Terbaring di sebuah tempat hamparan putih yang amat luas, Odo membuka mata dan melihat langit biru yang terlihat sangat tinggi dan kosong. Dengan cepat Ia sadar kalau tempatnya berada sekarang adalah Alam Jiwa miliknya sendiri, sebuah tempat dimana dirinya berada saat sekarat. Anak itu mengenakan pakaian yang sama seperti sebelum kehilangan kesadaran, sebuah kemeja dengan celana panjang tanpa Jubah Dimensi, tetapi dalam kondisi tidak rusak tidak seperti sebelumnya.
“Apa setiap kali aku habis lawan monster kuat harus datang ke tempat ini, ya? Entah mengapa rasanya sedikit aneh,” gumamnya dengan nada malas.
Odo memegang kening dengan tangan kanan, lalu menghela napas. Ia mulai duduk, lalu mengamati tempat dengan lantai putih yang amat luas itu dengan penglihatan sedikit buram yang perlahan membaik. Ia mengangkat tangan dari kepala, kemudian menghela napas dengan berat. Berbeda dengan sebelumnya, tidak terlalu jauh dari tempatnya berada, terlihat pohon berdaun hijau terang setinggi lima meter. Menemukan apa yang ada di hadapannya, dirinya langsung tahu pohon apa itu.
“Jangan bilang ... karena aku menyerap Inti Sihir dari Bijih dan Buah Pohon Suci yang dimasukkan Reyah ..., pohon ini tumbuh di tempat ini ...? Haha, jadi memang benar ini Alam Jiwaku. Ah, biarlah, itu membuat tempat itu tidak sepi ....”
Dengan senyum lelah terlihat jelas pada wajahnya, Odo berdiri dengan tatapan datar. Kembali mengamati sekitar sambil mengingat-ingat dengan rinci kejadian sebelum dirinya masuk ke Alam Jiwanya sendiri, Odo berbalik dan sekali lagi terkejut bukan main saat melihat sosok yang sangat tidak asing baginya.
Pada kedua bola matanya, dengan jelas terpantul sosok Naga Hitam yang tubuhnya terbuat dari susunan kabut hitam pekat berdiri dengan tatapan tajam. Berbeda dengan sebelumnya, sang naga hanya berukuran tidak lebih besar dari manusia dewasa, meski begitu aura sihir yang terasa masih sangat kuat.
“Yang benar saja, masa belum kalah juga? Memangnya kau abadi apa?” Odo melangkah mundur sampai punggungnya menyentuh batang pohon yang tumbuh di Alam Jiwa tersebut.
“Auto Senses!! Auto ...! Oto!” teriak Odo dengan panik. Dalam pikirannya, mungkin dirinya bisa meminta bantuan dari sihir pertahanan terakhir tersebut. Tetapi, sayangnya tidak ada balasan sama sekali.
“Sialan, kalau dibutuhkan malah gak ada!”
Segera Odo berlari ke kanan dan menjauh. Tidak seperti dugaan, sosok Naga Hitam yang dipenuhi kabut hitam itu tidak bergerak dan tetap berdiri diam. Sifatnya dari sekedar pasif, itu lebih seperti tidak merespons gerakan Odo.
“Aura hitam itu ..., apa itu Dark Matter? Kalau iya, berarti memang waktu itu naga sialan ini berhasil masuk ke dalam tubuhku dan menyusup sampai ke Alam Jiwaku. Kalau begitu ....”
Setelah menjaga jarak beberapa meter dari sosok naga berselimut kabut hitam tersebut, Odo berhenti dan menatap tajam ke arahnya. Memikirkan beberapa cara, anak berambut hitam itu memilih tidak memprovokasi dan menunggu pergerakan Naga Hitam yang terdiam. Mengamatinya, Odo melihat sosok tersebut memang tidak jauh berbeda bentuknya dengan Naga Hitam yang sebelumnya dilawan, kecuali ukurannya yang mengecil dan kabut hitam yang menyelimutinya.
“Yo, wahai diriku, sepertinya kau kebingungan?” Tiba-tiba suara bergema di dalam kepala Odo. Anak berambut itu sadar kalau itu suara dari Auto Senses dan mengacuhkannya karena sedikit kesal dengan sihir pertahanan terakhir.
“Hem, kejamnya, wahai diriku. Padahal mungkin saja aku bisa menjelaskan situasi ini padamu, loh.”
Odo tetap diam mendengar suara di kepalanya. Sesaat menarik napas dan menghembuskannya dengan berat, sorot mata anak berambut hitam itu berubah gelap. Dalam hitungan detik, struktur sihir langsung tersebar di sekitarnya dan terbentuk beberapa lingkaran sihir petir yang mengelilinginya. Kilatan petir membuat rambutnya berdiri karena elektron yang mengalir dalam tubuh, membuat tubuhnya seperti bercahaya dan kornea matanya berubah menjadi biru gelap.
“Dengar ya, kau itu adalah sihir yang aku ciptakan. Katakan saja kalau tak ingin aku hapus, jangan banyak omong yang tak perlu, Senses. Kalau kau banyak tingkah, aku benar-benar tak akan menggunakanmu lagi, paham?” ucap Odo seraya menunjuk ke arah Naga Hitam yang sama sekali tidak melihat ke arah ke arahnya.
“Oho, kurasa tanpa diberitahu, engkau sudah punya jawaban dari keraguan dan rasa cemasmu. Ya, diriku adalah dirimu. Kalau diriku tahu, engkau juga tahu .... Diriku hanya pemroses yang menyimpan data dan informasi milikmu, wahai diriku.”
“Sudah kubilang, jangan bicara hal yang tidak perlu. Sebenarnya aku ingin bertanya banyak hal, tapi sekarang masalahnya adalah ....”
“Tenang saja, ini adalah dunia kita. Kita adalah penguasa di Alam ini. Kadal purba sepertinya bukan lawan yang sulit.”
“Memang ..., kalau begitu ..., aku serahkan semua pemrosesan sihir padamu.”
“Oke!”
Odo mengalihkan semua kontrol struktur sihir pada Auto Senses, seketika lingkaran sihir petir yang telah terbentuk di sekitarnya berubah susunannya dan menjadi lebih efektif. Menggunakan Mana yang memang merupakan miliknya sendiri di tempat tersebut, Odo mengoptimalkan sihir dan menyelimuti tubuhnya dengan petir untuk meningkatkan pertahanan.
Dari ujung jari telunjuk tangan kanan yang diarahkan pada Naga Hitam yang terdiam, Odo mengeluarkan sihir sambaran petir. Jdeer! Petir menyambar sang naga, tetapi tetap tidak bergeming dan berdiri menghadap pohon yang ada di hadapannya.
Menyadari serangan petir tingkat menengah tidak efektif, Odo mengubah strateginya. Ia berlari melingkar dan berdiri beberapa meter di belakang sang naga. Memasang kuda-kuda dengan kaki kanan memijak lebih ke depan dari kaki kiri, Odo merendahkan posisi tubuhnya, lalu mengulurkan tangan kanan ke depan dengan posisi mengepal. Postur tubuhnya diperkuat dengan sihir penguatan yang dilakukan Auto Senses. Dengan memusatkan Mana pada ujung tangan kanan yang dikepalkan, Odo mengatur struktur sihir dalam segi perubahan atribut ke petir, sedangkan Auto Senses mengatur efektivitas konsumsi kekuatan sihir. Petir yang menyelimuti tubuh Odo mulai memusat, menambah tekanan dan kekuatan sihir. Dengan menyangga lengan kanan dengan tangan kiri, perlahan Ia membuka kepalan tangan kanan dan lebih memusatkan Mana beratribut petir, membentuk bola energi berdaya hancur tinggi.
“Bararaq Orza!”
“Bararaq Orza!”
Jzeeed!!
Sihir petir ditembakkan layaknya sebuah Raillgun berkecepatan tinggi, melesat langsung ke arah Naga Hitam. Duarrrkkk!! Serangan itu dengan telak mengenai sang naga, asap keluar bersama ledakan. Tetapi beberapa detik kemudian, sebuah kepakan sayap menyingkirkan asap yang menutupinya. Sang naga berbalik, menghadap ke arah Odo dengan tatapan mata keemasan yang menyala terang. Mendapat tatapan itu, anak berambut hitam tersebut tidak lari atau gentar, Ia hanya berdiri tegak dan menatap balik dengan datar.
“Senses, makhluk ini adalah Jiwa dari Naga Hitam, ‘kan?”
“Ya, itu merupakan jiwa dari sang naga. Tapi, ada sedikit yang aneh darinya. Aura yang menyelimutinya itu adalah Dark Metter dengan unsur Kutukan yang belum jelas. Ada kemungkinan kalau yang dihadapi kita ini berpotensi menyebarkan Kutukan Pandemik.”
“Oke. Kalau begitu kau atur sihir serangan, variasi terserah. Untuk strategi bertarung, serahkan semuanya padaku.”
“Hem!”
Odo meloncat mundur menggunakan sihir pelontar. Seperti perkiraannya, Naga Hitam bereaksi dan berlari dengan dua kakinya, mengejar dengan agresif sesuai sifatnya. Gerakan sang naga tidaklah cepat jika dibandingkan dengan Odo. Tetapi menutupi itu, makhluk tersebut melebarkan kedua sayapnya untuk mendapat keseimbangan dan mempercepat larinya.
Odo mendarat di permukaan lantai putih dengan kaki kanan terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangan kanan ke depan dan mengaktifkan lingkaran sihir gravitasi yang tertanam dibalik lingkaran sihir pelontar yang sebelumnya digunakan. Naga Hitam yang berlari masuk ke dalam lingkaran tersebut langsung terhenti, dan berlutut karena tekanan gravitasi yang kuat.
“Kadal merayap saja!”
Tanpa membuang waktu, setelah memasang kedua kaki memijak di permukaan, Odo memuat berbagai sihir penyerangan yang telah disiapkan Auto Senses. Lima lingkaran sihir muncul di atas kepala Odo, dua diantaranya sihir petir dan sisanya sihir cahaya. Melepaskan semua sihir secara bersamaan ke arah sang naga, serangan tersebut telak mengenainya. Kali ini serangan melukai sosok makhluk tersebut, sayapnya berlubang dan kulitnya yang keras gosong karena sihir cahaya bersuhu tinggi.
Pada saat serangan tersebut mengenai sang naga, lingkaran sihir gravitasi yang menahannya ikut terkena dampak dan hancur. Seakan tidak memedulikan luka pada tubuhnya sendiri, Naga Hitam bangun dan berdiri dengan dua kakinya seperti manusia. Kedua sayap yang rusak direntangkan, lalu menyebarkan partikel-partikel hitam berukuran sebesar debu.
“Dark Matter? Jangan bilang ....”
Naga Hitam membuka mulutnya. Partikel hitam yang keluar dari sayapnya dengan sangat cepat berkumpul di depan mulutnya, lalu berubah menjadi sebuah bola plasma gelap yang terbuat dari Dark Matter. Dalam hitungan detik, tanpa membiarkan Odo beraksi, bom sihir ditembakkan dengan kecepatan tinggi. Jarak yang ada membuat anak berambut hitam itu tidak bisa menghindar secara penuh, tangan kirinya kena dengan telak dan hancur sampai bahu. Untungnya bola bom tersebut tidak langsung meledak saat mengenai tangan Odo dan tetap melesat.
Duarrkkk!
Beberapa puluh meter di belakangnya, bom yang ditembakkan itu baru meledak dan membuat angin kencang yang sedikit mendorong tubuhnya ke depan. Pada bahu kiri Odo yang kehilangan tangannya, darah tidak keluar dan terlihat seperti daging yang terpotong rapi.
“Meski ini tubuh jiwa dan rasa sakit tidak terasa, tapi kehilangan tangan itu rasanya seram juga ...,” pikir Odo.
“Kita kehilangan kemampuan tempur sampai 40%” Suara Auto Senses kembali menggema di dalam kepalanya.
“Aku tahu, fokus saja pada pengaturan dan siapkan sihirnya. Aku tidak akan kalah.”
Menarik napas dan menenangkan diri, Odo memikirkan strategi untuk bisa mengalahkan Naga Hitam. Ia memasang kuda-kuda bertarung tangan kosong aliran keluarga Luke, sebuah teknik berarung gaya bebas menggunakan Battle Art yang berfokus pada manipulasi Mana untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan daya hancur serangan. Mengepalkan tinju tangan kanan lurus ke depan, Odo mengatur penapasan dan sirkulasi Mana dalam tubuh.
Melihat Odo yang menyiapkan serangan, Naga Hitam merentangkan sayapnya kembali dan menyebarkan partikel-partikel hitam untuk mempersiapkan serangannya. Tidak membiarkan hal tersebut, Odo langsung menggunakan sihir pelontar dan melesat cepat ke arah sang naga. Menggunakan Battle Art untuk memperkuat tangan kanannya, Odo memukul telak perut Naga Hitam dan membuatnya terpental jauh. Partikel yang mulai terkumpul terpencar di udara dan menghilang.
Naga Hitam yang terpental merentangkan kedua sayapnya untuk menghentikan laju. Sebelum makhluk itu menyadarinya, Odo telah berdiri di belakangnya dengan bergerak cepat menggunakan sihir petir untuk meningkatkan kecepatan mobilitas. Naga Hitam mengayunkan ekornya dan menyabet Odo di belakang, tetapi sabetan itu ditangkap dan ekornya ditarik. Melepaskan ekornya dan menyiapkan tinju, Odo menghajar punggung Naga Hitam yang tubuhnya tertarik ke belakang, lalu menghantarkan gelombang kejut yang tercipta dari teknik Battle Art-nya.
Dekg!!
Tubuh Naga Hitam tidak terpental, tetapi kerusakan dengan tepat tersampaikan ke dalam tubuhnya. Saat tangannya mengenai punggung Naga Hitam, kabut hitam sedikit merambat ke tangan Odo. Ia segera menarik tangan kanannya, lalu menggunakan sihir cahaya untuk menyingkirkan kabut hitam yang menempel. Saat itu, anak berambut hitam itu menyeringai karena telah menemukan cara efektif untuk melawan Naga Hitam.
“Auto Senses!”
“Ya!!”
Odo menyelimuti tangan kanannya dengan Mana yang telah ditanami unsur atribut cahaya. Saat Naga Hitam hendak berbalik dan menyerang, Odo langsung menghajar wajahnya sampai naga itu terpental ke udara. Ia mencengkam ekor Naga Hitam dengan erat, dan pada saat bersamaan Odo membuat lingkaran sihir penguat pada lutut dan sendi kaki untuk memperkuat kuda-kuda, lalu menarik Naga Hitam dan membantingnya ke lantai dengan keras. Melepaskan ekornya, kabut hitam yang tertinggal pada tepak tangan kanan langsung hilang berkat Mana beratribut cahaya yang melapisi kulit.
Sebelum Naga Hitam bangun, Odo memanipulasi Mana pada tangan kanannya menjadi tajam dan merapatkan jemari. Dengan cepat, Odo melesat menggunakan sihir pelontar dan memotong satu sayap Naga Hitam. Saat hendak memotong sayap satunya, sang naga menyabetkan ekornya ke arah Odo. Ia terpukul cukup keras pada wajah dan terpental ke belakang. Sadar kalau ada Dark Matter menempel di wajah saat terkena sabetan, Odo langsung meloncat menjauh seraya mengusapnya dengan tangan kanan yang masih diselimuti Mana beratribut cahaya.
Seakan memang tidak membiarkan Odo menyerang lagi, Naga Hitam yang masih terjatuh tengkurap membuka mulutnya dan mengumpulkan partikel hitam dalam sekala sangat kecil. Memusatkannya dan membentuk bola hitam berukuran kelereng, Naga Hitam menembakkan bom mini itu ke arah Odo. Anak itu tidak menghindar, Ia telah memprediksi kalau serangan itu tidak melukai secara fatal karena mengarah pada bahu kiri yang memang sudah tidak bisa digunakan dengan baik karena tangan kirinya hancur. Bahu kirinya tertembus dan berlubang, tetapi Odo sama sekali tidak berhenti.
Sedetik setelah terkena serangan yang tidak lebih kuat dari tembakkan senjata api itu, ledakan kecil tercipta beberapa meter di belakangnya. Tanpa membuang waktu, Odo langsung menggunakan sihir pelontar untuk melesat, lalu menghajar Naga Hitam tepat di kepalanya sebelum makhluk itu bisa berdiri.
Buak!
Pukulan itu sangat keras, Naga Hitam sampai terbanting ke lantai. Tidak memberikannya kesempatan, Odo mencengkam satu sayap yang masih tersisa, lalu menginjak kepala Naga Hitam dan menarik sayapnya itu sampai robek. Srrrrt Sayapnya robek dan Dark Matter sedikit muncrat dari luka. Naga Hitam kembali menyabetkan ekornya, tetapi kali ini Odo berhasil menghindarinya dan mencengkam ekornya dengan erat. Naga Hitam membuka mulutnya dan mencoba menyerang dengan bola plasma berukuran kecil. Melihat itu, Odo menyeringai lebar dan tanpa ragu menendang wajah sang naga.
Buak! Giing! Duark!
Bola plasma hitam itu ditembakkan ke arah yang salah dan membuat ledakkan di dekat mereka yang membuat gelombang kejut mendorong punggung Odo, dan membuat keseimbangannya terganggu. Tanpa segan-segan, Odo langsung menginjak kembali wajah Naga Hitam untuk memperbaiki keseimbangan.
“Kena kau!!”
Secara drastis, Odo meningkatkan tekanan sihir pada tingkat maksimal. Mana miliknya yang telah diatur bermuatan elemen cahaya luber dan membuat partikel cahaya keemasan keluar dari tubuhnya, itu merupakan hal yang disengaja dan pengaturannya telah dilakukan oleh Auto Senses. Mana beratribut cahaya bertumpang tindih dengan Dark Matter milik Naga Hitam. Sadar kalau muatan dari materi hitam itu bisa menelan sihir cahaya dengan mudah mengingat kekuatan sihir atribut cahayanya lebih lemah, Odo menginjak-injak wajah Naga Hitam terus menerus untuk menggagu konsentrasi Dark Matter makhluk yang kehilangan sayapnya itu.
Injak, injak, injak, injak, injak, dan injak. Pikiran Odo semakian menggila, terus menginjaknya walaupun Dark Matter sudah melemah dan Naga Hitam sudah tidak mengendalikannya lagi. Sorot mata Odo menggelap, ekspresi wajahnya berubah menyeramkan dan menyeringai lebar. Tanpa dirinya sendiri sadari, Ia melepaskan ekor Naga Hitam dan malah dengan brutal terus menginjak-injak wajah makhluk tak berdaya yang terbaring tengkurap itu. Pelindung Dark Matter yang melindungi tubuh Naga Hitam telah benar-benar hilang, hanya dengan serangan fisik berupa injakkan kaki Odo dapat melukai sang naga. Giginya rontok, wajahnya mulai rusak, sebelah matanya pecah, dan tulang mulut moncongnya mulai bengkok.
“O ...do ...Odo ... Odo!!” Suara bergema di dalam kepalanya dengan keras. Kesadaran Odo perlahan kembali dari kegelapan yang meracuni dan tersadar. Saat melihat kondisi mengenaskan sang naga, dengan gemetar Ia mengangkat kakinya dari atas kepalanya dan melangkah mundur. Ia terjatuh dan terduduk dengan tatapan takut atas apa yang telah dirinya lakukan. Napasnya berubah berat dan pandangan terasa kalau.
“Tarik napas dalam-dalam dan tenanglah ....”
“Aku tahu, diamlah!” Odo menarik napas untuk menenangkan diri, butuh beberapa kali menarik napas dalam-dalam untuk bisa benar-benar tenang. Saat melihat Naga Hitam yang tidak bergerak lagi, Odo merasa mual melihat kepalanya yang sudah tidak karuan.
“Padahal hanya membuka Batas sedikit saja, tapi perubahannya sudah ....”
“Apa yang kau bicarakan, Auto Senses?”
Sihir pertahanan terakhir itu terdiam, Odo merasa curiga pada sikapnya itu. Sebelum Odo bertanya kembali, tiba-tiba tubuh Naga Hitam yang tergelatak tak bergerak mulai memancarkan cahaya biru tua yang amat terang. Sadar kalau ada hal yang tidak beres, Odo berusaha berdiri dan menjauh, tetapi tubuhnya masih lemas dan terjatuh duduk kembali.
“Sialan ..., sekarang apa lagi?”
Cahaya yang memancar dari tubuh Naga Hitam sangat terang, menyelimuti secara penuh tubuh sang naga dan membuat pilar cahaya yang menjulang tinggi di tempat hamparan putih tersebut. Pada saat yang sama, pohon hijau yang tumbuh di tempat itu ikut memancarkan pilar cahaya terang yang menjulang sampai langit. Saat cahaya biru tua yang memancar dari tubuh Naga Hitam meredup, cahaya hijau terang yang dipancarkan ke atas oleh pohon hijau menukik tajam ke bawah dan menyambar Naga Hitam yang tergelatak.
Swuuuzz!!
Odo menutup matanya karena terlalu terang. Saat perlahan membuka mata, sosok Naga Hitam yang berubah drastis membuatnya terkejut. Tubuh reptil berkulit kasar itu berubah menjadi sosok gadis remaja berambut perak yang melayang beberapa senti di udara. Penampilan gadis itu mengenakan sebuah gaun berdominasi warna biru dan putih dengan bagian belakang panjang berkibar, tetapi bagian depan terbuka. Selain itu, ada juga beberapa hal yang aneh padanya. Pada kepalanya, terdapat dua buah tanduk berbentuk sedikit melengkung yang bagian tengah sampai ujung berwarna biru lebih terang dari bagian bawahnya. Saat melihat sayap naga dan ekor pada melekat pada tubuh gadis itu, Odo sadar kalau sosok gadis remaja di hadapannya adalah jelmaan Naga Hitam.
Gadis yang melayang tegak itu membuka matanya, lalu sedikit membusungkan dada dan menggerakkan tangannya dengan lembut melebar ke samping. Rambutnya yang terurai tiba-tiba berkibar dengan teratur, lalu tertata sendirinya dengan model ikatan Twintaill (Kucir jangka), dengan pada bagian ujung kedua kucir terdapat sebuah halo berwarna keemasan yang berputar pada tempatnya. Kedua kaki dan tangannya terbakar api biru dengan tiba-tiba, dan saat padam, sebuah pelengkap yang serasi dengan gaunnya tercipta. Pada kaki muncul kaos kaki panjang selutut dan zirah kaki berwarna biru tua, sedangkan pada kedua tangan tercipta lengan pakaian dengan ujung melebar berenda yang terpisah dengan gaun tanpa lengan.
Gadis itu tersenyum pada Odo. Dari senyuman itu, anak berambut hitam tersebut hanya menanggapi dengan memasang wajah datar dan berkata, “Honey Trap?” Bereaksi dengan perkataan Odo, gadis yang tiba-tiba muncul tersebut mengibaskan kucir sebelah kanannya dan seakan ingin memamerkan kecantikannya.
“Hem, kalau Naga Hitam bisa membuat jebakan seperti itu, berarti dia jenius,” suara Auto Senses dalam kepala Odo.
“Ya, dia bisa sangat jenius bisa tahu seleraku.”
Gadis remaja berambut perak itu menggerakkan ekor dengan ujung seperti mata tombak ke kanan dan kiri, dan terlihat memasang wajah bingung ingin mengatakan sesuatu. Sorot mata biru terang gadis itu terlihat tajam karena pupil matanya terlihat seperti hewan reptil.
“Dia loli, ya?” ucap Odo.
“Ya .... Dilihat dari manapun dia memang Loli-Flat.”
“Bersyukurlah wahai anak manusia, kamu telah membebaskan diriku ini dari Kutukan Kegilaan sang Dewa Iblis!” ucap gadis berambut perak yang melayang di udara itu. Mendengar nada yang sengat angkuh itu, Odo menyipitkan mata dan memasang wajah datar karena akal sehatnya tidak mau menerima apa yang didengar.
“Manusia, kenapa tadi engkau bicara sendiri?” tanya gadis remaja itu. Odo baru terkejut setelah loading cukup lama, dengan panik anak berambut hitam tersebut berdiri, lalu melangkah mundur.
“Ke-Kenapa kamu ketakutan, memangnya diriku semenakutkan itu sampai-sampai kamu harus menatap diriku seperti begitu?”
Odo benar-benar kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan gadis tersebut. Memikirkan berbagai kemungkinan, Odo memaksakan diri untuk bertanya, “Kau Naga Hitam itu, bukan?”
“Dari sudut pandangmu,diriku memang Naga Hitam yang kamu lawan tadi.”
“Ini ... Jebakanmu? Atau ... strategi untuk melawanku?”
“Sebelum berspekulasi, kenapa kamu tak berusaha mendengar perkataanku dulu, manusia?”
Odo teridam, lalu memalingkan wajah dan berdiskusi dengan Auto Senses tentang kemungkinan tipu muslihat yang ada. Di saat melakukan hal itu, di mata gadis tersebut Odo benar-benar terlihat seperti orang yang sedang bicara sendiri dan karena hal tersebut Ia tersenyum ringan.
Setelah selesai berdiskusi dengan Auto Senses, Odo menatap gadis naga itu dengan tatapan datar. “Baiklah, engkau boleh bicara,” ucap Odo dengan nada angkuh seakan ingin bersaing dengan cara bicara gadis di hadapannya. Melihat itu, gadis naga tersebut tidak bisa menahan tawanya. Tawa gadis naga itu terlihat sangat alami di hadapan Odo, tidak terlihat akting untuk menjenak atau sejenisnya.
“Kamu sangat aneh, manusia .... Huh, biarlah. Lagi pula kamu adalah orang yang membebaskanku dari Kutukan Kegilaan itu, tidak ada gunanya bersaing dengan hal yang kurang penting kurasa.”
Gadis itu menyibak kucir kanannya, lalu membusungkan dada ratanya dengan sedikit angkuh. “Diriku adalah putri sulung Dewa Naga, Zialina Seliari Urganisalinez!” ucapnya dengan meninggikan intonasi di bagian nama. Odo hanya memasang wajah datar mendengar nama itu, Ia benar-benar tidak kenal dan tidak tahu.
“Hemp.” Gadis naga itu memalingkan wajahnya. Seraya melirik ke arah Odo, Ia berkata, “Bukan salahmu tak tahu mana yang anggun dan mulia ini. Manusia sekarang pasti tidak ada yang tahu sosok sebenarnya sang Naga Hitam yang ditakuti mereka.”
Perkataan itu membuat Odo mengesampingkan pemikiran kurang penting lain, lalu menatap tajam gadis naga itu. Seraya memberikan tatapan mengintimidasi, Odo bertanya dengan nada menekan, “Kau ..., masih ingat apa yang kau lakukan selama menjadi naga, ya?”
“Tentu saja diriku masih ingat. Meski wujud itu merupakan bentuk buruk dari Kutukan Kegilaan, diriku dengan jelas masih mengingat semuanya. Saat diriku pertama kali dikutuk bersama dua saudaraku oleh Dewa Iblis, dan menjadikan kami bertiga naga yang gila akan kehancuran ..., saat kami bertiga membantai seluruh klan Naga Surgawi kami sendiri ..., dan saat kami membunuh Ibu dan Ayah kami sendiri .... Kamu tahu, Kutukan Kegilaan yang diberikan Dewa Iblis sangatlah kuat, tetapi tidak menghilangkan kesadaran kami. Itu hanya memberikan dorongan luar biasa untuk membuat kehancuran dan menyerang segala apa yang ada di sekitar ..., segala-galanya ....”
Odo memasang wajah tak peduli dengan penjelasan dramatis tersebut, itu tidak menjawab pertanyaannya dan malah menambah pertanyaan lain dalam pikiran. Menghela napas dan memasang wajah malas, Odo kembali bertanya, “Dewa Iblis? Maksudmu Dewa yang menjadi nenek moyang para Iblis Kuno, Odrania ... Karln Ilmika Spirculo, ‘kan?”
“Ya .... Sang pembawa malapetaka dan merupakan dalang dibalik peperangan Dewa dan Iblis. Nenek moyang Raja Iblis, dan merupakan sosok yang membawa kehancuran tatapan utopia saat itu ....”
“Akh, terserah saja, bukan itu yang ingin aku tahu .... Kau tahu, Seliari ..., yang aku tanya itu apakah engkau masih ingat saat kamu masih dalam bentuk naga dan melawanku saja. Tak usah tambah penjelasan yang tak penting .... Bikin bebanku bertambah saja ....”
Terduduk dengan kedua kaki terselonjor ke depan, anak berambut hitam itu terlihat sangat penasaran dengan apa yang dikatakan sang Putri Dewa Naga. Sudah menjadi sifat dasar Odo menjadi orang yang mudah penasaran, itu ada pada dirinya bahkan sebelum reinkarnasi. Menghela napas dan memalingkan wajah sekilas, Odo pada akhirnya menyerah pada ras penasaran dan bertanya.
“Aku akan mendengarkan ceritamu .... Curhat saja sepuasmu, aku akan mendengarkannya. Pasti ada unek-unek atau semacamnya ... setelah terbebas dari Kutukan yang membuatmu gila selama ribuan tahun, ‘kan? Katakan saja ....”
“Kenapa ... kamu yakin berkata seperti itu?” Seliari melayang turun ke permukaan dan duduk bersimpuh di atas lantai putih.
Menatap datar ke arah gadis naga tersebut, Odo melipat kakinya dan mengubah posisi duduknya menjadi duduk bersila. “Kamu ... menangis, loh ....”
“Eh ...? Aku ....?” Gadis naga itu segera menyeka air mata yang mengalir tanpa disadarinya dengan lengan pakaiannya, itu semakin banyak dan menetes dengan sangat jelas. Wajahnya memang terlihat tidak sedih dan memasang senyum kaku, tetapi perasaan memang tidak bisa disembunyikan dengan mudah. Masa lalu yang kelam saat masih terkena Kutukan Kegilaan, meski telah terbebas, ingatan penuh rasa bersalah dan penyesalan dengan jelas mengisi dirinya.
Melihat itu, Odo merasa sedikit iba padanya. Meski situasi yang ada sekarang sangat tidak masuk akal setelah mendengar fakta bahwa Naga Hitam adalah seorang Putri dari Dewa Naga yang dikutuk menjadi gila oleh Dewa Iblis, tetapi Odo memang merasa hal yang sangat tidak asing dengan apa yang diderita oleh Putri tersebut. Seliari adalah korban, dari sebuah masa kelam untuk membuka sebuah zaman baru yang ada sekarang. Memikirkan berbagai hal lainnya, Odo semakin ingin mendengar gadis naga itu berbicara, mempertimbangkan paling tidak hal tersebut bisa meringankan kesedihan gadis tersebut.
“Bicara saja ..., aku akan mendengarkanmu ....”
Mendengar perkataan itu, Seliari mengangguk satu kali. Sesudah mengusap air mata yang mengalir, Ia menatap Odo dengan sorot mata yang berkaca-kaca, lalu mulai bercerita dengan perasaan yang meluap keluar tak terbendung.
Seliari merupakan anak dari Dewa Naga, putri sulung dari tiga bersaudari. Awal dari dirinya dan kedua saudarinya dikutuk adalah karena pihak klan Naga Agung yang tinggal di perbatasan kayangan dan dunia iblis menolak tawaran sang Dewa Iblis untuk bergabung dalam kudeta untuk menjatuhkan tatanan kekuasaan para dewa. Hal tersebut terjadi sebelum Perang Dewa dan Iblis pecah, merupakan salah satu sebab para Naga dicap sebagai ras kejam dan beringas. Raja Iblis yang marah pada Dewa Naga mengutuk ketiga putri naga tersebut dengan Kutukan Kegilaan dan menghancurkan klan Naga Agung. Ketika putri yang terkena kutukan berubah menjadi beringas, dengan seketika mereka melakukan transformasi naga di istana Dewa Naga.
Transformasi yang dimiliki ras Naga Agung bukanlah perubahan tubuh fisik dari tubuh humanoid menjadi naga, tetapi lebih seperti membuat Mana dalam jumlah luar biasa banyak keluar dari tubuh dan mengeras menjadi sebuah bentuk naga secara fisik. Transformasi yang ada lebih semacam mengenakan zirah berbentuk naga raksasa, dengan tubuh humanoid dikompres menjadi Inti Sihir dan ditanamkan dalam bentuk perubahan naga yang tercipta. Karena pengaruh dari kutukan yang ada, transformasi ketiga putri Dewa Naga berbentuk sangat mengerikan dan sangat menyimpang dari bentuk sejati ras Naga Agung yang mulia. Pada saat transformasi dalam bentuk yang menyimpang itu, apa yang dilakukan ketiga putri Dewa Naga adalah skenario terburuk yang bisa terjadi dari Kutukan Kegilaan yang ditanamkan oleh Dewa Iblis.
Mereka bertiga membantai klan mereka sendiri, memakan Dewa Naga dan Ibu mereka sebelum sempat berubah menjadi bentuk naga, lalu membantai seluruh anggota klan Naga Agung tanpa pandang bulu. Kekuatan ketiga Putri Naga sangatlah kuat dan dahsyat, semua naga yang ada tidak ada yang bisa menandinginya karena mereka telah menelan Dewa Naga dan merebut kekuasaannya. Diantara ketiga Putri Dewa Naga, yang paling kuat adalah Seliari yang telah menelan Dewa Naga sendiri. Dengan jelas Seliari mengingat saat-saat dirinya dan kedua saudarinya membantai klan Naga Agung. Meski samar, Seliari ingat sensasi mulutnya saat mengunyah Ibu dan Ayahnya sampai remuk dan ditelannya. Cakar dan ekornya digunakan untuk membunuh saudara lainnya, dan napas apinya untuk membakar istana dan menghancurkan sarang para naga tinggal.
Setelah membantai klan mereka sendiri, ketiga naga itu bertarung satu sama lain layaknya makhluk gila. Saling memangsa satu sama lain, terus merebut kekuatan satu sama lain, dan tanpa henti-henti bertarung. Kekuatan mereka sangatlah dahsyat, bahkan pS beberapa peperangan di zaman itu ada yang harus dihentikan karena ketiga naga itu bertarung satu sama lain. Setelah Perang Dewa dan Iblis selesai dengan pihak kayangan keluar sebagai penang, ketiga putri naga itu masih sering bertarung satu sama lain dan membuat kehancuran di berbagai daratan. Bahkan setelah Dewa Iblis binasa, beberapa benua hancur, daratan mengapung dari dasar laut, gunung meletus dan menghancurkan peradaban, sebuah peradaban terbentuk kembali dengan lahirnya raja-raja baru lahir, tatanan baru lahir, tetapi Kutukan Kegilaan sama sekali tidak melemah.
Melihat nasib naas ketiga putri Dewa Naga itu, salah satu Dewa kayangan berusaha menghilangkan kutukan, tetapi tak bisa secara penuh. Pada akhirnya, dengan kesepakatan para Dewa, ketiga putri Dewa Naga itu dibuang ke pelosok Dunia Astral menggunakan sihir perpindahan dimensi. Beberapa tahun setelah dibuang, salah satu putri naga, Seliari, kembali dari pelosok Dunia Astral dan sering menembus perbatasan dimensi dan pergi ke dunia nyata, itulah asal mula reputasi Naga Hitam yang amat buruk. Karena tidak ada yang sepadan dengannya di dunia nyata dan tubuhnya secara fisik terikat dengan Dunia Astral, Naga Hitam tidak betah lama di dunia nyata dan lebih sering bersemayam di sekitar Lembah Api di Dunia Asrtal yang makhluk penghuninya kaya akan Mana dan Ether ada banyak melimpah.
Mendengar cerita Seliari, Odo hanya diam dan tetap duduk bersila mendengarkan. Anak berambut hitam yang tangan kirinya hilang itu tidak memberikan perkataan untuk menghibur Putri Sulung Dewa Naga itu atau berusaha menenangkannya saat bercerita penuh kesedihan dan penyesalan. Odo paham, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dimengerti olehnya dengan mudah, oleh karena itu dirinya memilih untuk tetap diam. Menarik napas dan bangun, anak berambut hitam itu menatap Seriari dengan datar.
“Sudah lebih baik, ‘kan?”
“Hmmm.” Seliari mengangguk, lalu berdiri seraya mengusap air mata dengan kedua tangannya.
“Ada kalanya dengan bicara bisa meringankan beban, kalau dipendam terus malah bikin stres. Aku memang tak tahu apa yang kau rasakan sekarang, tapi yang pasti ... aku sedikit tahu kalau itu sangat menyakitkan .... Kurang lebih ..., aku tahu itu ....”
Odo memalingkan wajah, lalu berbalik dari Seliari. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, Odo bertanya tanpa menatap wajahnya, “Jadi, sekarang kau mau apa setelah terbebas dari Kutukan Kegilaan itu?”
Putri Naga terdiam, Ia menundukkan wajah dan terlihat seperti tak punya semangat hidup. Odo yang melirik ke arahnya bisa memaklumi hal tersebut. Setelah membunuh seluruh keluarganya sendiri dan mengacau selama ribuan tahun, meski itu dalam pengaruh kutukan, rasa sakit dan penyesalan memang sangat berat baginya. Odo tak memahami apa yang dirasakan oleh makhluk berumur panjang itu, tetapi memikirkan dirinya dalam situasi Seliari, dirinya pasti tidak tahan dan mungkin memilih untuk dendam pada dunia yang memberikan takdir tidak adil tersebut.
“Dia ..., sama sekali tidak membenci dunia, ya .... Sungguh, sangat berbeda denganku,” pikir Odo. Anak berambut hitam itu merasa sedikit menyesal dengan kehidupan sebelumnya dimana dirinya terus mengeluh dan menyalahkan lingkungan.
Bernapas berat sekali lagi, Odo berbalik dan menghadap Putri Naga tersebut. Dengan tatapan datar, anak laki-laki berambut hitam itu bertanya, “Boleh aku tanya? Kenapa tiba-tiba kutukanmu bisa hilang? Bukannya para Dewa saja tidak bisa melepas kutukan itu, bukan?” Pertanyaan itu bukanlah diucapkan untuk sekedar ingin tahu saja, tetapi juga untuk mengubah suasana hati Putri Naga.
“Itu ..., mungkin karena aku berada di dalam Inti Sihirmu .... Karena pada dasarnya Kutukan terlalu kuat melekat pada bentuk fisik nagaku, setelah masuk ke dalam tubuhmu ..., kemungkinan kutukannya semakin melemah. Yah, tubuh nagaku itu memiliki sifat semacam pengikat yang sangat kuat .... Terlebih lagi ..., alasan terbesarnya mungkin adalah itu ....”
Seliari menunjuk pohon hijau yang ada beberapa belas meter di belakang Odo. Anak berambut hitam itu berbalik melihat pohon tersebut, lalu memasang wajah bingung dengan apa yang dikatakan Seliari.
“Memangnya ada apa dengan pohon itu?” tanya Odo.
“Itu salah satu bagian dari Pohon Keramat, bukan?”
“A ....” Odo langsung teringat penjelasan Reyah akan hal tersebut.
“Pohon itu merupakan salah satu komponen penyuci yang terkenal sejak dahulu kala. Meski beberapa telah hancur pada masa peperangan kuno, tapi tetap saja khasiat dan sifatnya tak berubah sama sekali. Berkat itu ..., diriku berhasil menyingkirkan Kutukan Kegilaan ....”
“Kurasa aku tidak rugi banyak disosor Dryad berahi itu,” gumam Odo seraya berbalik ke arah Seliari
“Hmmm?”
“Ngomong-omong, setelah ini kau mau apa? Sekarang kau hanya wujud Jiwa, bukan?”
“Aku akan tinggal di sini.”
“Hah?”
“Aku akan tinggal di sini.”
“Aku dengar, gak usah diulang ....”
Odo memalingkan wajah, lalu menghela napas dengan wajah sangat malas karena merasa Deja Vu yang sangat tidak asing dengan percakapan makhluk berumur panjang.
“Begini ya, Putri Naga .... Kau pikir aku akan membiarkanmu tinggal di dalam tubuhku? Asal kau tahu, aku adalah putra dari pemimpin pasukan yang menyerangmu belum lama ini ....”
“A ..., sungguh!? K-Kau anak pemimpin para prajurit manusia itu? A-Apa Ayahmu baik-baik saja!?” tanya Seliari dengan panik.
Melihat reaksi itu, Odo sedikit bingung. Ia berjalan mendekat dan tepat di depan Putri Naga, lalu berkata, “Dia selamat .... Tapi, karena itu ada kota dan wilayah yang mengalami krisis persediaan pokok besar-besaran karena kekalahan itu. Ya ..., jujur saja itu bukan salahmu, aku tahu itu. Tapi ya, bukan berarti aku ada alasan untuk membiarkan makhluk berbahaya sepertimu terus berada di dalam Inti Sihirku ....”
“Apakah kamu .... tidak percaya padaku?”
“Ya ..., aku tidak percaya .... Karena itu, berikan alasan yang bisa membuatku percaya. Apa keuntunganku kalau membiarkanmu tetap ada dan tidak memusnahkanmu?”
Seliari paham akan perkataan tersebut, anak berambut hitam di hadapannya sedang memberi kesempatan padanya, oleh karena itulah dia bertanya seperti itu. Menarik napas dan memantapkan diri, Putri Sulung Dewa Naga itu menjawab, “Aku bisa memberimu kekuatan dan mengolah Alam Jiwamu ini untukmu.”
Jawaban yang keluar lebih dari yang diharapkan Odo, ada beberapa yang menambah rasa penasaran dalam benak anak tersebut. “Mengolah Alam Jiwa? Memangnya ada yang kurang dari tempat ini ....?”
“Eh?”
“Eh?”
Mereka berdua kebingungan satu sama lain, ada hal yang tidak sesuai dalam pengetahuan mereka. “Mungkin ini sedikit menyinggung masalah personalmu, tapi boleh aku tahu ... kenapa Alam Jiwamu bisa sangat kosong? Apa karena pohon itu tumbuh di dalam dirimu?” tanya Seliari.
“Kurasa bukan. Memangnya ada apa? Apa kalau kosong masalah?”
“Bukannya ada masalah ..., tapi hanya saja ....”
“Hanya saja apa?”
“Alam Jiwa itu merupakan perwujudan dari mimpi dan harapan pemiliknya yang membentuk dasar konstruksi sihir .... Kalau tempat ini tidak ada apa-apa ..., berarti kepribadianmu itu .....”
“Polos dan suci ...?” ucap Odo dengan nada percaya diri.
“Bukan .... Kemungkinan besar ..., kamu tidak benar-benar punya tekad sendiri dan pandangan akan masa depan. Dengan kata lain ..., kosong .... Persis seperti tempat ini.”
Samar-samar apa yang dikatakan Seliari itu sangat menusuk Odo, dia benar apa adanya. Meskipun anak berambut hitam itu sering berkata dan berpikir tentang tekad dan harapan, tetapi pada dasarnya itu hanya salinan dari apa yang sering didengarnya dari lingkungan. Seperti halnya dirinya sebelum reinkarnasi, Odo adalah orang yang memiliki sifat tergantung dan terus bergerak karena pengaruh orang di sekitarnya, tidak ada tindakan yang diambil atas dasar murni dari inisiatif dan tekadnya sendiri.
“Hmmm, ngomong-omong aku belum memperkenalkan diri, ya. Namaku Odo Luke, panggil saja Odo.”
Melihat anak berambut hitam di hadapannya tiba-tiba memperkenalkan diri di situasi itu, Seliari merasa ada yang janggal dari kepribadiannya. Putri itu menatap lurus mata Odo, mencoba mencari tahu sifat anak tersebut.
Memalingkan wajah dan memasang wajah sedikit muram, Odo menghela napas dan kembali menatap Seliari dengan tatapan yang diubah santai dengan cepat. “Kalau begitu, aku setuju dengan tawaranmu, kau boleh tinggal di tempat ini,” ucap Odo.
Bagi Seliari, itu terdengar seperti memang Odo memang tidak ingin membahas apa yang sebelumnya dikatakan. Odo terlihat ingin menghindari hal yang sangat sensitif baginya.
“Ya ..., terima kasih ....”
Dengan perasaan aneh yang masih tertinggal dalam benak Seliari, pembicaraan mereka berakhir sementara dan dimulai lagi dengan hal-hal yang sangat berbeda. Mereka berbicara tentang sihir, sejarah, dan berbagai hal lainnya yang bisa dikatakan kurang penting di situasi tersebut. Putri Naga sadar, bahwa pembicaraan yang ada sangat diarahkan oleh Odo, dan terasa sangat tak ingin membahas masalah personal. Pada saat pembicaraan tidak dirasa kurang penting itu, Odo juga bertanya pada Seliari alasan mengapa sosok naga yang bahkan bisa membuat peperangan besar terganggu bisa dikalahkan dengan mudah. Pada saat itu, Putri itu menjawab kalau kesadarannya memang sudah perlahan pulih mengingat Kutukan Kegilaan telah dikurangi kekuatannya oleh salah satu Dewa Kayangan, karena itulah saat Odo melawannya, Seliali secara tidak sadar saat berubah menjadi Naga Hitam tidak mengenakan kekuatan penuhnya.
Berbicara lama dengan Odo, Putri Naga itu semakin paham sifat anak tersebut. Seliari merupakan makhluk berumur panjang, bahkan sebelum terkena Kutukan Kegilaan umurnya sudah mencapai ratusan, karena itu dirinya sudah mengenal banyak makhluk hidup yang memiliki sifat beraneka ragam, dan dalam hal tersebut Odo tidak dapat dimasukkan dalam kategori manapun. Sifat asli anak tersebut sangat abstrak, terasa bukan hanya sekedar kosong, tetapi sengaja dibuat kosong, itulah yang dirasakan Putri Naga darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ara Setiawan
x
2021-03-19
0
Ramdhan Abqory
Visual thor
2021-01-31
0
ime Queen
penjelasan yang sangat lengkap aku suka banget thor berasa kaya baca buku ilmia yang terdapat cara membuat molokul senayawa mantap thor jenius tingkat akut dirimu
2020-12-13
2