Dimalam hari, repsesi malam hari ini telah dilaksanakan. Para tamu terus berdatangan, membuat kedua pengantin dilanda kelelahan. Bagaimana tidak, jika pagi tadi sampai menjelang malam, mereka belum sempat istirahat sejenak. Bahkan mulut mereka berdua mulai kering akibat terus tersenyum pada para tamu yang entah berapa jumlahnya itu.
Zeen terus menampilkan senyum paksanya, yang padahal didalam hatinya terus mengerutu kesal dengan repsesi pernikahan yang tak segera usai itu. Beda halnya dengan Yuna, Yuna yang memang merasakan kelelahan itu masih bisa menampilkan senyum manisnya, seolah ia tengah sangat bahagia pada malam itu. Dirinya saat ini sudah mencoba untuk menerima takdir yang diberikan tuhan kepadanya itu, Yuna mencoba ikhlas dan menerimanya dengan sepenuh hati.
Santi, yang tak berada jauh dari sepasang pengantin itu, tersenyum melihat wajah cantik sang cucu telah menikah dihadapanya. Ia begitu senang jika harapan terakhirnya terkabul, yaitu bisa melihat cucunya naik keatas pelaminan.
"Tugas terakhirku sudah selesai... Cucuku sudah menikah. Dia... Cucu kesayanganku, yang aku besaran dengan kasih sayang ku sendiri. Sekarang aku lebih tenang jika aku melepasnya sekarang juga..." ucap Santi dengan suara lirihnya.
"Ibu..." Winda yang berada tepat disamping Santi itu, merengkuh bahu sang mertua dengan perasaan sendu. Ia sangat sedih merasakan jika tubuh sang mertua begitu kurus dan rapuh, tak seperti saat ia bertemu dengannya ketika ia menjadi menantu pertama dikeluarga Santi itu.
Santi mengelus lembut tangan menantunya, "Tolong jaga dia... Jika aku sudah tidak ada disini ya Winda..." tutur Santi, tak lupa dengan senyum tulusnya.
Winda mengeleng. "Jangan bicara seperti itu ibu... Umur ibu masih panjang ya... Karena cucu ibu belum melahirkan buyut ibu. Jadi ibu belum bisa pergi." jelas Winda, yang saat ini tengah berusaha untuk membendung air matanya.
Santi terkekeh mendengar itu, "Jika sang maha pencipta berkehendak. Maka pasti ibu akan bisa melihat buyut ibu itu." ucapnya.
"Winda selalu berdoa... Jika ibu akan selalu bersama kami. Hidup bahagia bersama anak dan cucu-cucu nenek." ujar Winda mulai mengurai pelukannya itu.
"Amin..." jawab Santi tersenyum, ia lalu menatap kembali cucunya yang masih sibuk menyambut tamu itu.
"Yuna... Semoga cucu nenek bahagia selalu, bersama dengan keluarga barumu. Nenek berdoa dimasa depan nanti, kamu tak akan pernah merasakan kesedihan lagi." gumam Santi berucap tulus. Tanda diduga pandangan Santi mulai meredup, ia tak bisa melihat begitu jelas keadaan sekitar, terakhir yang ia lihat adalah sang cucu yang berteriak histeris menghampirinya.
Winda yang berada tepat disamping sang mertua itu, mulai panik mendapati Santi yang tergeletak tak sadarkan diri tepat dipangkuannya.
"Ibu! Ibu.... Ibu bangunlah..." teriak Winda mengguncang tubuh Santi.
"Nenek...." teriak Yuna, berlari menghampiri sang nenek. Hal itu membuat semua pasang mata melihat kearahnya, dan keadaan pun mulai gaduh melihat salah satu keluarga pengantin itu pingsan ditengah-tengah acara.
"Nenek! Nenek bangun nekk... Nenek kenapa..." ucap Yuna menepuk-nepuk pipi neneknya.
"Ada apa dengan ibu?" tiba-tiba Bram Santi datang menghampiri mereka, tak lupa dengan Zeen dan kedua orangtua Zeen, ikut menghampiri mereka.
Zeen berjongkong, guna untuk memeriksa keadaan Santi diiringi dengan ia yang mulai menyentuh denyut nadi itu. "Sepertinya kita harus membawa beliau kerumah sakit, entah mengapa denyut jantungnya berdetak dengan lemah." jelas Zeen, membuat Yuna menatap kearahnya dan tiba-tiba satu air mata lolos begitu saja.
"Ada apa dengan nenek..." lirih Yuna.
"Baiklah... Kita bawa ibu kerumah sakit, Winda! Tolong siapkan mobil kita, biar aku yang mengendong ibu." ujar Bram yang mulai mengangkat tubuh Santi.
Winda menganguk, "Baiklah" ucapnya, lalu dengan langkah tergesa-gesa menuju garansi dimana mobilnya berada.
Yuna tak mau diam, ia dengan langkah cepatnya itu mengikuti pamannya. Tak perduli dengan dirinya yang masih mengenakan pakaian pengantin itu.
"Loh Yuna?" panggil Albaret ayah Zeen, sebenarnya ia ingin menyuruh Yuna dan Zeen tetap disana. Namun ia terlambat karena Yuna sudah berjalan menjauh meninggalkan acara pernikahannya.
Albaret menghela nafasnya. Ia lalu menepuk bahu putranya, "Zeen, kamu tetap disini ya... Kamu handel para tamu. Kasihan mereka, sudah datang jauh-jauh malah ditinggal." ucap Albaret menyuruh anaknya.
Zeen hanya bisa menganguk menguatkan ucapan papanya.
"Yaudah kalau gitu... Biar papa susul mereka, nanti kalau sudah selesai acaranya. Kamu tinggal menyusul bersama mama mu." jelas Albaret, lalu berjalan meninggalkan pesta itu.
Zeen menatap punggung papanya, ia lalu menghela nafas dalam. "Pernikahan yang unik tanpa sang pengantin wanita." gumamnya, lalu mengangkat kedua bahunya acuh dan berjalan kembali menaiki panggung pelaminan. Guna untuk menyambut tamu yang terjeda itu, tak lupa, ia juga harus menjelaskan keadaan barusan agar mereka tak merasa kebingungan.
🍂🍂
Disinilah Yuna, Winda dan juga Bram beserta Albaret. Tengah menunggu dikoridor rumah sakit dengan raut yang dilanda kekhawatiran, memikirkan kondisi Sinta yang terbaring lemah didalam ruang rawat itu.
"Semoga nenek baik-baik saja... Yaalah... Tolong sembuhkan nenek Yuna." gumam Yuna, sambil menyatukan kedua tangannya. Ia benar-benar sangat kali hari ini.
Winda menghampiri Yuna dan memeluk gadis itu yang masih setia dengan baju penggantinya. "Tenang ya sayang.... Kamu jangan khawatir... Nenek pasti baik-baik saja disana." ucap Winda sambil mengusap bahu Yuna, guna untuk menenangkannya walau dirinya juga merasakan kekhawatiran.
"Bagaimana dengan kepada nenek?" ucap Zeen yang baru saja tiba dari rumah sakit itu bersama dengan Vina, mamanya.
"Belum ada jawaban dari dokter, Zeen." jawab Albaret.
Zeen menganguk paham, "Yasudah... Kalian semua tenang dulu disini, biar Zeen masuk kesana dulu untuk mengecek keadaan nenek Santi." ujar Zeen, lalu masuk kedalam ruangan itu.
Sedangkan Yuna hanya diam melihat Zeen yang sudah masuk kedalam ruangan dimana sang nenek berada.
TBC.
Jangan lupa tangapannya💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Nailott
baru bahagia ,sekarang neneknyana masuk rumah sskit.
2023-09-20
0
Inru
Mampir thor....
2022-09-17
0
Aeffy
koreksi nulis kata Allah dan Tuhan dengan awalan huruf besar ya🙏🙏🙏🙏,, lanjut
2022-09-01
2