Mas Sakti tiba-tiba bersimpuh dan meremas jemariku. Dia menangis seraya memohon.
"Mas mohon dengarkan penjelasan Mas dulu, sekali ini saja." Bujuknya berurai air mata.
"Mas pasti akan mencari pembenaran bukan? Buat apa Mas, sekarang sudah bukan waktunya memberikan bukti bahwa Mas tidak salah. Dengan nikah lagi dan status Mas Sakti masih ada ikatan pernikahan yang sah. Jelas itu salah Mas. Dan Mas tahu imbasnya....?" Aku menjeda sejenak perkataanku sambil menelan ludah.
"Imbasnya, Nafa yang dikambinghitamkan jadi seorang pelakor. Dan parahnya sebutan itu sudah terlanjur disandang Nafa, dua perempuan tadi dan orang-orang sekitar sini sudah menganggap Nafa sebagai pelakor dan alangkah hinanya Nafa didepan mereka," ucapku menggebu-gebu.
Sebetapa cintanya Aku pada Mas Sakti, namun ketika Aku harus bersanding dengan pria beristri, pantang bagiku. Karena itu bukan obsesiku. Aku lebih baik menikahi duda daripada lelaki beristri.
"Apa kurangnya dia Mas, dan apa salah Nafa sehingga Mas menipu Nafa? Kalau tahu dari awal bahwa Mas Sakti beristri, Nafa tidak sudi jadi istri kedua!" Tegasku meninggi.
"Pergilah Mas, segera ceraikan Nafa. Nafa hanya ingin mengakhiri semua ini dengan baik-baik saja." Ucapku pelan, namun mampu membuat Mas Sakti berdiri dan menggebrak meja rias.
"Brakkkk....!" suara gebrakan di meja itu mengagetkanku dan juga penghuni rumah ini, Wa Rasih dan Nara mendekat, terdengar dari derap langkah yang semakin jelas.
Mas Sakti menggebrak meja rias setelah berhasil meraih sebuah amplop dari dalam tas yang disampirnya. Amplop putih itu kini teronggok di meja rias dan Aku mulai menatapnya penuh tanya. Amplop apakah itu, dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu tidak salah sayang..., kamu sama sekali tidak salah Nafa Naufara. Mas tidak pernah bermaksud menjadikan kamu yang kedua, dan Mas tidak pernah berniat mendua dari awal nikah sama dia, namun suatu keadaan memaksa Mas untuk menikah tanpa sepengetahuan dia, dan memaksa Mas harus berbohong dari kamu. Ini murni sebuah alasan yang besar. Mas tekankan Mas bukan lelaki penghianat dan mudah mendua cinta, tapi Mas melakukan ini karena keadaan. Tapi percayalah, cinta Mas Sakti untukmu adalah tulus bukan paksaan!" tegas Mas Sakti berapi-api. Untuk sesaat Aku hanya bisa diam, mencoba mencerna apa yang diutarakan Mas Sakti.
"Mas bingung harus dari mana menjelaskan semua ini, Mas tidak mau bilang dia banyak kekurangan. Mas hanya bisa katakan, dia telah banyak membuat Mas kecewa dan sakit hati serta tertekan. Huffff hahhhh....!" Sambung Mas Sakti diakhiri helaan nafas yang dalam, seperti menahan sesuatu yang lama terpendam namun dia tahan.
"Lihatlah amplop putih itu, ambillah!" perintah Mas Sakti seraya menatapku. Aku tertegun dan diam tidak peduli dengan perintah Mas Sakti. Namun Mas Sakti mengalah, dia ambil amplop itu dan mulai membukanya.
"Ini... ini adalah surat permohonan cerai Mas untuk Meta istri pertama Mas dua tahun yang lalu. Surat cerai ini menjadi bukti bahwa dua tahun yang lalu, bahkan jauh sebelumnya rumah tangga Mas dengan Meta sudah bermasalah. Mas tidak tahu kenapa Meta masih enggan untuk Mas ceraikan. Akhirnya Mas mengalah, karena dia selalu mengancam akan bunuh diri." Terangnya dengan tatapan mata jauh menerawang.
POV Sakti
Dua tahun yang lalu, pernikahanku yang sudah berumur 4 tahun digoncang prahara. Aku merasa sudah lelah menghadapi Meta istriku yang semakin banyak ulah, awalnya dari kumpul bareng ibu-ibu arisan dan menjalar lebih luas dengan kumpulan barunya, yaitu wanita sosialita.
Meta sejak punya kumpulan, mulai jarang berada di rumah dari siang sampai sore, tak jarang sampai malam. Setiap hari ada saja kegiatan Ibu-ibu sosialitanya. Sehingga anak semata wayang kami Rafa sudah diabaikannya. Tidak jadi perhatiannya lagi.
Sering Aku tegur supaya fokus ke anak dan rumah tangga, toh Aku selama ini tidak mengekangnya namun memberi batasan, sebab dia punya tanggung jawab yaitu mengurus anak dan suami. Aku sudah berusaha meluangkan waktu untuk *quality time* bareng keluarga setiap Sabtu dan Minggu full buat mereka.
Aku juga bukan suami pelit, setiap seminggu sekali Aku selalu memberi kesempatan buat Meta berbelanja ke Mol yang dia suka, untuk sekedar memanjakan diri. Dan semua make upnya Aku penuhi. Jadi tidak ada alasan rasanya untuk dia mencari hiburan diluar bersama teman-teman ngumpulnya, sebab Aku sudah berusaha memenuhinya. Apakah Aku salah memberi batasan seperti itu pada wanita yang sudah menjadi istri dan seorang Ibu?
Meta seolah tidak mengerti, dia egois. Dia meminta hak masa-masa mudanya yang seolah terampas olehku karena menikah muda denganku, masa ngumpul-ngumpul dan senang- senang yang merasa direnggut olehku. Bukankah dia menikah denganku bukan paksaan, kami menikah atas dasar suka sama suka, kalau merasa terampas kebebasan masa mudanya, kenapa dia tidak protes sejak dulu dan tidak menolak lamaran saat itu? Kenapa harus sekarang dia meminta hak itu. Disaat dia makin dewasa bertambah umur dan dikaruniai satu anak yang tampan berumur 3 tahun.
Yang lebih parah, Meta sudah tidak mengurus Rafa lagi, dia selalu menitipkan Rafa pada Ibuku Nenek kandung Rafa, Aku sebetulnya tidak masalah dan Ibupun tidak. Tapi kalau terus-terusan dititipkan di Ibu, terus tugas dia sebagai Ibu apa?
Aku sudah berusaha mengingatkannya, namun dia beralasan bahwa ketemu teman-teman adalah moment yang langka dan menyenangkan. Dia berubah layaknya anak muda yang belum menikah. Aku hanya bisa mengelus dada menahan kesal. Sudah kupenuhi segala kebutuhan dan permintaannya, sampai-sampai usaha kafe sampinganku bangkrut karena uang pemasukan Kafe sudah masuk rekeningnya, dengan mengarang cerita kepada bendahara bahwa uang hasil pemasukan Kafe harus masuk ke rekeningnya atas perintahku. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya.
Akhirnya, saking tidak tahan dengan semua sikapnya terlebih saat itu Rafa sedang sakit keras karena typus dan Meta sama sekali tidak menungguinya saat dirawat di RS. Dengan berat hati dan tekad yang kuat akhirnya Aku melayangkan gugatan cerai ke pengadilan agama.
Saat Meta tahu Aku melayangkan gugatan cerai ke pengadilan agama, Meta ternyata sangat terkejut dan kaget. Dia tidak menyangka Aku akan senekad itu. Kemudian Meta berjanji akan berubah dan mau menungggui Rafa dirawat di RS sampai sembuh.
Meta menepati janjinya, dia menunggui Rafa sampai sembuh. Namun ya itu tadi, Meta kembali ke kebiasaannya.
"Huhhhh...!" Aku hanya bisa menarik nafas dalam dengan sikapnya yang tidak berubah.
Tanpa ragu Aku layangkan kembali surat gugatan cerai itu, namun tidak ku sangka Meta malah mengancam akan bunuh diri jika Aku melanjutkan gugatan cerai itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
mom mimu
ternyata meta d novel ini juga jadi tokoh antagonis lagi ya 😅😅
2022-11-08
1
Cip_13
haih... tetep aja salah yg lakik. tapi istri pertamanya juga salah.
udahlah, pusing kasian nafa
2022-08-13
1
Cip_13
alasan klasik😡
2022-08-13
1