Penerangannya minim, menandakan tidak ada lagi bau kehidupan di dalam sana. Shena terus mengamati bagian dalam, berharap ada sesosok manusia yang ditemuinya. Setelah menunggu beberapa saat, dia pun melihat ada bayangan yang lewat.
“Halo, Pak. Mas! Bisa bantu saya?” teriak Shena di balik pagar besi yang tertutup.
“Sudah tutup, Mbak. Besok saja kembali ke sini lagi!” jawab seorang lelaki yang berprofesi sebagai montir di bengkel tersebut.
“Tolonglah, aku sedang butuh bantuan sekarang. Aku bisa bayar berapa pun asal mobilku beres!” Shena kembali berteriak. Namun, lelaki itu malah mengabaikan dan melenggang masuk ke sebuah ruangan.
“Bos, ada wanita yang teriak-teriak ingin menyerviskan mobilnya. Bagaimana?” tanya seorang montir pada sang bos yang tengah sibuk di meja kerjanya.
“Aku juga mendengarnya. Biarkan saja, tidak perlu dilayani, mereka hanya ingin memamerkan hartanya.”
“Baiklah, Bos.”
Shena yang menunggu di luar sehak tadi semakin emosi karena diabaikan, padahal dia tahu ada orang di dalam sana. Dia hanya ingin mobilnya ditangani, agar dirinya tenang ketika mobilnya dipasrahkan kepada ahlinya. Dia pun menggerutu tak karuan dan mencoba berteriak lagi.
“Halo, siapa pun di dalam, kalau kalian tidak mau membuka pagarnya, saya akan melempar batu!”
Kali ini teriakannya mampu memancing indra pendengar Elvino Harvey Dirgantara—pemilik bengkel tersebut. Dia yang tengah menggarap pekerjaannya pun merasa terganggu dengan suara wanita gila itu.
Lelaki tampan dengan jambang tipis di dagunya itu mulai berdiri dan berjalan keluar. Suara derap sepatu itu seirama dengan langkahnya yang tegas. Mata biru khas yang dimilikinya mulai menangkap wanita yang mondar-mandir di depan pagarnya.
“Hei, Nona! Apa kau tidak melihat, bengkel ini sudah tutup, jadi sebaiknya Anda pulang. Datanglah ke mari besok!”
Mendengar suara bariton di belakangnya, Shena segera membalikkan badan dan mencari sumber suara tersebut. Tatapannya mengarah pada makhluk indah yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia bahkan tak berkedip saat memperhatikannya.
“Wow, ganteng banget nih cowok, boleh juga. Tapi, sayang dia cuma montir,” batin Shena. Seketika dia mengerjap, menyadarkan pandangannya yang sempat terhipnotis.
“Hei, mana manajermu, aku mau bicara, kau belum tahu siapa aku? Aku bahkan bisa membeli bengkel ini. Cepatlah, servis mobilku sekarang juga!”
Elvino menyunggingkan bibirnya, dia tersenyum sinis mendengar ocehan wanita angkuh yang ada di depannya. “Ingat Nona, uang tidak akan bisa membeli segalanya!” Jadi pulanglah!”
“Aku tidak akan pulang sebelum kau membukakan pagar ini, cepatlah!”
Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Elvino menyetujui permintaan Shena. Lelaki itu mau mengerjakan mobil tersebut, bukan karena iba atau butuh uang. Namun, dia enggan mendengar suara bising wanita yang terus memaksanya.
“Berapa kau mau membayar hasil kerja bengkel kami, Nona Muda? Ingat, kau sudah membeli jam kerja kami juga!”
“Aku akan membayar lima kali lipat dari harga asli setelah kalian selesai menyervisnya!” Shena melemparkan kunci ke arah Elvino. Beruntung refleks pria tersebut sangat bagus hingga benda itu sampai tepat di tangannya. Elvino menggenggam erat dan hendak mengeluarkan sumpah serapah. ”Tamu adalah raja. Jadi, jangan mengeluh.” Sambung Shena, membuat Elvino mengurungkan niatnya.
Shena terkekeh geli melihat raut masam pria di hadapannya itu. Shena lantas berjalan menuju ruang tunggu tak jauh dari tempatnya berdiri. Ruangan tersebut didesain sedemikian rupa dengan kaca bening. Hal itu memudahkan para pelanggan, untuk menunggu sekaligus rehat sejenak di ruangan ini, tanpa khawatir kegerahan.
Shena menjatuhkan bokongnya, seraya mengamati Elvino yang mulai asyik berkutat dengan para mesin dengan serius. Meskipun pipinya banyak bekas oli yang menempel, akan tetapi itu justru menambah kesan macho seorang Elvino di mata Shena. Apalagi peluh dari dahi hingga leher menetes, memperlihatkan jakunnya yang sesekali terlihat naik turun.
Shena mengambil ponsel yang bersembunyi di balik saku celana yang ia pakai, lantas mengambil foto dari kejauhan. Namun, hal itu diketahui oleh Elvino karena flashlight yang lupa ia matikan. Elvino menoleh ke arah Shena dengan tatapan tajam. Dia menghampiri Shena yang tengah berpura-pura sibuk dengan ponselnya.
“Maaf, Nona. Dilarang mengambil gambar tanpa ijin.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
HIATUS
Shena yang gitu.. saya yang malu... 🙈
2022-07-08
1
☘💚Efa Vania💚☘
malunyaa ampe tungkak🤣
2022-07-08
1