16. Poirot Berpidato I

Franklin Clarke tiba pada jam tiga sore keesokan harinya dan langsung membicarakan pokok persoalan tanpa berbelit-belit.

”Mr. Poirot,” katanya, ”saya tidak puas.”

”Kenapa tidak, Mr. Clarke?”

”Saya tidak meragukan kemampuan Crome sebagai perwira yang efisien, tetapi terus terang dia mengecewakan saya. Sikapnya seakan dia yang paling tahu! Saya telah mengisyaratkan pikiran saya kepada teman Anda ini pada saat berada di Churston, tetapi banyak urusan saudara saya yang harus saya selesaikan dan saya bahkan sampai kini belum dapat bebas dari urusan ini. Menurut pendapat saya, Mr. Poirot, kita harus bertindak cepat”

”Persis seperti apa yang selalu dikatakan Hastings!”

”tetapi segeralah bertindak. Kita harus siap menghadapi kejahatan berikutnya.”

”Jadi menurut Anda akan ada kejahatan berikutnya?”

”Menurut Anda tidak?” ”Tentu saja.”

”Baiklah, kalau begitu. Saya akan bersiap-siap.” ”Katakanlah apa sebetulnya gagasan Anda.”

”Saya sarankan, Mr. Poirot, agar dibentuk semacam pasukan khusus yang bekerja di bawah pengawasan Anda terdiri atas teman-teman dan keluarga para korban yang terbunuh.”

”Une bonne ide-ide yang bagus!”

”Saya senang Anda setuju. Dengan bekerja sama saya rasa kita akan mendapat hasil. Dan juga, apabila peringatan berikutnya datang dan kita berada di tempat, salah satu di antara kita mungkin memergoki orang yang berada di dekat tempat kejahatan yang baru terjadi.”

”Saya mengerti gagasan Anda dan saya setuju, tetapi Anda harus ingat, Mr. Clarke, bahwa keluarga dan teman-teman korban, yang lainnya datang dari lingkup amat berbeda dari lingkup kehidupan Anda. Mereka adalah kaum pekerja dan meskipun mereka dapat mengambil cuti pendek”

Franklin Clarke memotong pembicaraan.

”Memang betul begitu. Saya satu-satunya orang yang dapat menanggung biayanya. Bukan karena saya kaya, tetapi saudara saya meninggalkan harta yang tidak sedikit dan tentunya kekayaan ini akan menjadi milik saya. Saran saya seperti yang tadi saya katakan, yaitu membentuk semacam pasukan khusus yanganggotanya digaji sama seperti jumlah yang biasa mereka terima kalau bekerja. Tentu saja dengan tambahan tunjangan sekadarnya.”

”Saran Anda, siapa yang sebaiknya membentuk pasukan ini?”

”Saya sudah memikirkannya. Bahkan sebetulnya saya sudah menulis surat kepada Miss Megan Barnard sebenarnya sebagian merupakan gagasannya. Saya sarankan diri saya sendiri, Miss Barnard, dan Mr. Donald Fraser, bekas tunangan gadis korban itu. Lalu ada lagi seorang keponakan wanita Andover itu Miss Barnard tahu alamatnya. Saya rasa suaminya tidak akan dapat membantu kita, saya dengar dia sering mabuk. Saya juga berpendapat keluarga Barnard, ayah dan ibunya sudah lanjut usia untuk gerakan seaktif ini.”

”Tak ada yang lain lagi?” ”Hm Miss Grey.”

Wajahnya memrah pada waktu mengucapkan nama itu.

”Oh! Miss Grey?”

Tak ada seorang pun di dunia ini kecuali Poirot, yang dapat lebih mahir mengucapkan sebuah ironi selembut itu dalam dua kata saja. Franklin Clarke mendadak jadi lebih muda kira-kira tiga puluh lima tahun. Tiba-tiba dia tampak seperti seorang anak sekolah yang pemalu.

”Ya. Miss Grey telah bekerja pada saudara saya lebih dari dua tahun. Dia mengenal daerah itu dan orang-orang yang tinggal di sana. Saya sudah pergi dari situ selama satu setengah tahun.”

Poirot menyayangkan hal itu dan membelokkan percakapan

”Anda pergi ke Timur? Ke Cina?”

”Betul. Saya memimpin semacam regu penjelajah untuk membeli barang-barang yang diinginkan saudara saya.”

”Pasti amat menarik. Eh bien, Mr. Clarke, saya amat setuju dengan gagasan Anda. Baru kemarin saya mengatakan pada Hastings bahwa diperlukan rapproche­ kerja sama dari orang-orang yang ’terlibat’! Kita perlu menghimpun semua kenangan, memperbandingkan catatan enfin dan akhirnya membicarakan masalahnya untuk berbincang, berbincang, dan berbincang lagi. Dari satu kalimat sederhana mungkin akan didapatkan titik terang.”

Beberapa hari kemudian ”Pasukan Khusus” itu bertemu di kamar Poirot.

Mereka duduk berkeliling, memandang patuh kepada Poirot yang duduk di ujung meja, seperti ketua dalam pertemuan pengurus. Aku melewati mereka, memperhatikan kembali, sambil menegaskan atau mengubah kesan pertamaku mengenai mereka.

Ketiga gadis itu memiliki daya tarik sendiri-sendiri

kecantikan hora Grey dengan kulitnya yang luar biasa putih;

sikap murung Megan Barnard, dengan wajahnya yang kaku tanpa ekspresi seperti orang Indian;

Mary Drower, dengan jas dan rok hitamnya yang rapi dan wajahnya yang manis serta cerdas.

Dari kedua laki-laki,

Franklin Clarke, tinggi besar, cokelat terbakar matahari, dan banyak bicara, sedangkan

Donald Fraser, mantap dan tenang, amat kontras satu dengan yang lain.

Poirot tentunya tak dapat mengelakkan situasi dan terpaksa membuat satu pidato singkat.

”Mesdames dan Messieurs, Anda semua tahu tujuan kita berkumpul di sini. Polisi sedang berusaha sekuat tenaga untuk menangkap si pembunuh. Juga saya, dengan cara saya sendiri. Namun, menurut saya, gabungan orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengan soal ini dan pula yang mengenal para korban secara pribadi dapat membawa hasil yang bahkan tidak dapat dicapai melalui penyelidikan luar. ”Di sini ada tiga pembunuhan seorang wanita tua, seorang gadis muda, dan seorang laki-laki setengah baya. Hanya satu hal yang menghubungkan ketiga orang ini kenyataan bahwa orang yang sama telah membunuh mereka. Itu berarti orang yang sama hadir di tiga tempat yang berbeda dan pernah dilihat oleh orang banyak. Bahwa dia seorang gila dengan kegilaan pada stadium lanjut, sudah kita ketahui bersama. Bahwa penampilan dan sikapnya tidak mengungkapkan kenyataan tersebut, sudah dapat dipastikan. Orang ini walaupun saya menganggapnya seorang laki­-laki, harap diingat bahwa mungkin saja dia seorang perempuan yang mempunyai kelicinan iblis gila. Sampai saat ini dia berhasil menghilangkan jejaknya sama sekali. Polisi memiliki beberapa petunjuk yang masih samar-samar,

tetapi mereka tidak dapat bertindak berdasarkan itu. ”Namun demikian, pasti ada petunjuk-petunjuk

yang pasti dan tidak kabur. Misalnya, pembunuh ini tiba di Bexhill sebelum tengah malam dan di pantai

dengan mudah dia mendapatkan seorang gadis muda dengan nama yang dimulai dengan huruf B”

”Apakah kita harus memperbincangkan hal itu?”

Itu tadi Donald Fraser yang berbicara rupanya kata-kata itu terlontar dari tekanan batin yang amat dalam.

”Kita perlu mendalami setiap kenyataan, Monsieur,” ujar Poirot, menoleh kepadanya. ”Anda berada di sini tidak untuk menekan perasaan Anda dengan menolak berpikir secara detail, namun kalau perlu aufond justru menggalinya sampai ke dasar. Jadi, seperti yang saya katakan, bukanlah kesempatan yang membuat ABC berhasil membunuh Betty Barnard. Pasti dia sudah melakukan seleksi dengan sengaja dan dengan demikian pembunuhan itu sudah direncanakan terlebih dahulu. Jadi, dia pasti sudah menjajaki daerah itu sebelumnya. Ada fakta-fakta yang ingin diketahuinya. Saat paling baik untuk melaksanakan pembunuhan di Andover, mise en scene tempat terjadinya pembunuh- an di Bexhill, kebiasaan-kebiasaan Sir Carmichael Clarke di Churston. Sebab itu saya tidak percaya bila tidak ada petunjuk bila tak ada tanda-tanda sedikit pun yang dapat membantu menentukan identitasnya.

”Saya rasa satu di antara Anda, atau mungkin Anda semua, mengetahui sesuatu tetapi Anda tidak sadar kalau Anda tahu.

”Cepat atau lambat, dengan makin akrabnya hubungan Anda satu sama lain, sesuatu akan makin jelas, makin kelihatan artinya, meskipun sekarang kita belum tahu apa sesuatu itu. Seperti jigsaw puzzle, masing-masing Anda memiliki sepotong gambar yang kelihatan­ nya tak berarti, namun bila digabungkan dapat menun­ jukkan satu bagian tertentu dari gambar itu.”

”Kata-kata!” tukas Megan Barnard.

”Apa?” Poirot menatapnya penuh tanda tanya. ”Apa yang baru saja Anda katakan hanyalah kata-kata. Tidak berarti apa-apa.”

Megan berbicara dengan sikap murung. Nadanya terdengar getir, sehingga aku berkesimpulan bahwa memang begitulah ciri khas kepribadiannya.

”Kata-kata, Mademoiselle, hanyalah kulit luar sebuah gagasan.”

”Yah, saya pikir itu masuk akal,” ujar Mary Drower. ”Sungguh, Nona. Sering kali bila Anda membicarakan masalahnya, barulah Anda bisa melihat dengan jelas apa yang sebetulnya ingin Anda ketahui. Otak Anda kadang-kadang membuat kesimpulan sendiri tanpa Anda sadari. Perbincangan membuat kita mengerti banyak hal dengan berbagai cara.”

”Jika kita ingat pepatah, ’makin sedikit dibicarakan makin cepat sembuh luka di hati’ maka yang harus kita lakukan adalah sebaliknya,” kata Franklin Clarke.

”Bagaimana pendapat Anda, Mr. Fraser?”

”Saya agak meragukan penerapan praktis dari ucap- an Anda, Mr. Poirot.”

”Bagaimana denganmu, hora?” tanya Clarke. ”Saya rasa prinsip bahwa setiap masalah harus dibicarakan itu baik sekali.”

”Bagaimana kalau Anda semua mengungkapkan ingatan Anda masing-masing akan kejadian-kejadian sebelum pembunuhan?” usul Poirot. ”Mungkin Anda bisa mulai, Mr. Clarke.”

Terpopuler

Comments

ˢᶠ︎ᬊ᭄❀ anon

ˢᶠ︎ᬊ᭄❀ anon

.

2022-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!