangkap
35 Bab 34: Hari Pernikahan
36 Bab 36: Malam Pertama
37 Bulan Madu
38 Tiba Di Swiss
39 Menikmati Keindahan Swiss
40 Jalan-Jalan
41 Gangguan Di Danau Jenewa
42 Cinta Tanpa Kata-Kata
43 Rencana Pagi Ini
44 Menikmati Senja
45 Dasar Menyebalkan
46 Dokter Terbaik
47 Kota Burn
48 49
49 Hari Terakhir Di Swiss
50 Mulai Kembali Bekerja
51 Gelap Diantara Terang
52 Bak Pinang Dibelah Dua
53 Zian Terluka Parah
54 Maafkan Aku Nara
55 Kesedihan Nara
56 Maaf!
57 Sangat Berharga
58 Dukungan Untuk Nara
59 Kegagalan Nara Dan Devan
60 Amarah Zian
61 Tidak Ada Ampun
62 Jemput Aku!!
63 Malam Yang Panjang
64 Akhir Pekan
65 Zian Kecelakaan
66 Senja Dan Pantai
67 Hujan Dipagi Hari
68 Kecelakaan Beruntun
69 Merasa Beruntung
70 Akan Segera Berakhir
71 Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1: Awal Pertemuan
2
Bab 2: Salah Orang
3
Bab 3: Aku Tidak Sudi
4
Bab 4: Dia Baik-Baik Saja
5
Bab 5: Memahami Perasaannya
6
Bab 6: Kepulangan Zian
7
Bab 7: Dasar Psaych*!!
8
Bab 8: Mobil Mogok
9
Bab 9: Hati Malaikat
10
Bab 10: Club' Malam
11
Bab 11: Kecelakaan Beruntun
12
Bab 12: Nyaris Pingsan
13
Bab 13: Flashback
14
Bab 14: Dia Suamiku.
15
Bab 15: Konyol!!!
16
Bab 16: Club' Malam
17
Bab 17: Markonah
18
Bab 18: Butuh Bantuanmu!!
19
Bab 19: Dia Istriku!!!
20
Bab 20: Penyerangan!!
21
Bab 21: Reuni
22
Bab 22: Galau
23
Bab 23: New York
24
Bab 24: Tamu Tak Diundang.
25
Bab 25: Pertanyaan!!
26
Bab 26: Pengakuan Zian!!
27
Bab 27: Rencana Tuan Lu
28
Pengumuman Giveaway
29
Bab 28: Kami Mundur
30
Bab 29: Ungkapan Hati Zian
31
Bab 30: Kau Bin*tang!!
32
Bab 31: Tuan Lu Berulah
33
Bab 32: Gaun Pengantin
34
Bab 33: Tuan Lu Ditangkap
35
Bab 34: Hari Pernikahan
36
Bab 36: Malam Pertama
37
Bulan Madu
38
Tiba Di Swiss
39
Menikmati Keindahan Swiss
40
Jalan-Jalan
41
Gangguan Di Danau Jenewa
42
Cinta Tanpa Kata-Kata
43
Rencana Pagi Ini
44
Menikmati Senja
45
Dasar Menyebalkan
46
Dokter Terbaik
47
Kota Burn
48
49
49
Hari Terakhir Di Swiss
50
Mulai Kembali Bekerja
51
Gelap Diantara Terang
52
Bak Pinang Dibelah Dua
53
Zian Terluka Parah
54
Maafkan Aku Nara
55
Kesedihan Nara
56
Maaf!
57
Sangat Berharga
58
Dukungan Untuk Nara
59
Kegagalan Nara Dan Devan
60
Amarah Zian
61
Tidak Ada Ampun
62
Jemput Aku!!
63
Malam Yang Panjang
64
Akhir Pekan
65
Zian Kecelakaan
66
Senja Dan Pantai
67
Hujan Dipagi Hari
68
Kecelakaan Beruntun
69
Merasa Beruntung
70
Akan Segera Berakhir
71
Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!