Yang saya katakan!
Franklin memang tolol!
Saya tidak ingin melihat dia bergaul dengan gadis itu. Franklin masih kekanak-kanakan!
Tak punya akal!
’Saya akan memberinya pesangon tiga bulan gaji, bila kauinginkan,’ kata saya. ’Tetapi dia harus pergi. Saya tidak mau melihatnya di rumah ini sehari lagi.’ Itulah untungnya orang sakit kaum pria takkan bisa berdebat dengan Anda. Franklin menuruti apa yang saya katakan dan gadis itu pun meninggalkan rumah ini. Pergi seperti seorang martir, saya kira dengan sikap manis dan tabah!”
”Jangan terlalu emosi, Nyonya. Tidak baik untuk Anda.”
Lady Clarke membuat isyarat dengan tangannya agar Suster Capstick pergi.
”Kau sama dungunya dengan gadis itu dan yang lain-lainnya.”
”Oh! Lady Clarke, jangan berkata begitu. Saya rasa Miss Grey seorang gadis yang baik wajahnya amat romantis, seperti seorang tokoh novel.”
”Saya tidak bisa sabar dengan kalian semua,” kata Lady Clarke lemah.
”Dia sudah pergi sekarang, Nyonya. Sudah Pergi.”
Lady Clarke menggeleng, lemah dan tidak sabaran,
tetapi dia tidak menjawab.
Poirot berkata, ”Mengapa Anda mengatakan Miss Grey pendusta?”
”Sebab dia memang pendusta. Dia mengatakan pada Anda tidak ada orang asing yang datang ke rumah, bukan?”
”Ya.”
”Baiklah, kalau begitu. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri melalui jendela ini berbicara dengan orang yang sama sekali asing di tangga pintu depan.”
”Kapan?”
”Pagi-pagi pada hari Car meninggal kira-kira pukul sebelas.”
”Bagaimana rupanya laki-laki itu?”
”Orangnya biasa saja. Tak ada yang istimewa.”
”Seorang pria terhormat atau seorang pedagang?”
”Bukan seorang pedagang. Dia tampak lusuh. Saya tak ingat lagi.”
Tiba-tiba saja di wajahnya tampak getaran rasa sakit.
”Maaf silakan Anda pergi sekarang saya agak letih. Suster”
Kami menuruti isyarat itu dan segera beranjak pergi.
”Cerita luar biasa,” kataku pada Poirot, di tengah perjalanan kembali ke London. ”Tentang Miss Grey dan orang asing itu.”
”Betul bukan, Hastings? Seperti yang kukatakan padamu: selalu saja ada sesuatu yang terungkap.”
”Mengapa gadis itu berdusta dan mengatakan dia tidak melihat siapa pun?”
”Aku dapat memberikan tujuh alasan yang berbeda salah satunya sangat sederhana.”
”Kau menghinaku, ya?” kataku.
”Mungkin, sebuah undangan untuk menggunakan kecerdikan akalmu. Namun kita tak perlu bersusah-susah. Cara paling mudah untuk menjawab pertanyaan itu adalah bertanya kepadanya.”
”Dan seandainya dia berdusta pada kita.”
”Pasti akan menarik menandakan ada sesuatu yang tidak senonoh terjadi.”
”Rasanya terlalu berlebihan menduga seorang gadis seperti dia mau bersekongkol dengan seorang pria gila.”
”Tepat sekali karenanya aku tak menduga seperti itu.”
Aku merenung beberapa saat lagi.
”Seorang gadis cantik mendapat kesulitan karena kecantikannya,” ujarku akhirnya, sambil mendesah.
”Du tout buang semua. Buanglah pikiran semacam itu dari benakmu.”
”Tapi memang begitu, kan?” aku berkeras.
”Semua orang memusuhinya hanya karena dia cantik.”
”Betises omong kosong, Kawan.
Siapa yang memusuhinya di Combeside?
Sir Carmichael?
Franklin?
Suster Capstick?”
”Yang pasti Lady Clarke membencinya.”
”Mon ami, kau begitu murah hati terhadap gadis-gadis muda yang cantik. Sedangkan aku bersimpati pada wanita tua yang sakit. Mungkin Lady Clarke lah orang yang terbuka matanya dan suaminya, Mr. Franklin Clarke, dan Suster Capstick justru orang- orang yang buta seperti kelelawar dan juga Kapten Hastings...
”Sadarilah, Hastings, bahwa dalam peristiwa biasa, ketiga drama yang berbeda itu takkan pernah bersinggung an satu dengan lainnya. Ketiganya akan berlangsung
tanpa dipengaruhi yang lain. Aku tak pernah berhenti tertarik pada perubahan dan kombinasi kehidupan, Hastings.”
”Ini Paddington,” hanya itulah jawaban yang kuberikan.
Aku merasa sudah saatnya seseorang membuktikan bahwa orang yang merasa diri penting itu sebenarnya tidak ada apa-apanya.
Sesampainya di Whitehaven Mansions kami diberitahu bahwa ada seorang pria yang menunggu Poirot.
Dugaanku adalah Franklin, atau Japp, namun dengan heran kudapati bahwa Donald Fraser lah orangnya.
Dia tampak amat malu dan kecanggungannya mengungkapkan sesuatu semakin kentara.
Poirot tidak mendesaknya untuk langsung mengemukakan maksud kedatangannya, tetapi malahan menawarkan sandwich dan segelas anggur. Sebelum hidangan itu muncul Poirot memonopoli pembicaraan, dan menerangkan dari mana kami tadi, mengungkapkan rasa ibanya terhadap wanita yang sakit itu.
Setelah kami selesai makan sandwich dan meneguk anggur, barulah Poirot mengalihkan pokok pembicaraan.
”Anda dari Bexhill, Mr. Fraser?” ”Ya.”
”Berhasil dengan Milly Higley?”
”Milly Higley? Milly Higley?” Fraser mengulang nama itu dengan bingung. ”Oh, gadis itu! Tidak, saya belum melakukan apa-apa di sana. Hm”
Dia diam. Tangannya diremas-remasnya dengan gugup.
”Saya tidak tahu mengapa saya menemui Anda,” katanya.
”Saya mengerti,” ujar Poirot.
”Anda tidak mengerti. Bagaimana Anda bisa mengerti?”
”Anda menemui saya karena ada sesuatu yang harus Anda ceritakan kepada seseorang. Anda benar. Sayalah orang yang harus Anda temui.
Berbicaralah!”
Sikap Poirot yang meyakinkan itu membawa hasil. Fraser memandangnya dengan sikap aneh, tetapi ada rasa lega untuk menurutinya.
”Anda pikir demikian?”
”Parbleau betul, saya yakin akan hal itu.” ”Mr. Poirot, tahukah Anda mengenai mimpi?”
Ternyata dia mengemukakan sesuatu yang sama sekali tak kuduga.
Namun Poirot sama sekali tidak tampak kaget. ”Saya tahu,” jawabnya. ”Anda bermimpi?”
”Ya. Pasti Anda akan mengatakan wajar saja bila saya bermimpi tentang peristiwa itu. Tetapi ini bukan mimpi biasa.”
”Bukan?”
”Sudah tiga hari berturut-turut saya mendapat mimpi yang sama, Tuan... Saya rasa saya bisa gila...”
”Ceritakanlah pada saya”
Wajah laki-laki itu pucat. Matanya membelalak.
Bahkan sebenarnya dia tampak gila.
”Selalu sama. Saya berada di pantai. Mencari Betty. Ia hilang—hanya hilang. Anda mengerti, bukan? Saya
harus menemukannya. Saya harus memberikan ikat pinggangnya. Saya membawanya. Kemudian”
”Ya?”
”Mimpi itu berubah... Saya tidak lagi mencari. Dia berada di sana, di depan saya duduk di pantai. Dia tidak melihat saya datang oh, saya tak dapat ”
”Teruskanlah.”
Suara Poirot berwibawa tegas.
”Saya mendekatinya dari belakang... Dia tidak mendengar saya... saya mengalungkan ikat pinggang itu ke lehernya dan menariknya oh menariknya...”
Penderitaan dalam suaranya sungguh mengerikan... aku memegangi lengan kursiku... Seakan itu kejadian nyata.
”Dia tercekik... Dia mati... saya telah mencekiknya lalu kepalanya terkulai ke belakang dan saya melihat wajahnya... dan ternyata itu Megan bukan Betty!”
Laki-laki itu bersandar, pucat dan gemetar. Poirot menuangkan segelas anggur lagi dan memberikan padanya.
”Apa artinya semua itu, Mr. Poirot?
Mengapa mimpi itu mengganggu saya? Setiap malam...?”
”Minumlah anggur Anda,” desak Poirot.
Pemuda itu minum, lalu dia bertanya dengan suara yang lebih tenang, ”Apa artinya? Saya , saya tidak membunuhnya, bukan?”
Aku tidak tahu apa jawaban Poirot, karena pada saat itu aku mendengar ketukan tukang pos dan otomatis aku meninggalkan ruangan itu.
Apa yang kuambil dari kotak pos melenyapkan rasa
ingin tahuku akan ungkapan hati Donald Fraser yang luar biasa itu.
Aku bergegas kembali ke ruang duduk.
”Poirot,” teriakku. ”Sudah datang. Surat yang keempat.”
Dia bangkit, merebutnya dariku, mengambil pisau pembuka kertas dan membukanya. Dia membentangkannya di atas meja.
Kami bertiga membacanya bersama.
^^^Masih tidak berhasil? ^^^
^^^Memuakkan! Memalukan! ^^^
^^^Apa yang Anda dan polisi lakukan? ^^^
^^^Yah, yah, bukankah ini menyenangkan? ^^^
^^^Dan ke mana lagi sebaiknya kita pergi mencari mangsa?^^^
^^^Mr. Poirot yang malang. Saya sungguh iba pada Anda.^^^
^^^Bila mula-mula Anda tidak berhasil, coba, coba, coba lagi.^^^
^^^Jalan yang kita tempuh masih panjang. ^^^
^^^Tipperary? ^^^
^^^Belum, masih terlalu jauh.^^^
^^^ Huruf T.^^^
^^^Insiden kecil berikutnya akan terjadi di Doncaster, pada tanggal 11 September.^^^
^^^Sampai jumpa,^^^
^^^ABC^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
ˢᶠ︎ᬊ᭄❀ anon
,
2022-08-06
3
𝐀⃝🥀ᴍᴀᷟᴄᷧᴇᷱ_ᴠᷧʜᷢɪɴᴀ
HHMMM
2022-08-04
2