”Tentu kita tidak dapat mengharapkan banyak kemajuan, tapi adanya cara pengobatan baru dapat meringankan penderitaannya. Dokter Logan cukup puas dengan keadaannya.”
”Tetapi benarkah bahwa dia takkan pernah dapat disembuhkan?”
”Oh, kita takkan boleh berkata seperti itu,” kata Suster Capstick, agak kaget dengan pembicaraan yang terang-terangan begini.
”Saya rasa kematian suaminya telah membuatnya amat shock.”
”Yah, Mr. Poirot, bila Anda mengerti keadaannya, bagi Lady Clarke segalanya terasa kabur, jadi walaupun dia merasa shock, pasti amat berbeda dengan mereka yang sehat dan mempunyai kemampuan untuk berpikir baik.”
”Maafkan pertanyaan saya, tetapi apakah hubungan dengan suaminya amat dekat?”
”Oh ya, mereka pasangan yang amat harmonis. Suaminya amat mengkhawatirkan dirinya, kasihan laki-laki itu. Bagi seorang dokter, lebih terasa lagi pengaruhnya. Mereka tidak dapat menipu diri sendiri dengan harapan kosong. Saya rasa keadaan ini pada mulanya amat menyiksa pikirannya.”
”Pada mulanya? Akhir-akhir ini tidak lagi?”
”Lama-lama orang pasti akan terbiasa, bukan? Lalu Sir Carmichael sibuk dengan koleksinya. Hobi merupakan hiburan besar bagi seorang pria. Kadang- kadang dia menghadiri lelang, kemudian dia dan Miss Grey akan sibuk membuat katalog baru dan mengatur kembali museum itu dengan sistem baru.”
”Oh, ya Miss Grey. Dia sudah pergi, bukan?” ”Ya sayang sekali tetapi wanita memang suka membayangkan yang bukan-bukan bila sedang sakit. Dan tak ada gunanya berdebat dengannya. Lebih baik mengalah. Miss Grey telah melakukan hal yang bijak- sana dalam hal ini.”
”Apakah Lady Clarke sudah lama tidak menyukainya?”
”Tidak itu pun sebenarnya bukan tidak suka. Bah- kan, saya rasa pada mulanya Lady Clarke menyukainya.
Maaf, saya tidak boleh terlalu lama bergunjing dengan Anda. Pasien saya akan bertanya-tanya di mana kita.” Suster Capstick mengantar kami ke atas, ke sebuah kamar di lantai dua. Ruang yang dulunya dipakai sebagai kamar tidur, telah diubah fungsinya sebagai ruang duduk yang tampak cerah.
Lady Clarke sedang duduk di sebuah kursi besar dengan sandaran tangan, di dekat jendela. Tubuhnya kurus kering, dan wajahnya tampak cekung kelabu karena sakit yang dideritanya. Pandangannya jauh menerawang, seperti melamun, dan kuperhatikan pupil matanya yang tidak bercahaya dan tidak hidup.
”Ini Mr. Poirot yang ingin Anda jumpai,” ujar Suster Capstick dengan suaranya yang tinggi dan riang.
”Oh, ya, Mr. Poirot.” Kata-kata Lady Clarke terdengar kabur.
Dia mengulurkan tangan.
”Teman saya Kapten Hastings, Lady Clarke.”
”Apa kabar? Saya senang Anda berdua sudah datang.”
Kami duduk menuruti isyaratnya yang tidak jelas.
Hening beberapa saat. Lady Clarke rupanya terbawa ke alam impian.
Tetapi dengan sedikit kekuatan, wanita itu segera sadar kembali.
”Mengenai Car, bukan? Mengenai kematian Car. Ya, ya.”
Dia mendesah, namun masih dalam sikap seperti melamun, lalu menggeleng.
”Kami tidak pernah berpikir akan terjadi yang sebaliknya... Saya begitu yakin sayalah yang akan mati terlebih dulu...” Dia merenung sebentar. ”Car amat kuat sungguh kuat dan sehat untuk orang seumur dia. Dia tidak pernah sakit. Umurnya hampir enam puluh tetapi dia tampak seperti masih berumur lima puluh... Ya, amat kuat...”
Dia kembali ke alam mimpinya. Poirot mengerti tentang berbagai pengaruh obat bius dan bagaimana obat itu membuat peminumnya berada dalam alam yang seakan tak berbatas. Oleh karena itu Poirot diam saja.
Sekonyong-konyong Lady Clarke berkata, ”Ya saya senang Anda datang. Saya mengatakan pada Franklin. Katanya dia takkan lupa menyampaikannya pada Anda. Saya berharap Franklin tidak akan bertindak bodoh...
Dia begitu mudah tertipu, walaupun telah menjelajahi hampir seluruh dunia. Laki-laki memang begitu...
Mereka tetap seperti anak-anak... Khususnya Franklin.”
”Tindakannya selalu impulsif,” ujar Poirot.
”Ya, ya... Dan amat baik hati. Laki-laki memang
tolol dalam hal ini. Bahkan Car pun” Suaranya tiba- tiba terputus.
Lady Clarke menggeleng dengan ketidaksabaran yang memuncak.
”Segalanya begitu kabur... Hidup ini sulit, Mr. Poirot, terutama bila Anda sedang jaya. Orang menjadi lupa daratan tidak peduli lagi apakah bencana dapat ditunda atau tidak yang lain tak ada artinva sama sekali.”
”Saya mengerti, Lady Clarke. Itulah salah satu tragedi kehidupan ini.”
”Mengapa saya jadi begini tolol? Saya bahkan tidak dapat mengingat apa yang mau saya katakan pada Anda.”
”Apakah mengenai kematian suami Anda?”
”Kematian Car?
Mungkin begitu... Gila, makhluk yang malang, maksud saya pembunuh itu. Semua keributan dan gerak cepat di zaman ini membuat orang tidak bisa tahan. Saya selalu iba pada orang- orang gila mungkin kepala mereka terasa aneh. Lalu pasti tidak menyenangkan kalau disekap. Tetapi apa yang dapat kita perbuat?
Bila mereka membunuh orang...
”Dia menggeleng pelan dan hati-hati".
”Anda belum menangkapnya?”
”Belum.”
”Pasti dia berkeliaran di sekitar tempat ini pada hari itu.”
”Ada banyak orang asing yang mondar-mandir, Lady Clarke. Bukankah waktu itu musim liburan?”
”Betul saya lupa... Tetapi mereka hanya tinggal di pantai, mereka tidak pergi sampai ke dekat rumah.”
”Tak ada orang asing yang datang ke rumah pada hari itu.”
”Siapa bilang?” tukas Lady Clarke dengan semangat yang tiba-tiba timbul.
Poirot kelihatan agak terperanjat.
”Pelayan-pelayan itu,” ujar sahabatku. ”Miss Grey.”
Lady Clarke berkata dengan amat jelas, ”Gadis itu pendusta!”
Aku kaget sampai terlompat dari kursiku. Poirot melemparkan pandangan ke arahku. Lady Clarke melanjutkan, kini bicaranya agak berapi-api.
”Saya tidak menyukainya. Saya tak pernah menyukainya. Car pikir gadis itu segalanya di dunia ini. Car suka mengatakan bahwa gadis itu hanya seorang yatim-piatu dan hidup sebatang kara. Apa salahnya menjadi yatim-piatu?
Kadang-kadang itu malah merupakan berkat yang tersembunyi. Kadang-kadang ada orang yang mempunyai ayah dan ibu pemabuk lalu dengan begitu jadi punya alasan untuk mengeluh. Car mengatakan gadis itu sangat tabah dan mampu bekerja dengan baik! Memang benar hasil kerjanya selalu memuaskan! Tetapi saya tak yakin berdasarkan apa dia bisa disebut tabah!”
”Jangan terlalu emosi, Nyonya,” kata Suster Capstick menyela pembicaraan. ”Kami tidak boleh membuat Anda lelah.”
”Saya segera menyuruhnya berbenah! Franklin bersikap tidak sopan pada saya dengan mengatakan bahwa gadis itu bisa menghibur saya. Menghibur saya?!
Lebih cepat saya tidak melihatnya lebih baik itulah yang saya katakan!
Franklin memang tolol!
Saya tidak ingin melihat dia bergaul dengan gadis itu. Franklin masih kekanak-kanakan!
Tak punya akal!
’Saya akan memberinya pesangon tiga bulan gaji, bila kauinginkan,’ kata saya. ’Tetapi dia harus pergi. Saya tidak mau melihatnya di rumah ini sehari lagi.’ Itulah untungnya orang sakit kaum pria takkan bisa berdebat dengan Anda. Franklin menuruti apa yang saya katakan dan gadis itu pun meninggalkan rumah ini. Pergi seperti seorang martir, saya kira dengan sikap manis dan tabah!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
ˢᶠ︎ᬊ᭄❀ anon
hhmm
2022-08-06
3
𝐀⃝🥀ᴍᴀᷟᴄᷧᴇᷱ_ᴠᷧʜᷢɪɴᴀ
GREGETAN
2022-08-04
2