Selama perjalanan pulang, keadaan dimobil itu hening tak ada yang memulai percakapan. Santi yang begitu lelah, tertidur dan menyandar dibahu Yuna. Sedangkan Yuna, ia hanya diam seperti ada yang tengah dipikirkannya.
Tiba-tiba mobil berhenti, ternyata melamun membuatnya tak menyadari jika ia sudah sampai dikediaman pamannya. Yuna menepuk bahu Santi dengan pelan.
"Nek... Bangun nek... Kita sudah sampai." ucap Yuna.
Santi membuka matanya, "Kenapa Yun?" tanya Santi.
"Kita udah nyampe nek... Yuk kita turun sekarang, nenek istirahat didalam. Nenek keliatan capek banget hari ini..." ucap Yuna sambil membantu neneknya untuk keluar dari mobil.
Setelah turun dari mobil, Santi melihat kearah Zeen yang masih berada didalam mobil itu, "Terimakasih ya nak Zeen... Sudah mau mengantar kamu sampai didepan rumah." ucap Santi dengan senyum ramahnya.
Zeen manganguk tersenyum, "Iya nek... Sama-sama." jawab Zeen.
Yuna dan neneknya melangkahkan kakinya menuju pintu rumah, namun suara dari Zeen membuat Yuna memberhentikan langkahnya.
"Yuna..." panggil Zeen, "Bisakah kita berbicara sebentar?" lanjutnya bertanya pada Yuna.
Yuna mengalihkan pandangannya kearah Zeen, sebenarnya Yuna masih merasa ragu jika berhadapan dengan Zeen. Apalagi hanya berdua.
Santi mengengam tangan Yuna. "Pergilah nak... Berbicara sebentar pada calon suami mu, kembalilah jika pembicaraan kalian sudah selesai." ujar Santi sambil tersenyum memandang Yuna.
Yuna menghela nafas. "Yaudah nek... Nenek masuk dulu ya, abis itu langsung tidur. Jangan nungguin Yuna, nanti Yuna nyusul nenek." jawab Yuna.
Santi menganguk. "Iya... Kalau gitu nenek masuk dulu ya... Mari nak Zeen." ujar Santi.
"Iya nek." jawab Zeen tersenyum. Santi sudah berlalu masuk dikediaman itu, dan kini tinggal lah mereka berdua yang dilanda rasa kecangungan.
"Ehem, Yuna! Masuklah didalam mobilku, saya ingin berbicara sesuatu padamu." kata Zeen membuat Yuna sedikit terhenyak, namun pada akhirnya Yuna menuruti perkataan Zeen dan berjalan menuju kursi penumpang tepat disebelah Zeen.
🍂🍂
Disinilah mereka berdua, dipingir jalan tepat disamping taman kota itu. Zeen memilih tempat yang tak jauh dari kediaman Bram paman dari Yuna, entah apa alasan Zeen membawa Yuna kesana. Yang pasti ada hal penting yang ingin ia katakan, namun masih belum ia sampaikan karena Zeen masi saja terdiam, padahal mereka sudah sampai ditempat itu beberapa puluh menit yang lalu.
Yuna melirik kearah Zeen. "Apa ada hal penting yang ingin dokter sampaikan?" tanya Yuna, yang akhirnya memberanikan diri untuk membuka topik pembicaraan.
Zeen memejamkan matanya sejenak, lalu ia menghadap kearah Yuna dan menatap kedua mata gadis itu. "Apa kau yang merencanakan ini?" tanya Zeen, dengan intonasi yang sangat berbeda pada saat Zeen berbicara dengan Santi nenek Yuna. Intonasi yang di gunakan Zeen saat ini terdengar dingin dan datar ditelinga Yuna, entah itu kenyataannya atau hanya perasaan Yuna saja.
"Maksud dokter?" ucap Yuna yang memang tak mengerti arah pembicaraan Zeen itu.
Zeen memutar matanya jengah, "Tak usah berlagak tidak tahu! Kau kan yang merencanakan perjodohan ini? Kau sangat terobsesi padaku dan nekat ingin menikah denganku." jelas Zeen menatap sinis kearah Yuna, sepertinya ia tengah salah paham.
"Hah? Maksud dokter Zeen apa? Saya tak mengerti." ujar Yuna.
"Halah... Jangan sok-sok polos deh kamu Yuna... Saya tau jika kamu sangat tergila-gila pada saya, saya tak habis pikir jika kamu bisa melakukan hal selicik itu. Ingin menikah denganku! Hanya karena obsesimu itu!" tekan Zeen dengan suara yang geram. Ia menatap Yuna dengan tatapan jijiknya.
Yuna semakin dibuat bingung oleh perkataan Zeen, yang tak ada benarnya itu."Sepertinya dokter Zeen sudah salah paham terhadap saya, saya tak akan pernah melakukan itu. Saya juga tak tahu jika calon yang dijodohkan oleh saya adalah dokter Zeen sendiri, jika saja saya tau! Maka dari awal saya sudah menolak perjodohan ini." jelas Yuna dengan raut seriusnya. Ia saat ini sangat jujur, tak ada sedikitpun kebohongan dari dalam dirinya.
Zeen tersenyum remeh mendengar perkataan Yuna."Jika memang begitu? Maka batalkanlah perjodohan ini, maka saya akan percaya dengan omong kosongmu itu."
"Mengapa harus saya? Dokter Zeen sendiri bisa kan, membatalkan perjodohan itu. Jika anda menolak! Anda sendiri bisa membatalkan perjodohan ini!" tekan Yuna dengan suara yang tegas, walau didalam hatinya ia merasa rapuh ketika menatap mata Zeen. Yang menatap dirinya dengan tatapan benci dan hina.
Zeen terus mengeram. 'Jika aku bisa! Maka aku akan melakukannya, lebih baik aku menikahi kekasihku dari pada aku harus menikahi Gadis desa, kampungan sepertimu.' gumam Zeen sangat kesal pada dirinya.
"Saya tak bisa membatalkannya." ujar Zeen.
Yuna mengangkat satu alisnya. "Apa alasannya?" tanya Yuna.
Zeen mendengus kesal, "Saya sudah berusaha. Tapi papaku tak mendengarkannya, dia mengancam jika saya tak menikahimu maka semua aset yang diberikan olehnya akan dicabut tak tersisa." jelas Zeen mengusap kasar rambutnya.
Yuna menganguk mengerti. "Begitu rupanya." ucap Yuna.
Zeen menatap kembali kearah Yuna, "Itu sebabnya saya memintamu untuk membatalkan perjodohan ini." ujar Zeen serius.
Yuna juga menatap mata Zeen. "Jadi anda membawa saya kemari, hanya ingin membahas tentang perjodohan ini?" kata Yuna bertanya.
"Ya tentu saja... Apa lagi kalau bukan itu." jawab Zeen.
Yuna menghebuskan nafasnya. "Jikan anda meminta saya untuk membatalkan perjodohan ini. Makan jawaban saya adalah tidak bisa!" jelas Yuna.
Zeen melotot, "Ternyata benar ya... Jika kamu lah yang memang sangat ingin menikah dengan sa-"
"Dengarkan aku dokter!" sela Yuna, Zeen langsung terdiam. "Saya tak pernah ada niat untuk bisa menikah dengan anda! Saya ini juga sama seperti anda. Saya terpaksa menerima perjodohan ini hanya demi permintaan terakhir dari nenek saya! Dan saya tak akan bisa menolaknya jika nenek saya sudah memohon, saya menerima permintaan nenek saya. Karena saya sangat menyayangi beliau." tekan Yuna membuat Zeen langsung kicep ditempat.
Beberapa menit kemudian keadaan kembali hening, tak ada yang memulai kembali percakapan itu. Sebaliknya dengan Zeen yang tak tahu harus berkata apa setelah mendengar jawaban Yuna yang sangat menusuk kedalam uluh jantungnya.
🍂🍂
Mobil Zeen sampai digerbang depan rumah kediaman paman Yuna. Ya! Setelah perdebatan panjang mereka, Zeen memutuskan untuk mengantar Yuna pulang karena hari sudah sangat larut malam.
"Terimakasih dokter Zeen! Kalau begitu saya pamit masuk dulu." ucap Yuna, ia lalu berjalan masuk tanpa mendengar jawaban dari Zeen.
Zeen menatap kepergian Yuna, tiba-tiba saja ia memukul setir mobilnya itu. "Sialan!" umpat Zeen yang pada hari ini, sungguh-sungguh membuatnya sangat frustrasi.
TBC.
Jangan lupa komen dan like, votenya🐿️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Nailott
rasain tu.
2023-09-19
0
linamaulina18
sory Thor g terlalu ska sikapnya si Yuna,walaupun polos jgn bego2 amat jd cwe,mau d kerjain sama tmn nya
2023-06-05
0
YouTrie
AKU hadir lagi kak
2022-11-20
0