Chapter 10 : Wujud Jiwa sang Naga

Terbaring di sebuah tempat hamparan putih yang amat luas, Odo membuka mata dan melihat langit biru yang terlihat sangat tinggi dan kosong. Dengan cepat Ia sadar kalau tempatnya berada sekarang adalah Alam Jiwa miliknya sendiri, sebuah tempat dimana dirinya berada saat sekarat. Anak itu mengenakan pakaian yang sama seperti sebelum kehilangan kesadaran, sebuah kemeja dengan celana panjang tanpa Jubah Dimensi, tetapi dalam kondisi tidak rusak tidak seperti sebelumnya.

“Apa setiap kali aku habis lawan monster kuat harus datang ke tempat ini, ya? Entah mengapa rasanya sedikit aneh,” gumamnya dengan nada malas.

Odo memegang kening dengan tangan kanan, lalu menghela napas. Ia mulai duduk, lalu mengamati tempat dengan lantai putih yang amat luas itu dengan penglihatan sedikit buram yang perlahan membaik. Ia mengangkat tangan dari kepala, kemudian menghela napas dengan berat. Berbeda dengan sebelumnya, tidak terlalu jauh dari tempatnya berada, terlihat pohon berdaun hijau terang setinggi lima meter. Menemukan apa yang ada di hadapannya, dirinya langsung tahu pohon apa itu.

“Jangan bilang ... karena aku menyerap Inti Sihir dari Bijih dan Buah Pohon Suci yang dimasukkan Reyah ..., pohon ini tumbuh di tempat ini ...? Haha, jadi memang benar ini Alam Jiwaku. Ah, biarlah, itu membuat tempat itu tidak sepi ....”

Dengan senyum lelah terlihat jelas pada wajahnya, Odo berdiri dengan tatapan datar. Kembali mengamati sekitar sambil mengingat-ingat dengan rinci kejadian sebelum dirinya masuk ke Alam Jiwanya sendiri, Odo berbalik dan sekali lagi terkejut bukan main saat melihat sosok yang sangat tidak asing baginya.

Pada kedua bola matanya, dengan jelas terpantul sosok Naga Hitam yang tubuhnya terbuat dari susunan kabut hitam pekat berdiri dengan tatapan tajam. Berbeda dengan sebelumnya, sang naga hanya berukuran tidak lebih besar dari manusia dewasa, meski begitu aura sihir yang terasa masih sangat kuat.

“Yang benar saja, masa belum kalah juga? Memangnya kau abadi apa?” Odo melangkah mundur sampai punggungnya menyentuh batang pohon yang tumbuh di Alam Jiwa tersebut.

“Auto Senses!! Auto ...! Oto!” teriak Odo dengan panik. Dalam pikirannya, mungkin dirinya bisa meminta bantuan dari sihir pertahanan terakhir tersebut. Tetapi, sayangnya tidak ada balasan sama sekali.

“Sialan, kalau dibutuhkan malah gak ada!”

Segera Odo berlari ke kanan dan menjauh. Tidak seperti dugaan, sosok Naga Hitam yang dipenuhi kabut hitam itu tidak bergerak dan tetap berdiri diam. Sifatnya dari sekedar pasif, itu lebih seperti tidak merespons gerakan Odo.

“Aura hitam itu ..., apa itu Dark Matter? Kalau iya, berarti memang waktu itu naga sialan ini berhasil masuk ke dalam tubuhku dan menyusup sampai ke Alam Jiwaku. Kalau begitu ....”

Setelah menjaga jarak beberapa meter dari sosok naga berselimut kabut hitam tersebut, Odo berhenti dan menatap tajam ke arahnya. Memikirkan beberapa cara, anak berambut hitam itu memilih tidak memprovokasi dan menunggu pergerakan Naga Hitam yang terdiam. Mengamatinya, Odo melihat sosok tersebut memang tidak jauh berbeda bentuknya dengan Naga Hitam yang sebelumnya dilawan, kecuali ukurannya yang mengecil dan kabut hitam yang menyelimutinya.

“Yo, wahai diriku, sepertinya kau kebingungan?” Tiba-tiba suara bergema di dalam kepala Odo. Anak berambut itu sadar kalau itu suara dari Auto Senses dan mengacuhkannya karena sedikit kesal dengan sihir pertahanan terakhir.

“Hem, kejamnya, wahai diriku. Padahal mungkin saja aku bisa menjelaskan situasi ini padamu, loh.”

Odo tetap diam mendengar suara di kepalanya. Sesaat menarik napas dan menghembuskannya dengan berat, sorot mata anak berambut hitam itu berubah gelap. Dalam hitungan detik, struktur sihir langsung tersebar di sekitarnya dan terbentuk beberapa lingkaran sihir petir yang mengelilinginya. Kilatan petir membuat rambutnya berdiri karena elektron yang mengalir dalam tubuh, membuat tubuhnya seperti bercahaya dan kornea matanya berubah menjadi biru gelap.

“Dengar ya, kau itu adalah sihir yang aku ciptakan. Katakan saja kalau tak ingin aku hapus, jangan banyak omong yang tak perlu, Senses. Kalau kau banyak tingkah, aku benar-benar tak akan menggunakanmu lagi, paham?” ucap Odo seraya menunjuk ke arah Naga Hitam yang sama sekali tidak melihat ke arah ke arahnya.

“Oho, kurasa tanpa diberitahu, engkau sudah punya jawaban dari keraguan dan rasa cemasmu. Ya, diriku adalah dirimu. Kalau diriku tahu, engkau juga tahu .... Diriku hanya pemroses yang menyimpan data dan informasi milikmu, wahai diriku.”

“Sudah kubilang, jangan bicara hal yang tidak perlu. Sebenarnya aku ingin bertanya banyak hal, tapi sekarang masalahnya adalah ....”

“Tenang saja, ini adalah dunia kita. Kita adalah penguasa di Alam ini. Kadal purba sepertinya bukan lawan yang sulit.”

“Memang ..., kalau begitu ..., aku serahkan semua pemrosesan sihir padamu.”

“Oke!”

Odo mengalihkan semua kontrol struktur sihir pada Auto Senses, seketika lingkaran sihir petir yang telah terbentuk di sekitarnya berubah susunannya dan menjadi lebih efektif. Menggunakan Mana yang memang merupakan miliknya sendiri di tempat tersebut, Odo mengoptimalkan sihir dan menyelimuti tubuhnya dengan petir untuk meningkatkan pertahanan.

Dari ujung jari telunjuk tangan kanan yang diarahkan pada Naga Hitam yang terdiam, Odo mengeluarkan sihir sambaran petir. Jdeer! Petir menyambar sang naga, tetapi tetap tidak bergeming dan berdiri menghadap pohon yang ada di hadapannya.

Menyadari serangan petir tingkat menengah tidak efektif, Odo mengubah strateginya. Ia berlari melingkar dan berdiri beberapa meter di belakang sang naga. Memasang kuda-kuda dengan kaki kanan memijak lebih ke depan dari kaki kiri, Odo merendahkan posisi tubuhnya, lalu mengulurkan tangan kanan ke depan dengan posisi mengepal. Postur tubuhnya diperkuat dengan sihir penguatan yang dilakukan Auto Senses. Dengan memusatkan Mana pada ujung tangan kanan yang dikepalkan, Odo mengatur struktur sihir dalam segi perubahan atribut ke petir, sedangkan Auto Senses mengatur efektivitas konsumsi kekuatan sihir. Petir yang menyelimuti tubuh Odo mulai memusat, menambah tekanan dan kekuatan sihir. Dengan menyangga lengan kanan dengan tangan kiri, perlahan Ia membuka kepalan tangan kanan dan lebih memusatkan Mana beratribut petir, membentuk bola energi berdaya hancur tinggi.

“Bararaq Orza!”

“Bararaq Orza!”

Jzeeed!!

Sihir petir ditembakkan layaknya sebuah Raillgun berkecepatan tinggi, melesat langsung ke arah Naga Hitam. Duarrrkkk!! Serangan itu dengan telak mengenai sang naga, asap keluar bersama ledakan. Tetapi beberapa detik kemudian, sebuah kepakan sayap menyingkirkan asap yang menutupinya. Sang naga berbalik, menghadap ke arah Odo dengan tatapan mata keemasan yang menyala terang. Mendapat tatapan itu, anak berambut hitam tersebut tidak lari atau gentar, Ia hanya berdiri tegak dan menatap balik dengan datar.

“Senses, makhluk ini adalah Jiwa dari Naga Hitam, ‘kan?”

“Ya, itu merupakan jiwa dari sang naga. Tapi, ada sedikit yang aneh darinya. Aura yang menyelimutinya itu adalah Dark Metter dengan unsur Kutukan yang belum jelas. Ada kemungkinan kalau yang dihadapi kita ini berpotensi menyebarkan Kutukan Pandemik.”

“Oke. Kalau begitu kau atur sihir serangan, variasi terserah. Untuk strategi bertarung, serahkan semuanya padaku.”

“Hem!”

Odo meloncat mundur menggunakan sihir pelontar. Seperti perkiraannya, Naga Hitam bereaksi dan berlari dengan dua kakinya, mengejar dengan agresif sesuai sifatnya. Gerakan sang naga tidaklah cepat jika dibandingkan dengan Odo. Tetapi menutupi itu, makhluk tersebut melebarkan kedua sayapnya untuk mendapat keseimbangan dan mempercepat larinya.

Odo mendarat di permukaan lantai putih dengan kaki kanan terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangan kanan ke depan dan mengaktifkan lingkaran sihir gravitasi yang tertanam dibalik lingkaran sihir pelontar yang sebelumnya digunakan. Naga Hitam yang berlari masuk ke dalam lingkaran tersebut langsung terhenti, dan berlutut karena tekanan gravitasi yang kuat.

“Kadal merayap saja!”

Tanpa membuang waktu, setelah memasang kedua kaki memijak di permukaan, Odo memuat berbagai sihir penyerangan yang telah disiapkan Auto Senses. Lima lingkaran sihir muncul di atas kepala Odo, dua diantaranya sihir petir dan sisanya sihir cahaya. Melepaskan semua sihir secara bersamaan ke arah sang naga, serangan tersebut telak mengenainya. Kali ini serangan melukai sosok makhluk tersebut, sayapnya berlubang dan kulitnya yang keras gosong karena sihir cahaya bersuhu tinggi.

Pada saat serangan tersebut mengenai sang naga, lingkaran sihir gravitasi yang menahannya ikut terkena dampak dan hancur. Seakan tidak memedulikan luka pada tubuhnya sendiri, Naga Hitam bangun dan berdiri dengan dua kakinya seperti manusia. Kedua sayap yang rusak direntangkan, lalu menyebarkan partikel-partikel hitam berukuran sebesar debu.

“Dark Matter? Jangan bilang ....”

Naga Hitam membuka mulutnya. Partikel hitam yang keluar dari sayapnya dengan sangat cepat berkumpul di depan mulutnya, lalu berubah menjadi sebuah bola plasma gelap yang terbuat dari Dark Matter. Dalam hitungan detik, tanpa membiarkan Odo beraksi, bom sihir ditembakkan dengan kecepatan tinggi. Jarak yang ada membuat anak berambut hitam itu tidak bisa menghindar secara penuh, tangan kirinya kena dengan telak dan hancur sampai bahu. Untungnya bola bom tersebut tidak langsung meledak saat mengenai tangan Odo dan tetap melesat.

Duarrkkk!

Beberapa puluh meter di belakangnya, bom yang ditembakkan itu baru meledak dan membuat angin kencang yang sedikit mendorong tubuhnya ke depan. Pada bahu kiri Odo yang kehilangan tangannya, darah tidak keluar dan terlihat seperti daging yang terpotong rapi.

“Meski ini tubuh jiwa dan rasa sakit tidak terasa, tapi kehilangan tangan itu rasanya seram juga ...,” pikir Odo.

“Kita kehilangan kemampuan tempur sampai 40%” Suara Auto Senses kembali menggema di dalam kepalanya.

“Aku tahu, fokus saja pada pengaturan dan siapkan sihirnya. Aku tidak akan kalah.”

Menarik napas dan menenangkan diri, Odo memikirkan strategi untuk bisa mengalahkan Naga Hitam. Ia memasang kuda-kuda bertarung tangan kosong aliran keluarga Luke, sebuah teknik berarung gaya bebas menggunakan Battle Art yang berfokus pada manipulasi Mana untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan daya hancur serangan. Mengepalkan tinju tangan kanan lurus ke depan, Odo mengatur penapasan dan sirkulasi Mana dalam tubuh.

Melihat Odo yang menyiapkan serangan, Naga Hitam merentangkan sayapnya kembali dan menyebarkan partikel-partikel hitam untuk mempersiapkan serangannya. Tidak membiarkan hal tersebut, Odo langsung menggunakan sihir pelontar dan melesat cepat ke arah sang naga. Menggunakan Battle Art untuk memperkuat tangan kanannya, Odo memukul telak perut Naga Hitam dan membuatnya terpental jauh. Partikel yang mulai terkumpul terpencar di udara dan menghilang.

Naga Hitam yang terpental merentangkan kedua sayapnya untuk menghentikan laju. Sebelum makhluk itu menyadarinya, Odo telah berdiri di belakangnya dengan bergerak cepat menggunakan sihir petir untuk meningkatkan kecepatan mobilitas. Naga Hitam mengayunkan ekornya dan menyabet Odo di belakang, tetapi sabetan itu ditangkap dan ekornya ditarik. Melepaskan ekornya dan menyiapkan tinju, Odo menghajar punggung Naga Hitam yang tubuhnya tertarik ke belakang, lalu menghantarkan gelombang kejut yang tercipta dari teknik Battle Art-nya.

Dekg!!

Tubuh Naga Hitam tidak terpental, tetapi kerusakan dengan tepat tersampaikan ke dalam tubuhnya. Saat tangannya mengenai punggung Naga Hitam, kabut hitam sedikit merambat ke tangan Odo. Ia segera menarik tangan kanannya, lalu menggunakan sihir cahaya untuk menyingkirkan kabut hitam yang menempel. Saat itu, anak berambut hitam itu menyeringai karena telah menemukan cara efektif untuk melawan Naga Hitam.

“Auto Senses!”

“Ya!!”

Odo menyelimuti tangan kanannya dengan Mana yang telah ditanami unsur atribut cahaya. Saat Naga Hitam hendak berbalik dan menyerang, Odo langsung menghajar wajahnya sampai naga itu terpental ke udara. Ia mencengkam ekor Naga Hitam dengan erat, dan pada saat bersamaan Odo membuat lingkaran sihir penguat pada lutut dan sendi kaki untuk memperkuat kuda-kuda, lalu menarik Naga Hitam dan membantingnya ke lantai dengan keras. Melepaskan ekornya, kabut hitam yang tertinggal pada tepak tangan kanan langsung hilang berkat Mana beratribut cahaya yang melapisi kulit.

Sebelum Naga Hitam bangun, Odo memanipulasi Mana pada tangan kanannya menjadi tajam dan merapatkan jemari. Dengan cepat, Odo melesat menggunakan sihir pelontar dan memotong satu sayap Naga Hitam. Saat hendak memotong sayap satunya, sang naga menyabetkan ekornya ke arah Odo. Ia terpukul cukup keras pada wajah dan terpental ke belakang. Sadar kalau ada Dark Matter menempel di wajah saat terkena sabetan, Odo langsung meloncat menjauh seraya mengusapnya dengan tangan kanan yang masih diselimuti Mana beratribut cahaya.

Seakan memang tidak membiarkan Odo menyerang lagi, Naga Hitam yang masih terjatuh tengkurap membuka mulutnya dan mengumpulkan partikel hitam dalam sekala sangat kecil. Memusatkannya dan membentuk bola hitam berukuran kelereng, Naga Hitam menembakkan bom mini itu ke arah Odo. Anak itu tidak menghindar, Ia telah memprediksi kalau serangan itu tidak melukai secara fatal karena mengarah pada bahu kiri yang memang sudah tidak bisa digunakan dengan baik karena tangan kirinya hancur. Bahu kirinya tertembus dan berlubang, tetapi Odo sama sekali tidak berhenti.

Sedetik setelah terkena serangan yang tidak lebih kuat dari tembakkan senjata api itu, ledakan kecil tercipta beberapa meter di belakangnya. Tanpa membuang waktu, Odo langsung menggunakan sihir pelontar untuk melesat, lalu menghajar Naga Hitam tepat di kepalanya sebelum makhluk itu bisa berdiri.

Buak!

Pukulan itu sangat keras, Naga Hitam sampai terbanting ke lantai. Tidak memberikannya kesempatan, Odo mencengkam satu sayap yang masih tersisa, lalu menginjak kepala Naga Hitam dan menarik sayapnya itu sampai robek. Srrrrt Sayapnya robek dan Dark Matter sedikit muncrat dari luka. Naga Hitam kembali menyabetkan ekornya, tetapi kali ini Odo berhasil menghindarinya dan mencengkam ekornya dengan erat. Naga Hitam membuka mulutnya dan mencoba menyerang dengan bola plasma berukuran kecil. Melihat itu, Odo menyeringai lebar dan tanpa ragu menendang wajah sang naga.

Buak! Giing! Duark!

Bola plasma hitam itu ditembakkan ke arah yang salah dan membuat ledakkan di dekat mereka yang membuat gelombang kejut mendorong punggung Odo, dan membuat keseimbangannya terganggu. Tanpa segan-segan, Odo langsung menginjak kembali wajah Naga Hitam untuk memperbaiki keseimbangan.

“Kena kau!!”

Secara drastis, Odo meningkatkan tekanan sihir pada tingkat maksimal. Mana miliknya yang telah diatur bermuatan elemen cahaya luber dan membuat partikel cahaya keemasan keluar dari tubuhnya, itu merupakan hal yang disengaja dan pengaturannya telah dilakukan oleh Auto Senses. Mana beratribut cahaya bertumpang tindih dengan Dark Matter milik Naga Hitam. Sadar kalau muatan dari materi hitam itu bisa menelan sihir cahaya dengan mudah mengingat kekuatan sihir atribut cahayanya lebih lemah, Odo menginjak-injak wajah Naga Hitam terus menerus untuk menggagu konsentrasi Dark Matter makhluk yang kehilangan sayapnya itu.

Injak, injak, injak, injak, injak, dan injak. Pikiran Odo semakian menggila, terus menginjaknya walaupun Dark Matter sudah melemah dan Naga Hitam sudah tidak mengendalikannya lagi. Sorot mata Odo menggelap, ekspresi wajahnya berubah menyeramkan dan menyeringai lebar. Tanpa dirinya sendiri sadari, Ia melepaskan ekor Naga Hitam dan malah dengan brutal terus menginjak-injak wajah makhluk tak berdaya yang terbaring tengkurap itu. Pelindung Dark Matter yang melindungi tubuh Naga Hitam telah benar-benar hilang, hanya dengan serangan fisik berupa injakkan kaki Odo dapat melukai sang naga. Giginya rontok, wajahnya mulai rusak, sebelah matanya pecah, dan tulang mulut moncongnya mulai bengkok.

“O ...do ...Odo ... Odo!!” Suara bergema di dalam kepalanya dengan keras. Kesadaran Odo perlahan kembali dari kegelapan yang meracuni dan tersadar. Saat melihat kondisi mengenaskan sang naga, dengan gemetar Ia mengangkat kakinya dari atas kepalanya dan melangkah mundur. Ia terjatuh dan terduduk dengan tatapan takut atas apa yang telah dirinya lakukan. Napasnya berubah berat dan pandangan terasa kalau.

“Tarik napas dalam-dalam dan tenanglah ....”

“Aku tahu, diamlah!” Odo menarik napas untuk menenangkan diri, butuh beberapa kali menarik napas dalam-dalam untuk bisa benar-benar tenang. Saat melihat Naga Hitam yang tidak bergerak lagi, Odo merasa mual melihat kepalanya yang sudah tidak karuan.

“Padahal hanya membuka Batas sedikit saja, tapi perubahannya sudah ....”

“Apa yang kau bicarakan, Auto Senses?”

Sihir pertahanan terakhir itu terdiam, Odo merasa curiga pada sikapnya itu. Sebelum Odo bertanya kembali, tiba-tiba tubuh Naga Hitam yang tergelatak tak bergerak mulai memancarkan cahaya biru tua yang amat terang. Sadar kalau ada hal yang tidak beres, Odo berusaha berdiri dan menjauh, tetapi tubuhnya masih lemas dan terjatuh duduk kembali.

“Sialan ..., sekarang apa lagi?”

Cahaya yang memancar dari tubuh Naga Hitam sangat terang, menyelimuti secara penuh tubuh sang naga dan membuat pilar cahaya yang menjulang tinggi di tempat hamparan putih tersebut. Pada saat yang sama, pohon hijau yang tumbuh di tempat itu ikut memancarkan pilar cahaya terang yang menjulang sampai langit. Saat cahaya biru tua yang memancar dari tubuh Naga Hitam meredup, cahaya hijau terang yang dipancarkan ke atas oleh pohon hijau menukik tajam ke bawah dan menyambar Naga Hitam yang tergelatak.

Swuuuzz!!

Odo menutup matanya karena terlalu terang. Saat perlahan membuka mata, sosok Naga Hitam yang berubah drastis membuatnya terkejut. Tubuh reptil berkulit kasar itu berubah menjadi sosok gadis remaja berambut perak yang melayang beberapa senti di udara. Penampilan gadis itu mengenakan sebuah gaun berdominasi warna biru dan putih dengan bagian belakang panjang berkibar, tetapi bagian depan terbuka. Selain itu, ada juga beberapa hal yang aneh padanya. Pada kepalanya, terdapat dua buah tanduk berbentuk sedikit melengkung yang bagian tengah sampai ujung berwarna biru lebih terang dari bagian bawahnya. Saat melihat sayap naga dan ekor pada melekat pada tubuh gadis itu, Odo sadar kalau sosok gadis remaja di hadapannya adalah jelmaan Naga Hitam.

Gadis yang melayang tegak itu membuka matanya, lalu sedikit membusungkan dada dan menggerakkan tangannya dengan lembut melebar ke samping. Rambutnya yang terurai tiba-tiba berkibar dengan teratur, lalu tertata sendirinya dengan model ikatan Twintaill (Kucir jangka), dengan pada bagian ujung kedua kucir terdapat sebuah halo berwarna keemasan yang berputar pada tempatnya. Kedua kaki dan tangannya terbakar api biru dengan tiba-tiba, dan saat padam, sebuah pelengkap yang serasi dengan gaunnya tercipta. Pada kaki muncul kaos kaki panjang selutut dan zirah kaki berwarna biru tua, sedangkan pada kedua tangan tercipta lengan pakaian dengan ujung melebar berenda yang terpisah dengan gaun tanpa lengan.

Gadis itu tersenyum pada Odo. Dari senyuman itu, anak berambut hitam tersebut hanya menanggapi dengan memasang wajah datar dan berkata, “Honey Trap?” Bereaksi dengan perkataan Odo, gadis yang tiba-tiba muncul tersebut mengibaskan kucir sebelah kanannya dan seakan ingin memamerkan kecantikannya.

“Hem, kalau Naga Hitam bisa membuat jebakan seperti itu, berarti dia jenius,” suara Auto Senses dalam kepala Odo.

“Ya, dia bisa sangat jenius bisa tahu seleraku.”

Gadis remaja berambut perak itu menggerakkan ekor dengan ujung seperti mata tombak ke kanan dan kiri, dan terlihat memasang wajah bingung ingin mengatakan sesuatu. Sorot mata biru terang gadis itu terlihat tajam karena pupil matanya terlihat seperti hewan reptil.

“Dia loli, ya?” ucap Odo.

“Ya .... Dilihat dari manapun dia memang Loli-Flat.”

“Bersyukurlah wahai anak manusia, kamu telah membebaskan diriku ini dari Kutukan Kegilaan sang Dewa Iblis!” ucap gadis berambut perak yang melayang di udara itu. Mendengar nada yang sengat angkuh itu, Odo menyipitkan mata dan memasang wajah datar karena akal sehatnya tidak mau menerima apa yang didengar.

“Manusia, kenapa tadi engkau bicara sendiri?” tanya gadis remaja itu. Odo baru terkejut setelah loading cukup lama, dengan panik anak berambut hitam tersebut berdiri, lalu melangkah mundur.

“Ke-Kenapa kamu ketakutan, memangnya diriku semenakutkan itu sampai-sampai kamu harus menatap diriku seperti begitu?”

Odo benar-benar kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan gadis tersebut. Memikirkan berbagai kemungkinan, Odo memaksakan diri untuk bertanya, “Kau Naga Hitam itu, bukan?”

“Dari sudut pandangmu,diriku memang Naga Hitam yang kamu lawan tadi.”

“Ini ... Jebakanmu? Atau ... strategi untuk melawanku?”

“Sebelum berspekulasi, kenapa kamu tak berusaha mendengar perkataanku dulu, manusia?”

Odo teridam, lalu memalingkan wajah dan berdiskusi dengan Auto Senses tentang kemungkinan tipu muslihat yang ada. Di saat melakukan hal itu, di mata gadis tersebut Odo benar-benar terlihat seperti orang yang sedang bicara sendiri dan karena hal tersebut Ia tersenyum ringan.

Setelah selesai berdiskusi dengan Auto Senses, Odo menatap gadis naga itu dengan tatapan datar. “Baiklah, engkau boleh bicara,” ucap Odo dengan nada angkuh seakan ingin bersaing dengan cara bicara gadis di hadapannya. Melihat itu, gadis naga tersebut tidak bisa menahan tawanya. Tawa gadis naga itu terlihat sangat alami di hadapan Odo, tidak terlihat akting untuk menjenak atau sejenisnya.

“Kamu sangat aneh, manusia .... Huh, biarlah. Lagi pula kamu adalah orang yang membebaskanku dari Kutukan Kegilaan itu, tidak ada gunanya bersaing dengan hal yang kurang penting kurasa.”

Gadis itu menyibak kucir kanannya, lalu membusungkan dada ratanya dengan sedikit angkuh. “Diriku adalah putri sulung Dewa Naga, Zialina Seliari Urganisalinez!” ucapnya dengan meninggikan intonasi di bagian nama. Odo hanya memasang wajah datar mendengar nama itu, Ia benar-benar tidak kenal dan tidak tahu.

“Hemp.” Gadis naga itu memalingkan wajahnya. Seraya melirik ke arah Odo, Ia berkata, “Bukan salahmu tak tahu mana yang anggun dan mulia ini. Manusia sekarang pasti tidak ada yang tahu sosok sebenarnya sang Naga Hitam yang ditakuti mereka.”

Perkataan itu membuat Odo mengesampingkan pemikiran kurang penting lain, lalu menatap tajam gadis naga itu. Seraya memberikan tatapan mengintimidasi, Odo bertanya dengan nada menekan, “Kau ..., masih ingat apa yang kau lakukan selama menjadi naga, ya?”

“Tentu saja diriku masih ingat. Meski wujud itu merupakan bentuk buruk dari Kutukan Kegilaan, diriku dengan jelas masih mengingat semuanya. Saat diriku pertama kali dikutuk bersama dua saudaraku oleh Dewa Iblis, dan menjadikan kami bertiga naga yang gila akan kehancuran ..., saat kami bertiga membantai seluruh klan Naga Surgawi kami sendiri ..., dan saat kami membunuh Ibu dan Ayah kami sendiri .... Kamu tahu, Kutukan Kegilaan yang diberikan Dewa Iblis sangatlah kuat, tetapi tidak menghilangkan kesadaran kami. Itu hanya memberikan dorongan luar biasa untuk membuat kehancuran dan menyerang segala apa yang ada di sekitar ..., segala-galanya ....”

Odo memasang wajah tak peduli dengan penjelasan dramatis tersebut, itu tidak menjawab pertanyaannya dan malah menambah pertanyaan lain dalam pikiran. Menghela napas dan memasang wajah malas, Odo kembali bertanya, “Dewa Iblis? Maksudmu Dewa yang menjadi nenek moyang para Iblis Kuno, Odrania ... Karln Ilmika Spirculo, ‘kan?”

“Ya .... Sang pembawa malapetaka dan merupakan dalang dibalik peperangan Dewa dan Iblis. Nenek moyang Raja Iblis, dan merupakan sosok yang membawa kehancuran tatapan utopia saat itu ....”

“Akh, terserah saja, bukan itu yang ingin aku tahu .... Kau tahu, Seliari ..., yang aku tanya itu apakah engkau masih ingat saat kamu masih dalam bentuk naga dan melawanku saja. Tak usah tambah penjelasan yang tak penting .... Bikin bebanku bertambah saja ....”

Terduduk dengan kedua kaki terselonjor ke depan, anak berambut hitam itu terlihat sangat penasaran dengan apa yang dikatakan sang Putri Dewa Naga. Sudah menjadi sifat dasar Odo menjadi orang yang mudah penasaran, itu ada pada dirinya bahkan sebelum reinkarnasi. Menghela napas dan memalingkan wajah sekilas, Odo pada akhirnya menyerah pada ras penasaran dan bertanya.

“Aku akan mendengarkan ceritamu .... Curhat saja sepuasmu, aku akan mendengarkannya. Pasti ada unek-unek atau semacamnya ... setelah terbebas dari Kutukan yang membuatmu gila selama ribuan tahun, ‘kan? Katakan saja ....”

“Kenapa ... kamu yakin berkata seperti itu?” Seliari melayang turun ke permukaan dan duduk bersimpuh di atas lantai putih.

Menatap datar ke arah gadis naga tersebut, Odo melipat kakinya dan mengubah posisi duduknya menjadi duduk bersila. “Kamu ... menangis, loh ....”

“Eh ...? Aku ....?” Gadis naga itu segera menyeka air mata yang mengalir tanpa disadarinya dengan lengan pakaiannya, itu semakin banyak dan menetes dengan sangat jelas. Wajahnya memang terlihat tidak sedih dan memasang senyum kaku, tetapi perasaan memang tidak bisa disembunyikan dengan mudah. Masa lalu yang kelam saat masih terkena Kutukan Kegilaan, meski telah terbebas, ingatan penuh rasa bersalah dan penyesalan dengan jelas mengisi dirinya.

Melihat itu, Odo merasa sedikit iba padanya. Meski situasi yang ada sekarang sangat tidak masuk akal setelah mendengar fakta bahwa Naga Hitam adalah seorang Putri dari Dewa Naga yang dikutuk menjadi gila oleh Dewa Iblis, tetapi Odo memang merasa hal yang sangat tidak asing dengan apa yang diderita oleh Putri tersebut. Seliari adalah korban, dari sebuah masa kelam untuk membuka sebuah zaman baru yang ada sekarang. Memikirkan berbagai hal lainnya, Odo semakin ingin mendengar gadis naga itu berbicara, mempertimbangkan paling tidak hal tersebut bisa meringankan kesedihan gadis tersebut.

“Bicara saja ..., aku akan mendengarkanmu ....”

Mendengar perkataan itu, Seliari mengangguk satu kali. Sesudah mengusap air mata yang mengalir, Ia menatap Odo dengan sorot mata yang berkaca-kaca, lalu mulai bercerita dengan perasaan yang meluap keluar tak terbendung.

Seliari merupakan anak dari Dewa Naga, putri sulung dari tiga bersaudari. Awal dari dirinya dan kedua saudarinya dikutuk adalah karena pihak klan Naga Agung yang tinggal di perbatasan kayangan dan dunia iblis menolak tawaran sang Dewa Iblis untuk bergabung dalam kudeta untuk menjatuhkan tatanan kekuasaan para dewa. Hal tersebut terjadi sebelum Perang Dewa dan Iblis pecah, merupakan salah satu sebab para Naga dicap sebagai ras kejam dan beringas. Raja Iblis yang marah pada Dewa Naga mengutuk ketiga putri naga tersebut dengan Kutukan Kegilaan dan menghancurkan klan Naga Agung. Ketika putri yang terkena kutukan berubah menjadi beringas, dengan seketika mereka melakukan transformasi naga di istana Dewa Naga.

Transformasi yang dimiliki ras Naga Agung bukanlah perubahan tubuh fisik dari tubuh humanoid menjadi naga, tetapi lebih seperti membuat Mana dalam jumlah luar biasa banyak keluar dari tubuh dan mengeras menjadi sebuah bentuk naga secara fisik. Transformasi yang ada lebih semacam mengenakan zirah berbentuk naga raksasa, dengan tubuh humanoid dikompres menjadi Inti Sihir dan ditanamkan dalam bentuk perubahan naga yang tercipta. Karena pengaruh dari kutukan yang ada, transformasi ketiga putri Dewa Naga berbentuk sangat mengerikan dan sangat menyimpang dari bentuk sejati ras Naga Agung yang mulia. Pada saat transformasi dalam bentuk yang menyimpang itu, apa yang dilakukan ketiga putri Dewa Naga adalah skenario terburuk yang bisa terjadi dari Kutukan Kegilaan yang ditanamkan oleh Dewa Iblis.

Mereka bertiga membantai klan mereka sendiri, memakan Dewa Naga dan Ibu mereka sebelum sempat berubah menjadi bentuk naga, lalu membantai seluruh anggota klan Naga Agung tanpa pandang bulu. Kekuatan ketiga Putri Naga sangatlah kuat dan dahsyat, semua naga yang ada tidak ada yang bisa menandinginya karena mereka telah menelan Dewa Naga dan merebut kekuasaannya. Diantara ketiga Putri Dewa Naga, yang paling kuat adalah Seliari yang telah menelan Dewa Naga sendiri. Dengan jelas Seliari mengingat saat-saat dirinya dan kedua saudarinya membantai klan Naga Agung. Meski samar, Seliari ingat sensasi mulutnya saat mengunyah Ibu dan Ayahnya sampai remuk dan ditelannya. Cakar dan ekornya digunakan untuk membunuh saudara lainnya, dan napas apinya untuk membakar istana dan menghancurkan sarang para naga tinggal.

Setelah membantai klan mereka sendiri, ketiga naga itu bertarung satu sama lain layaknya makhluk gila. Saling memangsa satu sama lain, terus merebut kekuatan satu sama lain, dan tanpa henti-henti bertarung. Kekuatan mereka sangatlah dahsyat, bahkan pS beberapa peperangan di zaman itu ada yang harus dihentikan karena ketiga naga itu bertarung satu sama lain. Setelah Perang Dewa dan Iblis selesai dengan pihak kayangan keluar sebagai penang, ketiga putri naga itu masih sering bertarung satu sama lain dan membuat kehancuran di berbagai daratan. Bahkan setelah Dewa Iblis binasa, beberapa benua hancur, daratan mengapung dari dasar laut, gunung meletus dan menghancurkan peradaban, sebuah peradaban terbentuk kembali dengan lahirnya raja-raja baru lahir, tatanan baru lahir, tetapi Kutukan Kegilaan sama sekali tidak melemah.

Melihat nasib naas ketiga putri Dewa Naga itu, salah satu Dewa kayangan berusaha menghilangkan kutukan, tetapi tak bisa secara penuh. Pada akhirnya, dengan kesepakatan para Dewa, ketiga putri Dewa Naga itu dibuang ke pelosok Dunia Astral menggunakan sihir perpindahan dimensi. Beberapa tahun setelah dibuang, salah satu putri naga, Seliari, kembali dari pelosok Dunia Astral dan sering menembus perbatasan dimensi dan pergi ke dunia nyata, itulah asal mula reputasi Naga Hitam yang amat buruk. Karena tidak ada yang sepadan dengannya di dunia nyata dan tubuhnya secara fisik terikat dengan Dunia Astral, Naga Hitam tidak betah lama di dunia nyata dan lebih sering bersemayam di sekitar Lembah Api di Dunia Asrtal yang makhluk penghuninya kaya akan Mana dan Ether ada banyak melimpah.

Mendengar cerita Seliari, Odo hanya diam dan tetap duduk bersila mendengarkan. Anak berambut hitam yang tangan kirinya hilang itu tidak memberikan perkataan untuk menghibur Putri Sulung Dewa Naga itu atau berusaha menenangkannya saat bercerita penuh kesedihan dan penyesalan. Odo paham, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dimengerti olehnya dengan mudah, oleh karena itu dirinya memilih untuk tetap diam. Menarik napas dan bangun, anak berambut hitam itu menatap Seriari dengan datar.

“Sudah lebih baik, ‘kan?”

“Hmmm.” Seliari mengangguk, lalu berdiri seraya mengusap air mata dengan kedua tangannya.

“Ada kalanya dengan bicara bisa meringankan beban, kalau dipendam terus malah bikin stres. Aku memang tak tahu apa yang kau rasakan sekarang, tapi yang pasti ... aku sedikit tahu kalau itu sangat menyakitkan .... Kurang lebih ..., aku tahu itu ....”

Odo memalingkan wajah, lalu berbalik dari Seliari. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, Odo bertanya tanpa menatap wajahnya, “Jadi, sekarang kau mau apa setelah terbebas dari Kutukan Kegilaan itu?”

Putri Naga terdiam, Ia menundukkan wajah dan terlihat seperti tak punya semangat hidup. Odo yang melirik ke arahnya bisa memaklumi hal tersebut. Setelah membunuh seluruh keluarganya sendiri dan mengacau selama ribuan tahun, meski itu dalam pengaruh kutukan, rasa sakit dan penyesalan memang sangat berat baginya. Odo tak memahami apa yang dirasakan oleh makhluk berumur panjang itu, tetapi memikirkan dirinya dalam situasi Seliari, dirinya pasti tidak tahan dan mungkin memilih untuk dendam pada dunia yang memberikan takdir tidak adil tersebut.

“Dia ..., sama sekali tidak membenci dunia, ya .... Sungguh, sangat berbeda denganku,” pikir Odo. Anak berambut hitam itu merasa sedikit menyesal dengan kehidupan sebelumnya dimana dirinya terus mengeluh dan menyalahkan lingkungan.

Bernapas berat sekali lagi, Odo berbalik dan menghadap Putri Naga tersebut. Dengan tatapan datar, anak laki-laki berambut hitam itu bertanya, “Boleh aku tanya? Kenapa tiba-tiba kutukanmu bisa hilang? Bukannya para Dewa saja tidak bisa melepas kutukan itu, bukan?” Pertanyaan itu bukanlah diucapkan untuk sekedar ingin tahu saja, tetapi juga untuk mengubah suasana hati Putri Naga.

“Itu ..., mungkin karena aku berada di dalam Inti Sihirmu .... Karena pada dasarnya Kutukan terlalu kuat melekat pada bentuk fisik nagaku, setelah masuk ke dalam tubuhmu ..., kemungkinan kutukannya semakin melemah. Yah, tubuh nagaku itu memiliki sifat semacam pengikat yang sangat kuat .... Terlebih lagi ..., alasan terbesarnya mungkin adalah itu ....”

Seliari menunjuk pohon hijau yang ada beberapa belas meter di belakang Odo. Anak berambut hitam itu berbalik melihat pohon tersebut, lalu memasang wajah bingung dengan apa yang dikatakan Seliari.

“Memangnya ada apa dengan pohon itu?” tanya Odo.

“Itu salah satu bagian dari Pohon Keramat, bukan?”

“A ....” Odo langsung teringat penjelasan Reyah akan hal tersebut.

“Pohon itu merupakan salah satu komponen penyuci yang terkenal sejak dahulu kala. Meski beberapa telah hancur pada masa peperangan kuno, tapi tetap saja khasiat dan sifatnya tak berubah sama sekali. Berkat itu ..., diriku berhasil menyingkirkan Kutukan Kegilaan ....”

“Kurasa aku tidak rugi banyak disosor Dryad berahi itu,” gumam Odo seraya berbalik ke arah Seliari

“Hmmm?”

“Ngomong-omong, setelah ini kau mau apa? Sekarang kau hanya wujud Jiwa, bukan?”

“Aku akan tinggal di sini.”

“Hah?”

“Aku akan tinggal di sini.”

“Aku dengar, gak usah diulang ....”

Odo memalingkan wajah, lalu menghela napas dengan wajah sangat malas karena merasa Deja Vu yang sangat tidak asing dengan percakapan makhluk berumur panjang.

“Begini ya, Putri Naga .... Kau pikir aku akan membiarkanmu tinggal di dalam tubuhku? Asal kau tahu, aku adalah putra dari pemimpin pasukan yang menyerangmu belum lama ini ....”

“A ..., sungguh!? K-Kau anak pemimpin para prajurit manusia itu? A-Apa Ayahmu baik-baik saja!?” tanya Seliari dengan panik.

Melihat reaksi itu, Odo sedikit bingung. Ia berjalan mendekat dan tepat di depan Putri Naga, lalu berkata, “Dia selamat .... Tapi, karena itu ada kota dan wilayah yang mengalami krisis persediaan pokok besar-besaran karena kekalahan itu. Ya ..., jujur saja itu bukan salahmu, aku tahu itu. Tapi ya, bukan berarti aku ada alasan untuk membiarkan makhluk berbahaya sepertimu terus berada di dalam Inti Sihirku ....”

“Apakah kamu .... tidak percaya padaku?”

“Ya ..., aku tidak percaya .... Karena itu, berikan alasan yang bisa membuatku percaya. Apa keuntunganku kalau membiarkanmu tetap ada dan tidak memusnahkanmu?”

Seliari paham akan perkataan tersebut, anak berambut hitam di hadapannya sedang memberi kesempatan padanya, oleh karena itulah dia bertanya seperti itu. Menarik napas dan memantapkan diri, Putri Sulung Dewa Naga itu menjawab, “Aku bisa memberimu kekuatan dan mengolah Alam Jiwamu ini untukmu.”

Jawaban yang keluar lebih dari yang diharapkan Odo, ada beberapa yang menambah rasa penasaran dalam benak anak tersebut. “Mengolah Alam Jiwa? Memangnya ada yang kurang dari tempat ini ....?”

“Eh?”

“Eh?”

Mereka berdua kebingungan satu sama lain, ada hal yang tidak sesuai dalam pengetahuan mereka. “Mungkin ini sedikit menyinggung masalah personalmu, tapi boleh aku tahu ... kenapa Alam Jiwamu bisa sangat kosong? Apa karena pohon itu tumbuh di dalam dirimu?” tanya Seliari.

“Kurasa bukan. Memangnya ada apa? Apa kalau kosong masalah?”

“Bukannya ada masalah ..., tapi hanya saja ....”

“Hanya saja apa?”

“Alam Jiwa itu merupakan perwujudan dari mimpi dan harapan pemiliknya yang membentuk dasar konstruksi sihir .... Kalau tempat ini tidak ada apa-apa ..., berarti kepribadianmu itu .....”

“Polos dan suci ...?” ucap Odo dengan nada percaya diri.

“Bukan .... Kemungkinan besar ..., kamu tidak benar-benar punya tekad sendiri dan pandangan akan masa depan. Dengan kata lain ..., kosong .... Persis seperti tempat ini.”

Samar-samar apa yang dikatakan Seliari itu sangat menusuk Odo, dia benar apa adanya. Meskipun anak berambut hitam itu sering berkata dan berpikir tentang tekad dan harapan, tetapi pada dasarnya itu hanya salinan dari apa yang sering didengarnya dari lingkungan. Seperti halnya dirinya sebelum reinkarnasi, Odo adalah orang yang memiliki sifat tergantung dan terus bergerak karena pengaruh orang di sekitarnya, tidak ada tindakan yang diambil atas dasar murni dari inisiatif dan tekadnya sendiri.

“Hmmm, ngomong-omong aku belum memperkenalkan diri, ya. Namaku Odo Luke, panggil saja Odo.”

Melihat anak berambut hitam di hadapannya tiba-tiba memperkenalkan diri di situasi itu, Seliari merasa ada yang janggal dari kepribadiannya. Putri itu menatap lurus mata Odo, mencoba mencari tahu sifat anak tersebut.

Memalingkan wajah dan memasang wajah sedikit muram, Odo menghela napas dan kembali menatap Seliari dengan tatapan yang diubah santai dengan cepat. “Kalau begitu, aku setuju dengan tawaranmu, kau boleh tinggal di tempat ini,” ucap Odo.

Bagi Seliari, itu terdengar seperti memang Odo memang tidak ingin membahas apa yang sebelumnya dikatakan. Odo terlihat ingin menghindari hal yang sangat sensitif baginya.

“Ya ..., terima kasih ....”

Dengan perasaan aneh yang masih tertinggal dalam benak Seliari, pembicaraan mereka berakhir sementara dan dimulai lagi dengan hal-hal yang sangat berbeda. Mereka berbicara tentang sihir, sejarah, dan berbagai hal lainnya yang bisa dikatakan kurang penting di situasi tersebut. Putri Naga sadar, bahwa pembicaraan yang ada sangat diarahkan oleh Odo, dan terasa sangat tak ingin membahas masalah personal. Pada saat pembicaraan tidak dirasa kurang penting itu, Odo juga bertanya pada Seliari alasan mengapa sosok naga yang bahkan bisa membuat peperangan besar terganggu bisa dikalahkan dengan mudah. Pada saat itu, Putri itu menjawab kalau kesadarannya memang sudah perlahan pulih mengingat Kutukan Kegilaan telah dikurangi kekuatannya oleh salah satu Dewa Kayangan, karena itulah saat Odo melawannya, Seliali secara tidak sadar saat berubah menjadi Naga Hitam tidak mengenakan kekuatan penuhnya.

Berbicara lama dengan Odo, Putri Naga itu semakin paham sifat anak tersebut. Seliari merupakan makhluk berumur panjang, bahkan sebelum terkena Kutukan Kegilaan umurnya sudah mencapai ratusan, karena itu dirinya sudah mengenal banyak makhluk hidup yang memiliki sifat beraneka ragam, dan dalam hal tersebut Odo tidak dapat dimasukkan dalam kategori manapun. Sifat asli anak tersebut sangat abstrak, terasa bukan hanya sekedar kosong, tetapi sengaja dibuat kosong, itulah yang dirasakan Putri Naga darinya.

Terpopuler

Comments

Ara Setiawan

Ara Setiawan

x

2021-03-19

0

Ramdhan Abqory

Ramdhan Abqory

Visual thor

2021-01-31

0

ime Queen

ime Queen

penjelasan yang sangat lengkap aku suka banget thor berasa kaya baca buku ilmia yang terdapat cara membuat molokul senayawa mantap thor jenius tingkat akut dirimu

2020-12-13

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog Arc 01 "101": Akhir dari permulaan
2 Chapter 1 : Sesuatu yang baru (Bagian 01)
3 Chapter 1 : Sesuatu yang baru (Bagian 02)
4 Chapter 2: Sekali lagi sebuah kebetulan (Bagian 01)
5 Chapter 2: Sekali lagi sebuah kebetulan (Bagian 02)
6 Chapter 3: Kota pesisir (Bagian 01)
7 Chapter 3: Kota pesisir (Bagian 02)
8 Chapter 4 : Tahap awal kebangkitan yang tak disadari (Bagian 01)
9 Chapter 4: Tahap awal kebangkitan yang tak disadari (Bagian 02)
10 Chapter 5 : Inanis (Bagian 01)
11 Chapter 5 : Inanis (Bagian 02)
12 Chapter 6 : Sifat asli dan keberangkatan
13 Chapter 7 : Dryad Pohon Suci (Bagian 01)
14 Chapter 7 : Dryad Pohon Suci (Bagian 02)
15 Chapter 8 : Fragmen in Eternal Line Story (Bagian 01)
16 Chapter 8 : Fragmen in Eternal Line Story (Bagian 02)
17 Chapter 9 : Naga Hitam
18 Chapter 10 : Wujud Jiwa sang Naga
19 Chapter 11 : Jawabannya ada di awal (Bagian 01)
20 Chapter 11 : Jawabannya ada di awal (Bagian 02)
21 Chapter 12 : Mengejar ke belakang, berlari ke depan (Part 01)
22 Chapter 12 :Mengejar ke belakang, berlari ke depan (Part 02)
23 Chapter 12: Mengejar ke belakang, berlari ke depan (Part 03)
24 Chapter 13 : Tetsache der Welt (Part 01)
25 Chapter 13 : Tetsache der Welt (Part 02)
26 Chapter 14 : Pada diri sendiri (Part 01)
27 Chapter 14 : Pada diri sendiri (Part 02)
28 Chapter 15 : Para Shieal (Part 01)
29 Chapter 15 : Para Shieal (Part 02)
30 Chapter 16 : This is only Satisfaction (Part 01)
31 Chapter 16 : This is only Satisfaction (Part 02)
32 Chapter 17 : Cara pandang masing-masing (Part 01)
33 Chapter 17 : Cara pandang masing-masing (Part 02)
34 Chapter 18 : Snowdrops in blood (Part 01)
35 Chapter 18 : Snowdrops in blood(Part 02)
36 Chapter 19 : Einerseits Obst 1 of 4 (Part 01)
37 Chapter 19 : Einerseits Obst 1 of 4 (Part 02)
38 Chapter 20 : Einerseits Obst 2 of 4 (Part 01)
39 Chapter 20 : Einerseits Obst 2 of 4 (Part 02)
40 Chapter 21 : Einerseits Obst 3 of 4 (Part 01)
41 Chapter 21 : Einerseits Obst 3 of 4 (Part 02)
42 Chapter 21 : Einerseits Obst 3 of 4 (Part 03)
43 Chapter 22: Einerseits Obst 4 of 4 (Part 01)
44 Chapter 22: Einerseits Obst 4 of 4 (Part 02)
45 Epilog Arc 01 “Nomor 101”
46 Prolog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora
47 Ilustrasi Ver 1.00 [Nanra Tara] Ver. Child
48 Chapter 23: Sebelum malam akhir tahun (Part 01)
49 Chapter 23: Sebelum malam akhir tahun (Part 02)
50 Chapter 24: Tahun baru bisa menjadi awal baru lainnya (Part 01)
51 Chapter 24: Tahun baru bisa menjadi awal baru lainnya (Part 02)
52 Chapter 25: Mereka yang disebut pemimpin 1 of 3 (Part 01)
53 Chapter 25: Mereka yang disebut pemimpin 1 of 3 (Part 02)
54 Chapter 25: Mereka yang disebut pemimpin 1 of 3 (Part 03)
55 Chapter 26: Mereka yang disebut pemimpin 2 of 3 (Part 01)
56 Chapter 26: Mereka yang disebut pemimpin 2 of 3 (Part 02)
57 Chapter 26: Mereka yang disebut pemimpin 2 of 3 (Part 03)
58 Chapter 27: Mereka yang disebut pemimpin 3 of 3 (Part 01)
59 Chapter 27: Mereka yang disebut pemimpin 3 of 3 (Part 02)
60 Chapter 28: Memikirkan, hasil pemikiran dan pikiran (Part 01)
61 Chapter 28: Memikirkan, hasil pemikiran dan pikiran (Part 02)
62 Chapter 28: Memikirkan, hasil pemikiran dan pikiran (Part 03)
63 Chapter 29: Dari padi yang ditanam pun bisa tumbuh ilalang (Part 01)
64 Chapter 29: Dari padi yang ditanam pun bisa tumbuh ilalang (Part 02)
65 Chapter 29: Dari padi yang ditanam pun bisa tumbuh ilalang (Part 03)
66 Chapter 30: Apa yang selalu ia lakukan .... (Part 01)
67 Chapter 30: Apa yang selalu ia lakukan .... (Part 02)
68 Chapter 31: The Girl’s Reason and Path for He (Part 01)
69 Chapter 31: The Girl’s Reason and Path for He (Part 02)
70 Chapter 31: The Girl’s Reason and Path for He (Part 03)
71 Chapter 32 : Ivory (Part 01)
72 Chapter 32 : Ivory (Part 02)
73 Chapter 32 : Ivory (Part 03)
74 Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 01)
75 Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 02)
76 Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 03)
77 Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 04)
78 Chapter 34 : Reş û Rabe 1 of 5 (Part 01)
79 Chapter 34 : Reş û Rabe 1 of 5 (Part 02)
80 Chapter 35: Reş û Rabe 2 of 5 (Part 01)
81 Chapter 35: Reş û Rabe 2 of 5 (Part 02)
82 Chapter 35: Reş û Rabe 2 of 5 (Part 03)
83 Chapter 36: Reş û Rabe 3 of 5 (Part 01)
84 Chapter 36: Reş û Rabe 3 of 5 (Part 02)
85 Chapter 36: Reş û Rabe 3 of 5 (Part 03)
86 Chapter 37: Reş û Rabe 4 of 5 (Part 01)
87 Chapter 37: Reş û Rabe 4 of 5 (Part 02)
88 Chapter 37: Reş û Rabe 4 of 5 (Part 03)
89 Chapter 38: Reş û Rabe 5 of 5 (Part 01)
90 Chapter 38: Reş û Rabe 5 of 5 (Part 02)
91 Chapter 38: Reş û Rabe 5 of 5 (Part 03)
92 Chapter 39: Maiden like Iris Flower (Part 01)
93 Chapter 39: Maiden like Iris Flower (Part 02)
94 Chapter 39: Maiden like Iris Flower (Part 03)
95 Chapter 40: Alstroemeria (Part 01)
96 Chapter 40: Alstroemeria (Part 02)
97 Chapter 41 : Mutual-Evîn 1 of 10 (Part 01)
98 Chapter 41 : Mutual-Evîn 1 of 10 (Part 02)
99 Chapter 42: Mutual-Evîn 2 of 10 “Amaranth Globe” (Part 01)
100 Chapter 42: Mutual-Evîn 2 of 10 “Amaranth Globe” (Part 02)
101 Chapter 42: Mutual-Evîn 2 of 10 “Amaranth Globe” (Part 03)
102 Chapter 43: Mutual-Evîn 3 of 10 “Rondo” (Part 01)
103 Chapter 43: Mutual-Evîn 3 of 10 “Rondo” (Part 02)
104 Chapter 43: Mutual-Evîn 3 of 10 “Rondo” (Part 03)
105 Chapter 44 : Mutual-Evîn 4 of 10 “Fate” (Part 01)
106 Chapter 44 : Mutual-Evîn 4 of 10 “Fate” (Part 02)
107 Chapter 44 : Mutual-Evîn 4 of 10 “Fate” (Part 03)
108 Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 01)
109 Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 02)
110 Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 03)
111 Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 04)
112 Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 01)
113 Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 02)
114 Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 03)
115 Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 04)
116 Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 05)
117 Chapter 47 : Mutual-Evîn 7 of 10 “Samsara” (Part 01)
118 Chapter 47 : Mutual-Evîn 7 of 10 “Samsara” (Part 02)
119 Chapter 47 : Mutual-Evîn 7 of 10 “Samsara” (Part 03)
120 Chapter 48 : Mutual-Evîn 8 of 10 “The Ritman Library” (Part 01)
121 Chapter 48 : Mutual-Evîn 8 of 10 “The Ritman Library” (Part 02)
122 Chapter 48 : Mutual-Evîn 8 of 10 “The Ritman Library” (Part 03)
123 Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 01)
124 Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 02)
125 Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 03)
126 Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 04)
127 Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 05)
128 Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 01)
129 Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 02)
130 Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 03)
131 Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 04)
132 Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 05)
133 Chapter 51 : Quod (Part 01)
134 Chapter 51 : Quod (Part 02)
135 Chapter 51 : Quod (Part 03)
136 Chapter 51 : Quod (Part 04)
137 Chapter 51 : Quod (Part 05)
138 Chapter 52 : Toward (Part 01)
139 Chapter 52 : Toward (Part 02)
140 Chapter 52 : Toward (Part 03)
141 Chapter 52 : Toward (Part 04)
142 Chapter 52 : Toward (Part 05)
143 Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 01)
144 Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 02)
145 Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 03)
146 Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 04)
147 Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 05)
148 Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 01)
149 Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 02)
150 Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 03)
151 Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 04)
152 Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 05)
153 Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 01)
154 Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 02)
155 Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 03)
156 Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 04)
157 Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 05)
158 Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 01)
159 Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 02)
160 Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 03)
161 Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 04)
162 Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 05)
163 Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 01)
164 Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 02)
165 Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 03)
166 Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 04)
167 Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 05)
168 Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 01)
169 Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 02)
170 Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 03)
171 Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 04)
172 Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 05)
173 Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 01)
174 Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 02)
175 Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 03)
176 Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 04)
177 Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 05)
178 Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 01)
179 Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 02)
180 Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 03)
181 Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 04)
182 Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 05)
183 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 01)
184 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 02)
185 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 03)
186 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 04)
187 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 05)
188 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 06)
189 Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 07)
190 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 01)
191 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 02)
192 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 03)
193 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 04)
194 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 05)
195 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 06)
196 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 07)
197 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 08)
198 Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 09)
199 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 01)
200 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 02)
201 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 03)
202 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 04)
203 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 05)
204 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 06)
205 Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 07)
206 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 01)
207 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 02)
208 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 03)
209 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 04)
210 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 05)
211 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 06)
212 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 07)
213 Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 08)
214 Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 01)
215 Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 02)
216 Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 03)
217 Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 04)
218 Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 05)
219 Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 06)
220 Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 01)
221 Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 02)
222 Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 03)
223 Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 04)
224 Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 05)
225 Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 01)
226 Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 02)
227 Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 03)
228 Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 04)
229 Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 05)
230 Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 06)
231 Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 01)
232 Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 02)
233 Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 03)
234 Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 04)
235 Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 05)
236 Chapter 69 : Regalia I (Part 01)
237 Chapter 69 : Regalia I (Part 02)
238 Chapter 69 : Regalia I (Part 03)
239 Chapter 69 : Regalia I (Part 04)
240 Chapter 69 : Regalia I (Part 05)
241 Chapter 70 : Regalia II (Part 01)
242 Chapter 70 : Regalia II (Part 02)
243 Chapter 70 : Regalia II (Part 03)
244 Chapter 70 : Regalia II (Part 04)
245 Chapter 71 : Regalia III (Part 01)
246 Chapter 71 : Regalia III (Part 02)
247 Chapter 71 : Regalia III (Part 03)
248 Chapter 71 : Regalia III (Part 04)
249 Chapter 71 : Regalia III (Part 05)
250 Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 01)
251 Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 02)
252 Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 03)
253 Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 04)
254 Pengumuman Sekuel
Episodes

Updated 254 Episodes

1
Prolog Arc 01 "101": Akhir dari permulaan
2
Chapter 1 : Sesuatu yang baru (Bagian 01)
3
Chapter 1 : Sesuatu yang baru (Bagian 02)
4
Chapter 2: Sekali lagi sebuah kebetulan (Bagian 01)
5
Chapter 2: Sekali lagi sebuah kebetulan (Bagian 02)
6
Chapter 3: Kota pesisir (Bagian 01)
7
Chapter 3: Kota pesisir (Bagian 02)
8
Chapter 4 : Tahap awal kebangkitan yang tak disadari (Bagian 01)
9
Chapter 4: Tahap awal kebangkitan yang tak disadari (Bagian 02)
10
Chapter 5 : Inanis (Bagian 01)
11
Chapter 5 : Inanis (Bagian 02)
12
Chapter 6 : Sifat asli dan keberangkatan
13
Chapter 7 : Dryad Pohon Suci (Bagian 01)
14
Chapter 7 : Dryad Pohon Suci (Bagian 02)
15
Chapter 8 : Fragmen in Eternal Line Story (Bagian 01)
16
Chapter 8 : Fragmen in Eternal Line Story (Bagian 02)
17
Chapter 9 : Naga Hitam
18
Chapter 10 : Wujud Jiwa sang Naga
19
Chapter 11 : Jawabannya ada di awal (Bagian 01)
20
Chapter 11 : Jawabannya ada di awal (Bagian 02)
21
Chapter 12 : Mengejar ke belakang, berlari ke depan (Part 01)
22
Chapter 12 :Mengejar ke belakang, berlari ke depan (Part 02)
23
Chapter 12: Mengejar ke belakang, berlari ke depan (Part 03)
24
Chapter 13 : Tetsache der Welt (Part 01)
25
Chapter 13 : Tetsache der Welt (Part 02)
26
Chapter 14 : Pada diri sendiri (Part 01)
27
Chapter 14 : Pada diri sendiri (Part 02)
28
Chapter 15 : Para Shieal (Part 01)
29
Chapter 15 : Para Shieal (Part 02)
30
Chapter 16 : This is only Satisfaction (Part 01)
31
Chapter 16 : This is only Satisfaction (Part 02)
32
Chapter 17 : Cara pandang masing-masing (Part 01)
33
Chapter 17 : Cara pandang masing-masing (Part 02)
34
Chapter 18 : Snowdrops in blood (Part 01)
35
Chapter 18 : Snowdrops in blood(Part 02)
36
Chapter 19 : Einerseits Obst 1 of 4 (Part 01)
37
Chapter 19 : Einerseits Obst 1 of 4 (Part 02)
38
Chapter 20 : Einerseits Obst 2 of 4 (Part 01)
39
Chapter 20 : Einerseits Obst 2 of 4 (Part 02)
40
Chapter 21 : Einerseits Obst 3 of 4 (Part 01)
41
Chapter 21 : Einerseits Obst 3 of 4 (Part 02)
42
Chapter 21 : Einerseits Obst 3 of 4 (Part 03)
43
Chapter 22: Einerseits Obst 4 of 4 (Part 01)
44
Chapter 22: Einerseits Obst 4 of 4 (Part 02)
45
Epilog Arc 01 “Nomor 101”
46
Prolog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora
47
Ilustrasi Ver 1.00 [Nanra Tara] Ver. Child
48
Chapter 23: Sebelum malam akhir tahun (Part 01)
49
Chapter 23: Sebelum malam akhir tahun (Part 02)
50
Chapter 24: Tahun baru bisa menjadi awal baru lainnya (Part 01)
51
Chapter 24: Tahun baru bisa menjadi awal baru lainnya (Part 02)
52
Chapter 25: Mereka yang disebut pemimpin 1 of 3 (Part 01)
53
Chapter 25: Mereka yang disebut pemimpin 1 of 3 (Part 02)
54
Chapter 25: Mereka yang disebut pemimpin 1 of 3 (Part 03)
55
Chapter 26: Mereka yang disebut pemimpin 2 of 3 (Part 01)
56
Chapter 26: Mereka yang disebut pemimpin 2 of 3 (Part 02)
57
Chapter 26: Mereka yang disebut pemimpin 2 of 3 (Part 03)
58
Chapter 27: Mereka yang disebut pemimpin 3 of 3 (Part 01)
59
Chapter 27: Mereka yang disebut pemimpin 3 of 3 (Part 02)
60
Chapter 28: Memikirkan, hasil pemikiran dan pikiran (Part 01)
61
Chapter 28: Memikirkan, hasil pemikiran dan pikiran (Part 02)
62
Chapter 28: Memikirkan, hasil pemikiran dan pikiran (Part 03)
63
Chapter 29: Dari padi yang ditanam pun bisa tumbuh ilalang (Part 01)
64
Chapter 29: Dari padi yang ditanam pun bisa tumbuh ilalang (Part 02)
65
Chapter 29: Dari padi yang ditanam pun bisa tumbuh ilalang (Part 03)
66
Chapter 30: Apa yang selalu ia lakukan .... (Part 01)
67
Chapter 30: Apa yang selalu ia lakukan .... (Part 02)
68
Chapter 31: The Girl’s Reason and Path for He (Part 01)
69
Chapter 31: The Girl’s Reason and Path for He (Part 02)
70
Chapter 31: The Girl’s Reason and Path for He (Part 03)
71
Chapter 32 : Ivory (Part 01)
72
Chapter 32 : Ivory (Part 02)
73
Chapter 32 : Ivory (Part 03)
74
Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 01)
75
Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 02)
76
Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 03)
77
Chapter 33: Sesuatu yang tak jauh dari tempatnya (Part 04)
78
Chapter 34 : Reş û Rabe 1 of 5 (Part 01)
79
Chapter 34 : Reş û Rabe 1 of 5 (Part 02)
80
Chapter 35: Reş û Rabe 2 of 5 (Part 01)
81
Chapter 35: Reş û Rabe 2 of 5 (Part 02)
82
Chapter 35: Reş û Rabe 2 of 5 (Part 03)
83
Chapter 36: Reş û Rabe 3 of 5 (Part 01)
84
Chapter 36: Reş û Rabe 3 of 5 (Part 02)
85
Chapter 36: Reş û Rabe 3 of 5 (Part 03)
86
Chapter 37: Reş û Rabe 4 of 5 (Part 01)
87
Chapter 37: Reş û Rabe 4 of 5 (Part 02)
88
Chapter 37: Reş û Rabe 4 of 5 (Part 03)
89
Chapter 38: Reş û Rabe 5 of 5 (Part 01)
90
Chapter 38: Reş û Rabe 5 of 5 (Part 02)
91
Chapter 38: Reş û Rabe 5 of 5 (Part 03)
92
Chapter 39: Maiden like Iris Flower (Part 01)
93
Chapter 39: Maiden like Iris Flower (Part 02)
94
Chapter 39: Maiden like Iris Flower (Part 03)
95
Chapter 40: Alstroemeria (Part 01)
96
Chapter 40: Alstroemeria (Part 02)
97
Chapter 41 : Mutual-Evîn 1 of 10 (Part 01)
98
Chapter 41 : Mutual-Evîn 1 of 10 (Part 02)
99
Chapter 42: Mutual-Evîn 2 of 10 “Amaranth Globe” (Part 01)
100
Chapter 42: Mutual-Evîn 2 of 10 “Amaranth Globe” (Part 02)
101
Chapter 42: Mutual-Evîn 2 of 10 “Amaranth Globe” (Part 03)
102
Chapter 43: Mutual-Evîn 3 of 10 “Rondo” (Part 01)
103
Chapter 43: Mutual-Evîn 3 of 10 “Rondo” (Part 02)
104
Chapter 43: Mutual-Evîn 3 of 10 “Rondo” (Part 03)
105
Chapter 44 : Mutual-Evîn 4 of 10 “Fate” (Part 01)
106
Chapter 44 : Mutual-Evîn 4 of 10 “Fate” (Part 02)
107
Chapter 44 : Mutual-Evîn 4 of 10 “Fate” (Part 03)
108
Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 01)
109
Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 02)
110
Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 03)
111
Chapter 45 : Mutual-Evîn 5 of 10 “Red Rot” (Part 04)
112
Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 01)
113
Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 02)
114
Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 03)
115
Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 04)
116
Chapter 46 : Mutual-Evîn 6 of 10 “White filler flowers” (Part 05)
117
Chapter 47 : Mutual-Evîn 7 of 10 “Samsara” (Part 01)
118
Chapter 47 : Mutual-Evîn 7 of 10 “Samsara” (Part 02)
119
Chapter 47 : Mutual-Evîn 7 of 10 “Samsara” (Part 03)
120
Chapter 48 : Mutual-Evîn 8 of 10 “The Ritman Library” (Part 01)
121
Chapter 48 : Mutual-Evîn 8 of 10 “The Ritman Library” (Part 02)
122
Chapter 48 : Mutual-Evîn 8 of 10 “The Ritman Library” (Part 03)
123
Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 01)
124
Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 02)
125
Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 03)
126
Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 04)
127
Chapter 49 : Mutual-Evîn 9 of 10 “Has been taken” (Part 05)
128
Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 01)
129
Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 02)
130
Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 03)
131
Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 04)
132
Chapter 50 : Mutual-Evîn 10 of 10 “To ....” (Part 05)
133
Chapter 51 : Quod (Part 01)
134
Chapter 51 : Quod (Part 02)
135
Chapter 51 : Quod (Part 03)
136
Chapter 51 : Quod (Part 04)
137
Chapter 51 : Quod (Part 05)
138
Chapter 52 : Toward (Part 01)
139
Chapter 52 : Toward (Part 02)
140
Chapter 52 : Toward (Part 03)
141
Chapter 52 : Toward (Part 04)
142
Chapter 52 : Toward (Part 05)
143
Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 01)
144
Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 02)
145
Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 03)
146
Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 04)
147
Chapter 53 : Ordoxi Nigrum (Part 05)
148
Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 01)
149
Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 02)
150
Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 03)
151
Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 04)
152
Chapter 54 : Aswad 1 of 15 “Kesadaran diri” (Part 05)
153
Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 01)
154
Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 02)
155
Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 03)
156
Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 04)
157
Chapter 55 : Aswad 2 of 15 “To Be Hire” (Part 05)
158
Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 01)
159
Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 02)
160
Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 03)
161
Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 04)
162
Chapter 56 : Aswad 3 of 15 “To Feel” (Part 05)
163
Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 01)
164
Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 02)
165
Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 03)
166
Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 04)
167
Chapter 57 : Aswad 4 of 15 “To Act” (Part 05)
168
Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 01)
169
Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 02)
170
Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 03)
171
Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 04)
172
Chapter 58 : Aswad 5 of 15 “To Love” (Part 05)
173
Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 01)
174
Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 02)
175
Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 03)
176
Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 04)
177
Chapter 59 : Aswad 6 of 15 “To Speak” (Part 05)
178
Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 01)
179
Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 02)
180
Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 03)
181
Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 04)
182
Chapter 60 : Aswad 7 of 15 “Un/To See” (Part 05)
183
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 01)
184
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 02)
185
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 03)
186
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 04)
187
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 05)
188
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 06)
189
Chapter 61 : Aswad 8 of 15 “To know who I am” (Part 07)
190
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 01)
191
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 02)
192
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 03)
193
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 04)
194
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 05)
195
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 06)
196
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 07)
197
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 08)
198
Chapter 62 : Aswad 9 of 15 “Yang menyedihkan dari masa lalu” (Part 09)
199
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 01)
200
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 02)
201
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 03)
202
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 04)
203
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 05)
204
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 06)
205
Chapter 63 : Aswad 10 of 15 “Unlasting Love” (Part 07)
206
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 01)
207
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 02)
208
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 03)
209
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 04)
210
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 05)
211
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 06)
212
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 07)
213
Chapter 64 : Aswad 11 of 15 “Glaub mir” (Part 08)
214
Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 01)
215
Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 02)
216
Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 03)
217
Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 04)
218
Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 05)
219
Chapter 65 : Aswad 12 of 15 “Glaub mir” (Part 06)
220
Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 01)
221
Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 02)
222
Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 03)
223
Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 04)
224
Chapter 66 : Aswad 13 of 15 “Eagerness” (Part 05)
225
Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 01)
226
Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 02)
227
Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 03)
228
Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 04)
229
Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 05)
230
Chapter 67 : Aswad 14 of 15 “Bangsawan, Kewajiban, dan Ambisi” (Part 06)
231
Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 01)
232
Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 02)
233
Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 03)
234
Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 04)
235
Chapter 68 : Aswad 15 of 15 “According to dream” (Part 05)
236
Chapter 69 : Regalia I (Part 01)
237
Chapter 69 : Regalia I (Part 02)
238
Chapter 69 : Regalia I (Part 03)
239
Chapter 69 : Regalia I (Part 04)
240
Chapter 69 : Regalia I (Part 05)
241
Chapter 70 : Regalia II (Part 01)
242
Chapter 70 : Regalia II (Part 02)
243
Chapter 70 : Regalia II (Part 03)
244
Chapter 70 : Regalia II (Part 04)
245
Chapter 71 : Regalia III (Part 01)
246
Chapter 71 : Regalia III (Part 02)
247
Chapter 71 : Regalia III (Part 03)
248
Chapter 71 : Regalia III (Part 04)
249
Chapter 71 : Regalia III (Part 05)
250
Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 01)
251
Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 02)
252
Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 03)
253
Epilog Arc 02 “Regalia of Felixia : Antequam Aurora” (Part 04)
254
Pengumuman Sekuel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!