“Kamu tuh, terlalu dingin, untuk aku yang gampang pilek.” Shena mengusap foto Elvino yang dia jadikan wallpaper pada nomor Elvino.
Tidak sengaja jemari Shena memencet tombol panggilan pada nomor pria itu saat dia mengusir semut yang menempel di pipinya.
Panggilan pun terhubung, terdengar suara denyutan ponsel memanggil nomor pria itu, Shena yang panik berniat mematikan sambungan telepon tetapi sudah terjawab oleh seseorang.
“Halo?” suara pria mengangkat sambungan telepon Shena.
“Ha–halo? Maaf ini siapa ya?” tanya Shena yang terasa asing dengan suara pria yang ada di seberang telepon.
“Loh, semestinya saya yang tanya, ini dengan siapa?” balas pria itu.
“Oh, saya pemilik mobil yang berwarna hitam yang tadi siang mengantar mobil.” Shena langsung memperjelas ucapannya agar terhindar dari kecurigaan.
“Oh, iya ... ini dengan Mbak Shena, ya?” tanya pria itu.
“Iya, ini bener, kan, nomor Samuel?” tanya Shena.
“Iya, bener ... ini nomor saya,” jawab pria dari seberang telepon.
Shena agak tampak curiga, pasalnya suara Samuel yang dia kenal dan dia inginkan bukan Samuel yang dia dengar di telepon.
“Sial! Aku dikerjain! Aaaakkh ... bego banget gue jadi cewek! Oon! Stupid ... iiiihhhh!” Shena mematikan sambungan teleponnya begitu saja dan mengerutuki kebodohannya sendiri.
Shena merasa kesal, karena dia berpikir itu nomor pria yang dia inginkan, ternyata dia dikerjai mentah-mentah oleh pria dingin itu.
“Dasar, Pria beruang kutub, iihhh ... awas kalau ketemu!” ancam Shena dengan meluapkan emosinya.
“Loh ... kamu kenapa, Shen?” tanya Melva yang baru saja keluar sehabis mandi.
“Aku kesel, masa—“
“Dah, mandi dulu sana! Nanti baru lanjut cerita lagi, yang bersih, yang wangi pokoknya!” Melva menarik Shena untuk bergegas mandi.
“Ihh, kenapa sih? Orang mau curhat juga,” protes Shena kepada sahabatnya.
“Dah, nanti aku kasih tahu setelah mandi.” Melva mendorong Shena agar masuk ke dalam kamar mandi.
Mau tidak mau, Shena pun menuruti permintaan dari Sahabatnya itu. Dia keluar dengan aroma tubuh yang segar, dia ditarik oleh Melva lalu menyuruh Shena untuk memakai baju yang sudah dia beli untuk Shena.
Usai memakai baju, Melva mulai me-make over wajah Shena dengan keahliannya, dengan telaten Melva memberikan sentuhan terakhir pada bibir Melva dengan warna merah.
“Mel, kamu ngapain sih? Ada acara pesta?” tanya Shena. Dia terus saja tidak diperbolehkan bicara oleh sahabatnya, hingga membuatnya bingung.
“Ok, enough!” Melva melihat raut wajah Shena yang sudah di make over di pantulan cermin.
“Mel, jangan bilang kamu mau jual aku?” Shena menatap Melva dengan curiga.
“Ya, ampun ... Shena, kamu seuzon aja sama aku!” Melva berkacak pinggang, dia pun akhirnya menceritakan niat dia yang ingin mengenalkan Shena dengan laki-laki kenalannya.
Shena yang sudah di make over oleh sahabatnya, tidak bisa menolak rencana Melva. Akhirnya, dia menuruti keinginan sahabatnya itu untuk bertemu dan makan malam bersama Reyzal.
Beberapa menit kemudian Melva mengantar Shena di sebuah restoran yang bernuansa ala cafe. Kedua wanita itu berjalan melewati sebuah taman kecil. Mereka mengikuti batu setapak yang berjejer menuju restoran tersebut.
“Duduk di sini, jangan ke mana-mana. Aku tunggu di meja itu!” ucap Melva saat menyuruh Shena duduk di meja seberang untuk menunggu teman lelaki Melva.
“Awas, ya, kalau minggat! Nggak kugaji!” ancam Shena membulatkan matanya dengan lirikan tajam pada Melva. Namun, hal itu sama sekali tidak ditakuti oleh sahabatnya karena sudah terbiasa dengan ancaman recehnya.
Tak lama kemudian, datang seorang lelaki dengan setelan jas navy yang menghampiri Shena. Dia menegur Shena dengan gayanya yang terlihat cool.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments