Odo terbangun, membuka mata dan menemui dirinya terkapar melihat langit biru yang terentang seakan terbatas di atas sana. Ia tak ingat mengapa dirinya bisa berada di tempat itu, tetapi dengan jelas tahu di mana dirinya berada.
“Tempat ini ....? Apa aku mati lagi ....?”
Ia mulai duduk, sejenak memegang kening dan berpikir. Tempat itu begitu putih, sangat persis dengan tempat persimpangan hidup dan mati itu. Menyadari hal tersebut, Odo berdiri dan kembali melihat sekeliling, mencari Dewi yang mungkin akan ditemuinya di alam itu. Tetapi Dewi itu tidak ada, di hamparan tempat yang amat luas dan begitu putih itu sama sekali tak ada seorang pun kecuali dirinya.
Ia mendongak seraya menutup mata, berharap itu hanya mimpi dan segera bangun. Dalam hati Odo sangat tahu, saat dilempar batu, meski menutup mata itu tidak akan bisa mengubah fakta bahwa akan terkena lemparan. Kenyataan yang ada, itu tidak akan berubah hanya dengan berpaling.
“Ah, sudah kuduga ini bukan mimpi ... kuharap ini mimpi,” ucapnya sambil membuka mata.
“Sampai kapan kau akan tertidur, wahai diriku yang akan mengubah segalanya,” suara itu terdengar dengan tiba-tiba.
Odo melihat sekeliling, tetapi ia tidak melihat siapa pun. Saat dirinya masih bingung, sekali suara itu terdengar, “Kau tidak perlu mencariku. Aku selalu di dekatmu, di sampingmu, dan ada di dalam dirimu. Aku adalah kau sendiri, wahai yang mengaku sebagai Odo.”
“Siapa ...?” tanya Odo sambil terus melihat sekeliling, mencari sumber suara tersebut.
“Begitu ya, engkau memang masih belum mengingatnya. Sampai batas itu kau ....”
Perkataan itu membuat Odo teringat dengan apa yang pernah diucapkan Dewi yang mereinkarnasikan dirinya. Batas, kata tersebut sangat mengganjal di benak Odo.
“Apa kau Dewi itu?!”
“Dewi? Ah, maksudmu Helena? Bukan, aku bukan dia. Sudah kubilang, aku adalah dirimu. Ya, sekarang mungkin Aku adalah sesuatu yang engkau sebut Auto Senses.”
“Sihir peningkatan indra dan insting itu ...? Sialan, jangan membual! Mana mungkin kau sihir yang aku ciptakan itu! Jawab aku, siapa kau! Keluar sini!”
“Hem, anehnya. Padahal sudah sadar kalau itu hanya sihir peningkatan indra dan insting, tapi mengapa masih tak ingin menyadarinya? Apa kamu tidak bertanya-tanya kenapa kamu bisa memiliki insting, refleks atau gaya bertarung seceroboh itu, wahai diriku yang naif? Jangan bilang kalau kau merasa diberkahi bakat atau semacamnya, dasar bodoh.”
“Eh ....?” Odo benar-benar terkejut dipanggil seperti itu. Suara itu, sifat dan nada bicaranya memang sangat persis dengan dirinya, atau lebih tepatnya sama dengan pemikirannya.
“Benar-benar lucu sekali, tak kusangka aku jadi senaif ini. SUNGGUH KONYOL!”
“Sialan, a-apa maksudmu!?”
“Tak, terserah saja sih. Aku memang seperti itu, jadi tidak ada yang salah dari itu. Tapi ..., asal kau tahu .... Jika kau benar-benar ingin mempertahankan apa yang ada di atas telapak tanganmu sekarang ini, cepat buka matamu. Ingat siapa dirimu, kau bukan hanya orang yang cuma terbawa suasana saja, ‘kan? Ingat asal usulmu yang sesungguhnya ... sebelum kau menjadi Odo, dan setelah kau menjadi dirimu yang bodoh.”
“Apa maksudmu ...? Memangnya tahu a⸻”
“Aku tahu! Bahkan paham! Tenang saja, jangan khawatirkan itu, wahai diriku. Ini hanya sebuah Re. Sampai kau benar-benar bangkit, aku akan terus ada dan menjadi sebuah sihir yang kau sebut Auto Senses itu .... Jadi, paling tidak sekarang ... cepat ... bangun ... tukang mimpi ....”
.
.
.
“Ah ....” Odo membuka mata. Saat melihat sekeliling, di atas menjadi tanah dan bawah menjadi langit. Saat dicerna kembali apa yang dilihat, ternyata dirinya sedang berada di atas pohon Ek besar dengan posisi kedua kaki tersangkut di cabang dan tubuhnya tergelantung ke bawah.
Odo benar-benar tidak ingat mengapa dirinya bisa berada di tempat itu, tetapi setelah kesadarannya kembali dalam beberapa detik informasi dari sihir Auto Senses mengirimkan seluruh informasi saat dirinya tidak sadarkan diri.
Dengan cepat, informasi berupa data hasil pergerakan yang dilakukan dalam Auto Senses dicerna oleh Odo. Informasi itu hanya berupa ingatan pergerakan tubuh dan tidak ada informasi visual, tetapi dirinya langsung tahu semua yang telah dilakukan dalam mode Auto Senses.
“Hem, begitu ya .... Untuk mempertahankan kehidupan dalam kondisi kritis, aku menyerap Inti Sihir dari Ular Raksasa itu setelah mengeluarkannya lagi dari Jubah Dimensi ya .... Tapi, karena setelah menyerap inti sihir, instingku jadi menggila dan Auto Senses dengan sendirinya mengaktifkan sihir pelontar. Lalu, hasilnya ini ya ....”
Odo menjatuhkan tubuh dari pohon setinggi tiga meter, lalu kemudian berputar di udara dan mendarat dengan mulus. Tetapi setelah kedua kakinya mendarat, ia ambruk ke belakang dan bersandar pada pohon, tubuhnya masih belum pulih secara penuh.
“Tch, separah ini ya ...? Aku tidur seharian juga lagi,” ucap Odo saat melihat langit yang benar-benar terlihat kemerahan dan beranjak malam. Suara serangga tidak terdengar di pergantian musim Gugur ke Dingin, tetapi gantinya suara lolongan hewan liar dengan jelas terdengar. Ia kembali berdiri dengan tubuh lemas, kemudian memastikan Jubah Dimensi yang dikenakan aman dan memeriksa kondisi Rune yang ada.
Seperti yang dirinya tahu, Rune yang menghitam untuk menyimpan potong-potongan mayat Giftmelata telah berubah kembali transparan, tanda tidak ada yang tersimpan dalam ruang yang ada pada Rune tersebut.
“Huh, padahal bangkainya masih bisa digunakan, tapi malah ditinggal. Aku harus balik mengambilnya lagi ya .... Instingku memang ti⸻”
Odo langsung teringat dengan percakapan saat dirinya tidak sadarkan diri. Auto Senses, dalam tempat putih itu suara tersebut memanggil dirinya seperti itu dan dia juga mengaku sebagai diri Odo yang lain.
“Waktu itu ..., apa dia benar-benar kepribadian yang muncul dari sihir itu? Yang benar saja, apa aku sangat putus asa sampai-sampai semacam Alter Ego muncul segala?Gak lucu ..., walaupun dia terasa ramah tapi rasanya ....”
Odo benar-benar gemetar, Ia benar-benar bingung sekaligus takut dengan apa yang disebutnya Auto Senses. Memang yang menciptakan sihir itu dan menggunakannya adalah Ia sendiri sebagai pendukung dan bentuk pertahanan terakhir, tetapi seharusnya sihir itu hanya sebagai sebuah Sihir Peningkatan saja.
“Jangan bilang ..., batas yang disebutnya itu ... batas kesadaran kepribadian? Tidak, dari awal Sihir Ini memang aneh. Sering aktif sendiri, bisa menggerakkan tubuhku secara paksa dan tanpa kehendakku, dan paling parah ... adalah informasi yang didapatnya lebih dari informasi yang didapatkan olehku sebagai pengguna. Lagian, apa itu benar-benar Auto Senses yang aku ciptakan? Kenapa dia menyebut Dewi itu Helena? Apa itu namanya? Kalau suara tadi benar-benar Auto Senses, kenapa dia tahu namanya?”
Odo berpikir dan terus berpikir, mencari tahu identitas suara yang mengaku sebagai Auto Senses. Setelah memeras pikirannya sampai batas kemampuan menggunakan semua informasi yang ada, sebuah kesimpulan terlintas dalam benak Odo.
“Hilang ingatan ....?” ucapnya dengan wajah pucat. Sambil duduk dan bersandar pada batang pohon, Odo kembali berpikir dan bergumam, “Seharusnya Auto Senses hanya punya informasi apa yang aku punya saja, mustahil dia tahu yang lain karena sihir itu adalah bentuk dari insting dan refleks yang ada padaku yang pergerakannya berdasarkan informasi atau pengalaman milikku .... Hem, jadi begitu ya, Dewi itu ... apa dia menghapus ingatanku saat di tempat putih itu? Jelas saja ..., rasanya aku tidak asing dengan tempat itu ....”
Odo berkeringat dingin. Ia benar-benar gemetar ketakutan dan mempertanyakan dirinya yang sedang duduk sekarang apakah benar-benar dirinya yang sesungguhnya atau bukan. Menghapus Ingatan, dari hal itu juga keluar sebuah kemungkinan Manipulasi Ingatan. Hal seperti itu sangatlah menakutkan, terutama bagi Odo sekarang.
“Y-Yang benar saja ..., kalau aku bukan diriku ... lalu, aku apa? Kalau aku bukan aku yang waktu itu, aku juga bukan Odo Luke yang sekarang .... Apa-apaan ini, kena⸻”
Dirinya berhenti memikirkan itu, anehnya ras cemas dan bimbang yang dirasakannya beberapa detik lalu hilang seakan hanya sebuah dilema ilusi. Pikirannya tenang, setenang genangan air tanpa riak di sebuah danau.
“Ah ..., memangnya aku selabil ini ya .... Entah mengapa, ini ... terlalu gila. Tidak,mungkin aku yang mulai gila .... Sialan, perubahan macam apa ini ....”
Pada saat yang sama, dirinya mulai mengingat kenangan yang seharusnya tidak dimilikinya di tempat putih itu. Sebuah kenangan di mana dirinya berdiri dan menatap kosong ke depan, melihat ke bawah dunia yang terbakar habis dan ditemani oleh seseorang di dekatnya.
Dirinya tidak tahu persis siapa yang berdiri di dekatnya, tetapi saat mengingat momen itu tanpa tahu sebabnya Odo meneteskan air mata. Rasa yang membuat hatinya sakit tiba-tiba menikam, membutanya seakan sesak napas dan menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
arfan
496
2021-08-31
0
Ara Setiawan
y
2021-03-18
0
꧁Dyrant꧂⟵(o_O) 👌
Auto Sense is Alter Ego
2020-10-09
2