Aku merasa senang atas apa yang dikatakan Mbak Nira barusan, semoga saja hasil desain yang Aku rancang itu bisa berubah manis. Dan di acc oleh Bu Delia sang pemilik butik.
"Nafa...! Di depan ada yang cari kamu!" seru Mbak Titik memberi tahu. Aku merasa heran, siapa gerangan yang mencari Aku menjelang sore ini?
"Oh... makasih Mbak," seruku.
"Ya sudah, Nafa pamit dulu ya Mbak!" pamitku pada Mbak Titik dan Mbak Nira. Keduanya mengangguk dan bersiap-siap pulang juga.
Aku berjalan menuju pintu keluar butik dan berbelok menuju parkiran motor.
"Sayang....!" panggil seseorang yang sontak membuatku menoleh kaget, sebab Aku merasa kenal suara itu.
"Mas Sakti....!" teriakku sambil menyerobot ke pangkuan suamiku. Tak disangka Mas Sakti tiba-tiba ada di butik tempat Aku bekerja dan sengaja menjemputku.
Rupanya tadi Aku sempat lupa apa yang dikatakan Mbak Titik, kalau di depan ada yang mencariku. Sehingga Aku langsung ke parkiran. Rupanya Mas Sakti yang datang sengaja menjemputku.
"Nafa... dijemput suami ya?" Mbak Nira tiba-tiba sudah berada di sampingku menegur sembari tersenyum. Rasa rindu yang membuncah kepada Mas Sakti, seketika membuatku lupa akan sekitar. Padahal ini masih di lingkungan butik.
"Ehh, Mbak Nira. Iya Mbak, Nafa dijemput suami!" sahutku gelagapan seraya melepaskan pelukan pada Mas Sakti, Aku tersenyum malu-malu. Mbak Nira balas tersenyum melihat Aku tersipu malu.
"Ya sudah, Mbak duluan ya!" pamitnya seraya berlalu. Aku mengangguk.
"Sayang, ayo kita pulang!" Ajakan Mas Sakti menyadarkanku dari kegugupan.
"Eh, iya. Ayo! Tapi... Nafa kan bawa motor. Ya sudah Mas ikuti saja motor Nafa ya!" ucapku sembari menuju parkiran. Mas Sakti tersenyum setuju dengan apa yang Aku katakan. Diapun kembali ke mobil Honda Mobilionya yang terparkir di depan butik. Menghidupkan mesin mobil lalu mengikuti motor maticku kemana berjalan.
Sepanjang jalan Aku merasa bahagia banget akan kehadiran Mas Sakti yang tiba-tiba datang menjemputku. Padahal sebelumnya Aku tidak yakin Mas Sakti akan pulang, mengingat alasan minggu lalu karena kerjaan sehingga tidak jadi pulang. Aku senyum-senyum bahagia sepanjang jalan, sampai tidak terasa sudah sampai di depan halaman rumahku. Rumah pemberian Mas Sakti atas hadiah perkawinanku. Walau rumah sederhana, namun begitu nyaman.
Wa Rasih yang menyadari Aku pulang, sudah siap menyambutku di depan pintu.
"Neng Nafa... sama Den Sakti rupanya." Wa Rasih menyambut kedatangan Mas Sakti dengan hormat.
Aku masuk ke rumah yang baru Aku tempati kurang lebih enam bulan itu beriringan dengan Mas Sakti. Mas Sakti langsung masuk ke kamar seraya menuntunku. Mas Sakti tiba-tiba merangkulku begitu erat seraya berbisik, "kangen sayang....!".
Aku tahu Mas Sakti begitu kangen sama Aku terlihat dari sorot matanya, Aku juga sama.
"Mas... jangan dilanjut dulu! Nafa mau mandi dulu, badan Nafa gerah dan lengket!" cegahku menghalau niat Mas Sakti yang sudah menggerayangi tubuhku.
"Biarkan saja, mandinya nanti setelah kita bergulat satu ronde. Gimana?" tanyanya genit, tanpa menunggu persetujuanku, Mas Sakti kini melancarkan aksinya menyalurkan hasrat kerinduannya.
"Mas rindu banget sayang, Mas minta maaf tidak bisa selalu menepati janji untuk selalu pulang tiap hari, jangankan tiap hari seminggu sekali saja Mas kadang mengingkari!" ucapnya penuh sesal, seraya melepaskan pagutan bibir kami yang tadi saling mengecap. Aku menatap wajah Mas Sakti yang penuh kesungguhan.
"Nafa tidak apa-apa Mas, asal Mas Sakti di sana baik-baik saja dan benar-benar bekerja," ucapku mencoba memahami Mas Sakti.
"Terimakasih sayang....!" ujarnya seraya melancarkan kembali aksinya.
Dan sore itu sebelum kami mandi, akhirnya pergumulan panas penuh kerinduan itu terjadi begitu dahsyat. Aku merasa bahagia, Mas Saktipun demikian. Dia tiada henti menciumi seluruh wajahku dengan gemas seraya berterimakasih dan minta maaf.
"Terimakasih sayang, telah menjadi bagian hidup Mas. Apapun yang terjadi kelak, Mas harap kamu selalu ada di samping Mas. Yang jelas, cinta Mas terhadapmu begitu besar, tulus dan tak terhingga. Tapi, sekali lagi Mas minta maaf, karena Mas tidak bisa setiap hari bersamamu!" ucapnya lirih seraya merangkulku erat. Ada butiran bening yang jatuh saat Mas Sakti berbicara seperti itu.
"Nafapun mencintaimu Mas, tulus, dan semoga hanya maut yang akan memisahkan kita. Nafa mau, Mas adalah cinta pertama dan terakhir Nafa!" doaku dalam hati penuh kesungguhan.
Hari beranjak malam. Setelah makan malam, Mas Sakti segera masuk kamar. Sementara Aku masih berkutat menemani Wa Rasih di dapur. Walau Wa Rasih ARTku, namun Aku selalu turun tangan membantu Wa Rasih. Wa Rasih selalu melarangku, namun Aku tidak menghiraukan.
"Hanya bantuan kecil Wa, santai saja," ujarku seraya membersihkan meja.
"Wa..., setelah mencuci piring istirahatlah. Lagipula sudah tidak ada lagi hal yang perlu dikerjakan lagi. Saya masuk kamar dulu ya Wa!" pamitku meninggalkan Wa Rasih yang mencuci piring.
Aku segera melangkahkan kaki menuju kamar dimana suamiku sudah berada di sana. Namun Aku tidak menemukan Mas Sakti. Rupanya Mas Sakti berada di balkon. Aku membiarkan Mas Sakti berbicara di telpon, Aku mendekat tanpa menegur.
"Ok Ma, Sakti lagi di luar kota dulu. Rafa tidak rewel kan?" Aku mendengar apa yang barusan Mas Sakti ucapkan. "Ya sudah Ma, titip Rafa dulu. Senin Sakti baru bisa pulang. Memangnya Meta sama sekali tidak datang?" ucapnya lagi. Aku sedikit menjauh setelah melihat Mas Sakti perlahan memutar tubuhnya ke arahku.
"Ya sudah Ma, nanti Sakti telepon lagi!" Mas Sakti segera menutup pembicaraan di telponnya, setelah melihat keberadaanku. Mas Sakti tersenyum seraya menghampiriku, lalu merangkulku.
"Eh..., sayang! Sudah lama?" ucapnya seraya mencium keningku dan memapahku ke ranjang.
"Nafa kira... Mas sudah tidur, rupanya sedang telponan." Ujarku.
"Iya, Mas barusan telponan sama Mama!"
"Mama....?" seruku. Mas Sakti tiba-tiba terlihat gugup saat Aku menyerukan kata mama.
"Mas telponan sama Mama Mas Sakti? Gimana apakah Mama Mas Sakti sehat? Kapan dong Mas, Nafa bisa ketemu sama Mama Mas Sakti, masa sih sudah 6 bulan kita menikah, Mas tidak ada niat untuk Nafa dikenalkan sama Mama. Masa iya Mama Mas Sakti masih sibuk dengan bisnisnya. Atau kita saja yang ke sana Mas, berkunjung ke rumah Mama," rengekku.
"Bukan tidak ada niat, tapi memang Mas belum ada waktu untuk menemui Mama. Mas terlalu sibuk sayang. Barusan saja Mama menanyakan Mas kapan bisa ke rumah. Mas tidak bisa janji kapan Mas bisa ketemu Mama dan membawamu ke hadapan Mama." Bujuk Mas Sakti yang melihatku merajuk.
"Mas itu selalu alasan, terlalu sibuklah, belum ada waktulah, dan lain sebagainya. Sampai kapan Nafa bisa dianggap menantu sama Mama Mas Sakti?" rajukku yang terus merengek.
"Sabar sayang, nanti segera Mas ketemukan kamu dengan Mama Mas Sakti. Tapi sabar dulu, sekarang kamu jangan marah dan kesal dulu ya. Sekarang saatnya kita bersenang-senang. Lupakan dulu masalah lain," rayunya sembari memeluk tubuhku dan tangannya yang mulai nakal bergerilya kemana-mana.
"Ayo dong kita lakukan lagi yang tadi siang!" ajaknya menggoda. Rupanya Aku tidak tahan juga dengan godaan dan pesona yang dihadirkan Mas Sakti. Apalagi Aku memang sangat merindukan Mas Sakti yang jarang Aku temui setiap hari.
Mas Sakti mulai melancarkan serangannya. Serangan pertamanya mencium bibirku dengan lembut.
"Sayang..., sekarang tidak perlu lagi minum pilnya, Mas sudah siap punya anak dari kamu!" ucapnya menjeda sejenak pagutan bibir kami.
"Sudah sejak sebulan yang lalu Mas, Nafa tidak meminumnya," balasku.
"Kalau begitu mari kita lakukan!" ajaknya tersenyum girang. Dan akhirnya kami melakukan kembali adegan panas tadi sore dengan menggebu-gebu dan hasrat yang semakin membara.
Mohon dukungannya ya! Novel ini sedang mengikuti sebuah event. Maka dari itu Author dengan sangat....meminta dukungannya dari Readers. Kasih like, komen, vote dan jangan lupa Favoritkan ya teman-teman. Terimakasih.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
mom mimu
udh curiga dari awal gak pulang 3 Minggu, kayanya sakti nikahin Nafa bukan yg pertama ya, kayanya dia masih punya istri lain...
2022-11-07
0
R.F
2 like hadir kaka. semangat. like balik iya
2022-11-03
0
🍾⃝🐇ωεɪıɑ xɪɑи⍣⃝కꫝ 🎸
aku mampir kak jangan lupa dukung novel ku yaa yang berjudul pangeran dingin dan siluman rubah
2022-10-11
1