“Maaf, Nona. Dilarang mengambil gambar tanpa ijin.”
“Nggak usah kepedean, kamu. Aku gak lagi foto kamu, kok? Look! Aku lagi main game.” Shena berkilah, sambil menunjukkan game yang baru saja ia download.
“Baiklah. Saat ini saya percaya. Tapi hanya saat ini!” tukas Elvino kemudian kembali menggarap mobil Shena.
Tiga jam telah berlalu, Elvino akhirnya menyelesaikan tugasnya dengan rapi. Meski, bagian bamper harus di ganti karena penyok. Namun, secara keseluruhan, mesin dan mobil sudah aman digunakan.
Elvino menoleh ke arah Shena, rupanya gadis itu tampak tengah tertidur sambil terduduk di kursi. Merasa iba, Elvino lantas menghampirinya dan berniat untuk memindahkan Shena ke kamar pribadinya yang terletak di ujung bengkel ini—biasa digunakan ketika dia merasa kelelahan saat di bengkel.
Tak tega membangunkan, Elvino lantas membopong Shena perlahan agar gadis tersebut tidak bangun. Shena yang kini sudah pulas, bermimpi seolah tengah terbang di atas awan, mengingat sejak pagi hingga petang, dia terus melayani pelanggan yang ada di butiknya. Meskipun dia seorang bos, tetapi dia masih mau bekerja keras dan tidak selalu mengandalkan karyawannya, begitu juga dengan Elvino yang lebih suka berkutat di bengkelnya sendiri daripada dia harus duduk manis menyaksikan para karyawannya bekerja.
Sesampainya di depan sebuah kamar, Elvino malah tampak kesusahan membuka pintu itu. Bagaimana tidak? Beban di tangannya membuatnya tak mampu bergerak dengan bebas.
Shena yang mulai terusik pun akhirnya bangun. Perlahan, kelopak matanya mulai terbuka. Ia terkesiap mendapati wajah Elvino yang begitu dekat dengan wajahnya. Awalnya, ia mengira jika saat ini hanya mimpi sebelum Elvino, kemudian bersitatap dengan iris mata kecokelatan milik Shena.
Satu detik, dua detik, tiga detik Shena masih loading, sebelum akhirnya Elvino menyadari bahwa Shena kini sudah terbangun. Sontak saja Elvino terkejut dan salah tingkah, hingga dirinya refleks menjatuhkan Shena ke lantai. Tentu saja itu membuat gadis tersebut berteriak dan meringis kesakitan.
“Sakit bego!” pekik Shena seraya mengusap bokongnya yang ngilu karena terbentur lantai yang keras.
“Maaf. Ehm, anu ... mobil sudah selesai diperbaiki.”
Shena melirik ke arah jam tangan yang ia pakai dan tercengang karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 malam.
“Gila! Udah jam segini aku tidur di mana? Males pulang,” seloroh Shena ketus karena mengingat perdebatannya dengan orang tuanya tadi sore.
“Bukan urusan saya, di sini hanya bengkel, bukan penginapan!”
“Siapa juga yang mau nginap di sini? Ogah banget! Lagian kenapa sih kamu lancang menggendongku?” tutur Shena seraya menatap manik biru lelaki itu, pipinya tampak memerah di kulitnya yang putih.
“Aku ... aku hanya mau bawa kamu ke tempat pembayaran!” Elvino berkelit. Setelah mengatakan itu, dia lantas masuk ke dalam ruang kerjanya—bersebelahan dengan kamar, lalu menuliskan barisan angka di sebuah nota untuk pembayaran.
“Ini totalnya, silakan Anda membayarnya, dan sebaiknya segera pergi dari sini, karena kami mau istirahat!”
Shena yang masih terpaku mengingat kejadian barusan, ia pun terkesiap dari lamunnya saat mendengar Elvino menyuruhnya untuk membayar.
“Baiklah sebentar, aku ambil di mobil.” Shena menerima nota, lalu melenggang menuju mobilnya. Matanya mengabsen setiap sudut mobil, mencari di mana tasnya berada. Namun, tak ia temukan.
“Akh, sial! Aku, kan, tadi pergi dari rumah nggak bawa tas, cuma bawa HP. Duh, gimana dong?” gumam Shena dalam mobil, dia pun mulai gelisah dan berpikir sejenak. Tangannya meraih dashboard di bagian depan, mengingat waktu itu dia pernah menyimpan cek di dalam sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Dea Lofa
langkahi dulu mayat shena wkwkw
2022-07-08
0
HIATUS
ciieee yang di gendong... mau dund...
2022-07-08
1