“Nggak usah, sekalian tulis juga nomor ponselnya,” pinta Shena.
Elvino melirik sekilas wajah Shena saat sang empu meminta nomornya, dia pun menulis nomor ponsel pada selembar kertas yang sedang dia tulis, lalu menyerahkannya pada Shena.
Shena mengambil nota tersebut, tetapi dengan jahil Elvino mengerjai tangan Shena agar tidak dapat mengambil nota tersebut dari tangannya. Sontak membuat Shena terkejut saat nota itu tidak berhasil dia ambil, Shena melihat ke arah Elvino yang sedang menaikkan satu alisnya.
“Tanda tangan dulu,” pinta Elvino. Shena menandatangani di buku pemasukan data yang Elvino tunjuk.
Usai menandatangani Shena mengambil nota tersebut dengan cepat sembari menjulurkan lidahnya sekilas, bahwa dia berhasil merebut nota dari tangan Elvino.
Elvino pun tertawa kecil melihat tingkah Shena yang begitu menggemaskan, saat gadis itu sudah keluar dari ruangannya.
Pegawai Elvino yang tidak sengaja melihat bos mereka tersenyum sembari tertawa, memberikan komentar pada teman sesama kerjanya.
“Ren, gue liat Pak Bos ketawa,” ujar salah satu pegawai yang berbicara pada teman kerjanya.
“Siapa yang udah bisa bikin Pak Bos ketawa?” tanya rekan kerjanya.
Pegawai Elvino menceritakan saat dia melewati ruangan Elvino yang kebetulan pintunya belum tertutup sempurna saat Shena baru saja keluar dari ruangan tersebut.
“Kerja!” ucap Samuel yang menegur teman kerjanya yang sedang asyik membicarakan atasan mereka, dia juga pegawai teladan yang selalu menjadi kaki tangan Elvino.
***
Sore hari, Shena mengajak Melva pergi untuk berbelanja di mal, karena mobil Shena yang masih berada di bengkel, jadi mereka menggunakan mobil Melva.
Begitu sampai di mal, Mereka berbelanja kebutuhan cemilan mereka, usai memilih kebutuhan cemilan. Melva meminta Shena untuk menemaninya memilihkan baju yang menurut Shena bagus, dengan senang hati Shena pun memilihkan baju untuk Melva yang sesuai dengan selera Melva.
“Gimana? Bagus nggak?” tanya Shena pada Melva.
“Bagus,” jawab Melva yang melihat baju pada pilihan Shena.
“Ya udah, yuk!” ajak Shena. Dia menarik tangan Melva menuju kasir.
Puas berbelanja memanjakan diri mereka, mereka kembali melajukan mobil ke arah apartemen Melva, sesampainya di dalam. Shena menjatuhkan barang belanjaanya, di atas meja, sedangkan dia langsung mendaratkan tubuhnya di atas sofa.
“Banyak juga belanjaan kamu, Shen.” Melva duduk di samping Shena sembari membuka minuman kaleng yang mereka beli.
“Iya, aku mau nginep di sini, apa pindah aja ya, tinggal sama kamu?” canda Shena yang merasakan pegal di kakinya, usai berbelanja.
“Ya ampun, kacian ... mending ikutin saran aku aja. Siapa tahu ketemu jodoh dan langsung merried deh.” Melva mulai melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi saat memberi saran kepada temannya.
“Ogah!” celetuk Shena dengan keras saat dirinya di tinggal pergi ke kamar mandi oleh Melva.
Merasa bosan, Shena pun membuka isi kulkas, niatnya ingin memakan buah yang sudah terpotong di dalam kulkas. Namun, isi kulkas itu kosong melompong, dia pun memasukkan belanjaan makanan dan minuman ke dalam kulkas, sembari menunggu Melva selesai mandi.
Shena memang sengaja menyetok makanan di rumah Melva, berniat menginap beberapa hari di rumah sahabatnya agar terhindar dari orang tuanya yang terus memaksa dia menikah dengan lelaki tua bangka bernama Lucky.
Shena pun merebahkan tubuhnya di atas sofa, usai memasukkan makanannya sembari memakan cemilan yang dia beli, tangannya mulai mengecek ponsel yang sudah tersimpan nomor pria dingin itu.
“Kamu tuh, terlalu dingin, untuk aku yang gampang pilek.” Shena mengusap foto Elvino yang dia jadikan wallpaper pada nomor Elvino.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments