Awalnya Melva mencurigai, itu adalah orang suruhan dari saingan bisnis Shena yang akan memplagiat produk rancangan yang Shena buat, tapi tebakannya itu salah ketika Melva melihat arah pandang ke dua pria itu tertuju pada Shena yang tengah berbincang kepada salah satu customer langganan Shena.
Posisi Shena yang bisa terlihat dari luar sangat kontras dengan arah pandang ke dua pria tersebut, dugaan Melva semakin benar saat kedua pria itu menelpon seseorang lewat selulernya.
"Mel, mana? Buruan!" panggil Shena yang menyadarkan Melva yang terus menatap keluar ke arah jendela.
"Oh, ya maaf! Sebentar." Melva berlari mengambil pesanan yang diperintahkan oleh Shena, dia kembali dengan cepat dan menyerahkan kepada Bu Siska.
"Terima kasih, Bunda! Sudah berbelanja di toko kami," ucap Shena dengan ramah. Costumer itu membalas sikap ramah Shena dan berlalu pergi.
"Mel, aku titip butik sebentar ya," ucap Shena.
Shena melangkahkan kakinya ke ruangan pribadi dia yang berada di lantai atas untuk mengambil tas dan kunci mobil, tapi Melva yang punya firasat jelek mengekorinya dari belakang.
"Eh, mau ke mana?" tanya Melva penasaran.
"Mau tahu aja, apa mau tahu banget?" goda Shena yang tertawa.
"Iish ... orang tanya serius juga!" kesal Melva kepada sahabatnya itu.
"Iihh kok marah sih? Mau ketemu klien, Mel!" ucap Shena.
"Nggak, nggak, nggak! Enggak ... boleh!" tegas Melva yang merentangkan tanganya untuk menghadang Shena keluar dari ruangan tersebut ketika mereka sudah berada di ruang kerja Shena.
"Why?" kali ini Shena yang bingung sikap Shena.
"Dengerin!" ucap Melva seraya memasang wajah serius dan terlihat panik.
Melva lalu memberi tahu soal kecurigaannya pada penguntit yang berada di luar. Melva membuka gorden sedikit untuk mengintip ke arah luar jendela dari lantai atas.
Namun, sayangnya saat Melva membuka gorden dan melihat ke arah luar. Kedua penguntit yang berada di bawah tidak ada, begitu juga dengan mobil yang berwarna hitam
"Mana? Nggak ada juga!" Shena membuka gorden dengan lebar agar bisa melihat jelas.
"Ta—tadi tuh, ada ... bener, nggak bohong!" Melva langsung membuka pintu dan pergi ke arah balkon untuk memastikan apa yang dia lihat.
"Mana sih? Dah, ah! Aku harus pergi. Kasihan klien nunggu dari tadi.” Shena pun pergi tanpa memedulikan ucapan Melva.
“Hati-hati, Shen! Kalau ada apa-apa langsung telepon aku, ya!” teriak Melva berpesan.
“Iya, bawel!”
Melva menggeleng-gelengkan kepalanya dan terus memandangi kepergian Shena hingga sudah tak terlihat punggung wanita tersebut, karena berjalan dengan tergesa-gesa. Dia hanya berharap tidak akan terjadi apa-apa pada sahabatnya. Hatinya seperti mengatakan, Shena dalam bahaya. Meskipun dia tidak yakin dengan perasaannya. Namun, setidaknya dia sudah memperingatkan Shena agar hati-hati.
Sementara itu, di rumah Shena, Bagaskara dan Sandra tengah berdebat, sebab Shena tak kunjung pulang. Bagaimana pun, Shena adalah anak tunggal kesayangan mereka. Penjagaan yang biasa dilakukan pada putrinya saat di luar negeri berbeda dengan saat ini. Shena merasa keberatan jika setiap hari harus dijaga ketat oleh body guard, sehingga orang tuanya tidak lagi memakai jasa tersebut setelah Shena berada di kotanya.
“Ini semua salah Papa, kalau saja Papa tidak menamparnya, mungkin Shena saat ini masih bersama kita,” tutur Sandra dengan suara lirih, raut wajahnya terlihat sedih. Wanita itu duduk termenung di tepi ranjang, menatap jendela yang memperlihatkan suasana luar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
ZaeV92
mantan meresahkan 😏😏
2022-07-10
1
☘💚Efa Vania💚☘
apa itu suruhan si mantan?? haishh
2022-07-10
1