°°°°°
Pagi ini Yuna tengah menyiram tanaman bunga dihalamnnya, hari ini Yuna tengah bersantai dirumah. Karena kebetulan Yuna cuti dari kerjanya sebagai perawat dirumah sakit.
"Yuna..." panggil Santi dari dalam rumah.
Yuna menyahut. "Ya nek.." ia lalu berjalan masuk kedalam rumah, menghampiri neneknya.
Sesampainya ditempat, "Ada apa nek?" tanya Yuna.
"Sini, duduk disamping nenek." kata Santi sambil menepuk satu kursi yang ada disampingnya.
Yuna menurut, ia mendudukan diri dikursi itu. Seperti biasa, Yuna menyadarkan kepalanya dibahu Santi dan memeluknya dengan erat.
Santi yang melihat cucunya itu, mengelus kepala Yuna dengan halus. "Cucu nenek sudah besar ya..." ucap Santi dengan suara lembutnya.
Yuna mendongak. "Yuna memang terlihat besar jika dilihat dari luar nek, tapi asal nenek tau. Yuna ini masih kecil, masih pengen dimanja sama nenek." ucap Yuna dengan memeluk sayang neneknya itu.
Santi tertawa. "Uluh.. Uluh.. Uluh.. Sudah dewasa kok pengennya dimanja sama nenek."
Yuna memanyunkan bibirnya. "Biarin." ucap Yuna dengan nada manjanya.
Santi hanya mengeleng saja melihat tingkah manja cucunya itu. "Yuna... Kalo nenek minta sesuatu, Yuna mau ngabulin gak?" tanya Santi.
Yuna yang semula memeluk neneknya itu, mendongakan kepalanya menatap sang nenek. "Emang nenek mau minta apa dari Yuna?"
"Janji dulu, mau nurutin gak... Apa kata nenek?" tanya Santi menarik turunkan alisnya, membuat Yuna terkekeh pelan.
"Iya-iya... Janji, apasih yang ngak buat nenek." goda Yuna.
"Beneran yah? Awas kalo ingkar."
"Emang nenek mau minta, permintaan apa nek?" tanya Yuna penasaran.
Santi tersenyum menatap cucunya. "Nenek ingin, kamu menikah dengan pria pilihan nenek." jawab Santi, yang membuat Yuna terkejut.
"Hah? Nenek mau jodohin Yuna?"
"Bisa dibilang begitu, besok nenek mau ajak kamu kerumah laki-laki yang ingin nenek jodohkan denganmu. Jadi besok Yuna ikut ya..."
"Tapi nek... Kok dadakan banget, kenapa gak bilang-bilang sama Yuna..." rengek Yuna dengan raut lesu.
"Kan ini udah bilang."
"Ihh... Bukan itu nek, kalo dadakan gini. Yuna belum siap sama sekali." gerutu Yuna.
Santi yang melihat wajah kusut dari Yuna itu dibuat tersenyum. "Cucu nenek.. Kan tadi udah janji, mau nurutin apa kata nenek. Jadi gak boleh ingkar ya..."
"Tapi kan nek.."
"Yuna... Tolong kabulkan satu permintaan nenek ini ya... Ini adalah permintaan terakhir dari nenek, nenek ingin melihat cucu kesayangan nenek bahagia diatas pelaminan. Nenek ingin, disisa hidup nenek ini, ingin melihat cucu nenek menikah agar nenek tenang untuk melepas kamu nanti. " ucap Santi kembali mengelus rambut Yuna.
"Nek... Jangan bilang begitu, nenek udah janji untuk selalu nemenin Yuna. Sampai Yuna sukses nanti, nenek gak boleh pergi duluan... Kalo nenek pergi Yuna bakal ikut." ucap Yuna kembali memeluk erat tubuh neneknya, matanya mulai berkaca-kaca membayangkan jika sang nenek tak akan ada disampingnya lagi.
"Yuna... Nenek sudah tua, ada saatnya dimana nenek akan dipanggil oleh sang maha pencipta. Kamu masih muda, masih panjang untuk Yuna meraih kebahagian dimasa depan. Nenek ingin cucu nenek ini, menjalani hidupnya dengan merasakan bahagia." tutur Santi.
"Pokoknya nenek gak boleh pergi." ucap Yuna lirih, ia sekuat tenaga menahan tangisnya.
Santi mengangkat wajah Yuna, dan kembali menatapnya. "Janji sama nenek, Yuna harus hidup bahagia. Apapun rintagannya Yuna jangan merasa frustrasi, nenek ingin melihat cucu nenek bahagia. Jika Yuna bersedih maka nenek ini juga akan ikut bersedih." ucap Santi, tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. Membuat Yuna langsung terkejut.
"Nenek... Kok nangis.. Jangan nangis ya?" Yuna mengusap air mata itu, ia tak tega melihat neneknya menangis.
"Janji dulu sama nenek, Yuna mau mengikuti apa kata nenek ya?" mohon Santi.
Yuna menganguk pasrah. "Iya Yuna janji, Yuna akan ikuti apa kata nenek. Yuna juga mau dijodohin sama pria yang dipilihkan oleh nenek."
Santi tersenyum mendengarnya, "Makasih ya nduk... Kamu cucu nenek yang sangat nenek sayangi."
"Yuna juga..." jawab Yuna memeluk erat tubuh sang nenek yang sudah sangat rapuh itu.
🍂🍂
Dikediaman Albaret, Zeen yang baru saja satu hari tiba dijakarta itu, dibuat kesal oleh permintaan papanya itu.
"Pah.. Zeen gak mau dijodohin, Zeen punya pilihan sendiri. Zeen punya pacar, dan pacarku itu yang akan jadi istriku nanti." ucap Zeen dengan raut yang sudah marah.
"Zeen... Tolong turuti apa kata papa, papa ingin kamu menikah dengan wanita pilihan papa. Asal kamu tau Zeen, neneknya itu sudah berjasa bagi keluarga kita, jika tak ada beliau. Kita pasti tak akan bisa merasakan hidup mewah seperti ini." tekan Albaret orangtua Zeen.
"Wah... Berarti papa ngejodohin Zeen, hanya karena balas budi dong?" tanya Zeen tak habis pikir.
"Pah... Walau papa maksa, Zeen tetep nolak perjodohan ini." tekan Zeen, lalu bangkit dari duduknya, ingin pergi dari tempat itu.
"Pah.. Jangan paksa anaknya dong, kalo dia gak mau yaudah..." tutur Vina, istri Albaret.
"Gak bisa gitu mah..."
"Zeen!" panggil Albaret sedikit berteriak. "Jika kamu tak mau nurut apa kata papa, maka semua fasilitas kamu papa cabut! Dan kamu tidak akan pernah bisa bekerja lagi dirumah sakit papa. Ingat itu." tekan Albaret dengan suara tegasnya.
Zeen menghentikan langkahnya, ia lalu menghela nafas. "Hahhh... Sial banget sih hidupku." kesal Zeen.
"Zeen!" teriak Albaret.
"Iya-iya, Zeen mau!" jawab Zeen pasrah.
Albaret tersenyum senang. "Nah gitu dong, itu baru anaknya papa."
Zeen hanya bisa mendengus kesal, dan melanjutkan lagi langkahnya. Hari ini ia benar-benar lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
TBC.
Jangan lupa tangapannya guys🐿️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Nailott
jngn2 yuna yg dijodohkan papamya.
2023-09-19
0
YouTrie
Bagus ceritanya kak
2022-11-16
0
auliasiamatir
gak sadar perjodohannya malah. ijin Yuna menderita nanti nya
2022-10-10
1