Pendonor ....
Alvin, Fian, dan Sean yang mendengar kondisi Aerum dari sang dokter. Mulai lunglai tak mampu menopang berat tubuh mereka sendiri.
“Apa yang harus kita lakukan dok?” tanya Sean nampak linglung.
“Kalian harus menemukan pendonor darah untuk pasien secepatnya,” ucap dokter itu merasa iba lalu meninggalkan Alvin, Sean, dan Fian yang masih setia menemani Aerum.
“Kita harus bagaimana bang?” tanya Fian.
“Dimana kita akan mencari pendonor untuk Aerum? apa kah kita harus menemui keluarga kandungan Aerum di negara K ?” tanya Sean yang sudah bingung dan khawatir dengan kondisi Aerum.
“Gue juga bingung, gue nggak sanggup jika harus kehilangan Aerum, gue sangat menyayangi dia seperti adik kandung gue sendiri, apa yang harus gue katakan pada lie?” guman Alvin.
“Mana mungkin kita menghubungi keluarga kandung Aerum , loh kan tau sendiri bagaimana kelakuan ayahnya Aerum,” jawab Fian.
Di sebuah ruangan nampak seorang gadis terbaring lemah dengan berbagai alat yang terpasang di tubuhnya sebagai penopang hidupnya. Dalam ruangan tersebut hanya suara detak jantung dari sebuah monitor yang memenuhi keheningan di ruangan itu.
Alvin tak dapat menyembunyikan kesedihan yang terpancar di wajahnya ketika memasuki ruangan tersebut.
Sean dan Fian nampak sibuk dengan ponselnya menghubungi kenalan mereka berharap salah satu dari mereka memiliki golongan darah yang sama dengan Aerum. Beberapa menit telah berlalu, Fian dan Sean mulai putus asa. Dia terduduk di salah satu kursi yang berada di luar ruangan dimana Aerum dirawat. Wajah tampan mereka kini nampak sangat menyedihkan dengan kantung mata yang menghiasi wajah mereka serta baju yang kelihatan kotor dan kusut.
Sean dan Fian yang mulai sadar dari lamunannya segera beranjak dari kursi itu lalu masuk ke ruangan Aerum.
Matahari mulai meninggi akan tetapi mereka belum juga menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan Aerum dalam ruangan itu. Sekedar membersihkan diri dan mengisi perut mereka dengan makanan.
Tok ... tok ... tok ... suara ketukan pintu.
Alvin berdiri meninggalkan Aerum yang masih senantiasa memejamkan kedua matanya. Dia pun membuka pintu munculah beberapa anggota dari tim lainnya berdiri di depan pintu. Mereka sekedar datang ingin mengetahui kondisi dari anggota tim Delta yaitu Cold Angel yang saat ini dirawat secara intensif pasca peluru yang berhasil menembus kulitnya hingga membuat dia terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
“Bagaimana keadaan para sandera?” tanya Alvin memulai pembicaraan. Tanpa mempersilakan mereka masuk terlebih dahulu.
“Beberapa dari mereka sudah di jemput oleh keluarga masing-masing dan lainnya masih dalam perawatan. Bagaimana keadaan Cold Angel?” tanya Zaidan.
“Saat ini dia belum sadarkan diri. Kondisinya kritis, kami sedang mencari pendonor darah yang sama dengannya, kalian boleh masuk tapi bergantian,” jelas Alvin.
Mereka yang mendengar ucapan Alvin mulai menganggukkan kepala tanda mengerti. Beberapa dari mereka yang masuk ke dalam ruangan perawatan Aerum, benar-benar kaget melihat keadaan Aerum yang sangat menghawatirkan beberapa alat penopang hidup hampiri terpasang di setiap inci tubuhnya. Serta Sean dan Fian yang masih setia di sisi Aarum. Menyedihkan kata mewakili penampilan mereka saat ini. Dimana darah yang berada di baju Fian mulai mengering belum sempat di ganti.
“Gue nggak nyangka seorang dari tim Delta yang terkenal akan kewibawaan, ketegasan dan sifat mereka yang dingin tak tersentuh. Hari ini nampak berbeda 100% dari karakter mereka,” batin salah satu pasukan dari tim Rances.
Zaidan yang melihat keadaan mereka segera menyerahkan paper bag yang sempat di bawahnya pada Alvin selaku kapten dari pasukan tim Delta.
“Apa ini?” tanya Alvin menerima paper bag tersebut.
“Baju ganti untuk kalian pake dan makanan Cepat bersihkan diri kalian dulu terutama loh White Lion ...” jelas Zaidan melihat ke arah Fian.
Fian baru menyadari keadaan dirinya yang begitu kacau balau. Dengan darah yang mulai mengering di bajunya. Dia segera menerima salah satu paper bag yang berisi baju ganti untuk dirinya.
“Thanks,” ucap Fian singkat lalu berjalan meninggalkan mereka.
“Kami akan berusaha membantu kalian mencari pendonor untuk Cold Angel, kami pamit dulu karena masih ada yang akan kami kerjakan,” ucap Zaidan berpamitan pada Alvin dan Sean. Alvin hanya dapat mengiyakan apa yang di ucapkan oleh Zaidan.
“Loh harus bertahan Rum-Rum,” ucap Sean sedih, setelah kepergian dari tim Valerie, Alphad, dan Rances. Tim Sky One tidak dapat mengunjungi mereka. Karena saat ini mereka sedang menjalankan hukuman karena salah satu dari mereka bertindak ceroboh selama misi berlangsung.
BRAK ....
“Loh apa-apa sih Fian tidak bisa apa buka pintu pelan-pelan,” ucap Sean jengkel. Sedangkan Fian hanya menyunggingkan senyum gembiranya mendengar ocehan Sean.
“Loh masih waras?” tanya Alvin dengan telapak tangan menyentuh kening Fian.
“Gue masih waras bang,” jawab Fian sambil melepaskan tangan Alvin yang menyentuh kening nya.
"l“Terus loh kenapa senyum-senyum sendiri kaya orang kurang waras?” tanya Sean yang melihat Fian dengan tatapan ngeri.
“Gue lagi seneng bang, gue dah dapat pendonor untuk Aerum,” ucap Fian bahagia.
“Beneran loh, dimana orangnya?” tanya Alvin dan Fian bersama.
“Jadi gini bang, tadi di kamar mandi tanpa sengaja gue mengingat semua momen sebelum kita berangkat kemari. Dan gue ingat sebelum kita berangkat Aerum sempat menjelaskan indentitas dia pada Lie adek loh bang yang mengira Aerum adalah Hana,” jelas Fian mengebuh-ngebuh.
“Apa hubungannya?” tanya Sean yang terlihat bingung.
“Bego banget sih loh," sahut Fian jengkel yang kemudian menjitak kepala Sean.
“Yang dari gue tangkap. Kita bisa meminta Hana mendonorkan darahnya pada Aerum. Dengan sedikit taktik, agar Hana tak mengetahui indentitas Aerum,” jelas Alvin.
“Gini, baru gue paham. Nggak kaya loh penjelasannya berbelit-beli,” balas Sean.
“Loh nya aja, pada dasarnya emang **** dan lemot,” ucap Fian.
__________
Mereka mulai sedikit lega karena sudah mendapatkan orang yang dapat mendonorkan darah untuk Aerum. Alvin segera meninggalkan ruangan itu menuju meja resepsionis di rumah sakit tersebut untuk meminjam telpon agar dapat menghubungi sang adik. Alvin meminjam telpon pasalnya di belum sempat pulang dan mengambil beberapa barang-barangnya yang masih berada di markas tim Alphad.
“Hallo ... maaf dengan siapa?” tanya Lie. Karena tak mengenal deretan angka yang terpampang di layar ponselnya.
“Hallo dek, ini bang Alvin,” jawab Alvin.
“Ponsel abang mana? nomor siapa yang abang pake untuk telpon adek?”tanya Lie bertubi-tubi.
“Abang pinjam telpon dari pihak rumah sakit, ponsel abang ada di markas, adek kenal sama Hana?”
“Ngapain abang di rumah sakit, abang tidak apa-apa kan? Hana teman sekelas adek bang” jawab Lie.
“Abang tidak apa-apa, Aerum terluka dalam menjalankan misi dia membutuhkan donor darah , golongan darah Aerum sangat langka sebab itu kita membutuhkan bantuan hana?” jelas Alvin.
“Tunggu bang! adek cari dulu dikelas, kaya nya Hana belum balik deh,” ucap Lie, sambil berlari menuju ruang kelasnya.
”I**ya dek, tapi jangan beritahu Hana kalau Aerum yang membutuhkan pendonor,” jelas Alvin.
“Siap bang, abang ada di rumah sakit mana biar nanti kami menyusul kesana?”
“Abang ada di negara A, nanti biar Abang yang jemput adek dibandara, yaudah abang akhiri panggilan nya, abang mau ke markas ambil barang-barang dan ponsel,” jelas Alvin.
“Oke bang,” balas Lie lalu memutuskan panggilan telpon dengan Alvin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rizkia AN
mampir lagi nih, ditunggu up selanjutnya😊
mari saling suport😙
2020-06-03
0
Kunci Nama
lanjut kak semangat
salam dari GADIS CEROBOOH
2020-06-03
0
Lyana Cantika
semangat up akak😙😙😙
2020-06-03
1