Jangan Sebut Aku Pelakor
Aku berjalan penuh semangat menuju pintu keluar Butik tempat Aku bekerja. Jam 4 sudah, saatnya pulang. Aku pamit pada Mbak Nira Desainer di butik itu. Bersamaan dengan Mbak Titik penjahit senior di Butik Delia ini.
"Nafa pamit dulu ya Mbak, Senin jumpa lagi," ucapku pamit pada Mbak Nira, Desainer kawakan di Butik itu. "Ayo Mbak. Bareng Nafa saja, kebetulan kita searah!" ajakku pada Mbak Titik.
"Tidak Naf, Mbak dijemput suami, kebetulan dia pulang juga jam segini." Tolak Mbak Titik halus.
"Oh ya sudah, kalau begitu Nafa duluan, ya," ucapku seraya menuju parkiran motor halaman Butik.
Aku melajukan motorku perlahan membelah jalanan kota ini, menuju rumahku. Butuh waktu 15 menit, motor yang ku tumpangi sampai di depan halaman rumahku.
Aku disambut ramah oleh Wa Rasih, motor yang ku tumpangi sengaja aku tepikan ke teras rumah, supaya nanti mudah saat dimasukkan ke dalam rumah. Walau perumahan tipe 36 ini ada pos Satpam di depan, namun Aku lebih aman memasukkan motorku ke dalam rumah. Motor pemberian Mas Sakti setelah kami menikah.
Aku menghampiri Wa Rasih yang menyambutku. Wa Rasih adalah seorang ART di rumahku. Atas permintaan Mas Sakti suamiku, yang menginginkan seorang ART supaya saat Mas Sakti kerja keluar kota, Aku masih ada teman yaitu Wa Rasih.
Wa Rasih sendiri merupakan tetangga di kampungku. Rumahnya bahkan berdekatan dengan rumah Ibu di kampung. Jarak kampung dengan rumahku yang sekarang, sebetulnya tidak jauh, hanya butuh waktu 1 jam sampai.
Janda tua sebatang kara itu memaksaku untuk bekerja di rumahku, ketika mendengar Aku yang sedang mencari seorang ART.
"Uwa masih kuat bekerja kok Neng, nih lihat tenaga Uwa masih bagus. Bisa masak, nyuci, beres-beres dan semua," ucapnya membeberkan kemampuannya. Memang tidak diragukan lagi kemampuan Wa Rasih dalam hal pekerjaan rumah. Diusianya yang sudah 58 tahun, masih terlihat segar dan kuat.
Wa Rasih memang dekat dengan Ibu. Usianya 3 tahun diatas Ibu, Wa Rasih lebih senang dipanggil Uwa ketimbang Bibi.
"Neng, mau makan dulu atau nanti?"
" Mandi dulu kayanya Bi. Badan Nafa sudah gerah," sahutku seraya menuju kamar mandi.
Setelah mandi Aku merasa sangat segar dan semakin fresh, apalagi sebentar lagi Mas Sakti pulang. Mas Sakti berjanji hari ini pulang dan Aku harus menyambutnya dengan suka cita. Wajahku selalu diliputi senyum dan sumringah. Wa Rasih tahu kalau Aku akan kedatangan suamiku. Makanya hari ini Wa Rasih masak agak banyak.
"Mas tidak bisa pulang hari ini, sayang. Ada kerjaan dan meeting mendadak dari atasan. Sabtu depan ya, sabar ya sayang. Mas sangat merindukanmu," bujuk Mas Sakti di ujung telpon.
Aku menutup telpon dengan lemas, hal yang Aku impikan musnah sudah. Untuk yang kesekian kali Aku harus menelan kekecewaan yang sama dari Mas Sakti. Sudah tiga minggu Mas Sakti tidak pulang. Sedih, kecewa, bahkan rasa curiga kini menyelinap dalam dada.
"Den Saktinya tidak jadi pulang Neng, kalau begitu sebaiknya Neng Nafa makan dulu saja," bujuk Wa Rasih khawatir.
"Nanti saja Wa, Nafa sudah tidak berselera makan," lirihku sedih. Aku beranjak ke kamar menenggelamkan diri dalam kekecewaan. Wa Rasih menatapku dengan perasaan was-was.
Aku hempaskan tubuhku di kasur, Aku benar-benar kecewa dengan Mas Sakti. Sudah tiga minggu berturut-turut dia tidak pulang dengan alasan yang sama, yaitu pekerjaan. Aku tidak habis pikir padahal kita masih bisa dikatakan pengantin baru, namun kebersamaan kita sangat jarang. Bahkan sekarang yang harusnya pulang, dibatalkan karena urusan pekerjaan.
Aku mencoba mengirimkan pesan WA pad Mas Sakti, mencoba mengorek sebenarnya apa yang terjadi. Pesan terkirim, namun untuk beberapa saat belum ada jawaban.
Terkadang terselip rasa curiga pada Mas Sakti, Aku takut Mas Sakti di sana memiliki perempuan lain, dan menduakan cintaku.
Tak berapa lama notif balasan WA berbunyi nyaring.
"Ting.... !" Aku segera meraih HP. Ternyata WA dari Mas Sakti. Segera ku buka dan ku baca.
["Sayang... jangan berprasangka buruk dong. Mas disini benar-benar kerja bukan main perempuan!"] sangkalnya tegas.
["Gimana tidak curiga, Mas sudah tiga minggu tidak pulang. Dan alasannya karena kerja melulu. Tidakkah Mas menyempatkan seminggu sekali pulang, apakah di sana punya yang lain? Sehingga susah banget untuk pulang?"] rajukku sedikit meninggi.
[Minggu depan deh sayang, Mas minta maaf! Mas mohon pengertiannya. Percaya sama Mas, Mas disini kerja dan hanya kamu yang Mas cintai,"] rayunya kembali.
Aku tidak membalas lagi pesan WA dari Mas Sakti, sudah cukup jelas Mas Sakti tidak akan pulang lagi Sabtu ini. Akhirnya Aku menelan kekecewaan. Ingin Aku susul ke sana, namun Mas Sakti tidak pernah memberitahu ke luar kota mana dia bekerja.
"Huhhhh....!" Aku menarik nafas dalam mencoba menenangkan diriku dari rasa kecewa atas sikap Mas Sakti.
Untuk sementara Aku bisa melupakan kekecewaanku dengan bekerja, terlebih sekarang Aku mulai sibuk dengan banyaknya pengunjung di Butik Delia ini. Musim kawinan, Butik Delia banyak pesanan gaun pengantin dari yang tradisional hingga modern.
Saat waktu luang, Aku selalu ke ruang Desainer. Membantu Mbak Nira membereskan gaun yang sudah siap dan digantung di hanger. Saat itu juga Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, belajar mencuri-curi dari Mbak Nira. Kadang Mbak Nira membuang kertas hasil desainnya yang katanya gagal, Aku memungutnya dan menyimpannya, lalu Aku pelajari dimana gagalnya. Mbak Nira juga tidak pelit bahkan dia mempersilahkan Aku untuk belajar mendesain.
"Naf, kamu sambil belajar saat senggang begini sama Mbak silahkan saja, tapi Mbak tidak bisa secara detail mengajari kamu. Kamu lihat pekerjaan Mbak numpuk begini, kalau kamu bisa mendesain, Mbak bisa terbantu Naf," ucap Mbak Nira seakan memberiku peluang untuk belajar menjadi seorang Desainer.
HSejak saat itu Aku lebih bersemangat lagi dalam bekerja, saat waktu senggang melayani pelanggan Aku selalu ke ruangan Mbak Nira dan belajar mendesain. Untuk sementara Aku bisa melupakan kekecewaanku pada Mas Sakti. Dan hasilnya, Aku bisa mengeluarkan hasil rancanganku. Mbak Nira sangat terkesan dengan hasil rancanganku. Dia bermaksud memperlihatkan hasil desainku pada Bu Delia pemilik butik ini.
"Oke Naf, hasil rancanganmu yang pertama ini menurut Mbak bagus dan modelnya kekinian, gaun malam yang disesuaikan dengan kemauan anak muda dan ibu-ibu muda. Ini belum ada disini. Biar Mbak konfirmasi dulu pada Bu Delia, apakah dia senang atau tidak dengan hasil rancanganmu. Mbak harap bisa diterima oleh Bu Delia. Berdoa saja supaya hasil rancanganmu diterima," ucap Mbak Nira memberiku motivasi lebih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Utayiresna🌷
aku mampir juga semangat kak😁💕
2023-05-11
0
Sun~
aku mampir thor..
2023-02-05
1
MommyAtha
novelmu sudah banyak thor, minder nih si Juna
2023-01-14
2