Alvin mencoba melepaskan penyatuannya ketika melihat Maya menangis dan berlari meninggalkan ruangannya. Namun Vanya yang sudah berada di ujung hasratnya menahan Alvin sembari menggelengkan kepalanya.
Demikian juga dengan Alvin yang sudah tak tahan lagi ingin segera melakukan pelepasan membuat dirinya lebih memilih melanjutkan permainan keji itu dan mengabaikan tangisan sang istri.
Maya terus berlari meninggalkan ruangan dengan tangisnya hingga tak sengaja menabrak pria bertubuh tinggi kekar yang baru keluar dari lift.
Meskipun pria tersebut menggunakan stelan jas lengkap. Namun Maya dapat merasakan betapa kerasnya tubuh itu hingga membuat Maya yang menabraknya terjatuh ke lantai.
"Aowhhh..." ringis Maya menahan rasa sakit di bo'kongnya.
"Kau tidak papa? Maafkan Aku." ucap Pria bersuara bas itu sembari mengulurkan tangannya.
Maya yang kembali teringat akan apa yang tengah Alvin lakukan. Mengabaikan uluran tangan tersebut dan langsung beranjak bangun meninggalkan pria tersebut.
Pria tersebut hanya menoleh ke arah Maya yang terlihat menaiki lift dengan tatapan mata yang terus berkaca-kaca seakan sedang menahan air matanya yang akan terjatuh.
Hingga lift itu tertutup rapat pria itu terus menatap Maya, Seakan Maya memiliki daya tarik tersendiri hingga ia tak melepaskan pandangannya.
Setelah lift itu tertutup, Pria itu menghelai nafas kasar dan menuju ruangan Alvin.
Alvin dan Vanya yang masih berpelukan setelah pelepasannya begitu terkejut dengan suara yang memanggil nama Alvin dari balik pintu ruangannya.
"Papa!" ucap Vanya yang langsung turun dari meja Alvin dan merapikan pakaiannya.
Begitupun dengan Alvin yang dengan cepat merapikan kembali pakaiannya dan berlari untuk membuka pintu.
Ckleekkk...
"T-tuan Abrisam..." ucap Alvin tergugup.
"Kenapa lama sekali membuka pintu, Apa yang sedang kamu lak..." ucapan Abrisam terhenti begitu melihat putrinya yang juga berada di ruangan Alvin.
"Vanya, Apa yang sedang kamu lakukan disini?" dengan tatapan penuh selidik Abrisam melihat gerak-gerik Alvin dan Vanya yang terlihat begitu mencurigakan.
"Ayah... Untuk apa lagi, Aku kesini untuk mengambil laporan, Bukankah Ayah meminta Alvin untuk menyelesaikan laporan bulanan hari ini?" ucap Vanya mendekati Ayahnya dan memegang tangannya.
"Oh... Ya, Ayah kesini juga mau mengambil itu, Gimana Alvin apa laporannya sudah selesai?"
"A... E... S-sebentar lagi Tuan."
"Ayah,Biar Vanya yang menunggu nya, Ayah lakukan pekerjaan lain saja."
"Hhh... Ya baiklah."
Setelah melihat Abrisam pergi, Vanya dan Alvin menghelai nafas lega kemudian saling memandang satu sama lain.
"Hampir saja Ayah ku memergoki apa yang tengah kita lakukan."
"Ayah mu hanya hampir memergoki kita, Tapi bagaimana dengan Maya? Maya sudah melihat apa yang kita lakukan."
"Alvin... Tidak ada pengaruhnya jika istri mu yang memergoki kita, Berbeda jika Ayah ku yang memergoki apa yang sedang kita lakukan."
"Tapi Vanya..."
"Alvin... Sudah satu tahun kita bersama, Apa kita akan terus sembunyi-sembunyi seperti ini? Apa kamu tidak ingin menceraikan istri mu?"
"Cerai?"
"Ya cerai. Apa kamu ingin terus memiliki Maya dan terus berhubungan dengan ku?"
"Bahkan Aku tidak pernah memikirkan ke arah sana." batin Alvin.
"Alvin! Apa sih yang kamu pertahankan dari istri seperti Maya, Dia hanya istri rumahan yang tidak tau bagaimana cara merawat penampilan dan menyenangkan suami, Dia juga hanya bisa menengadahkan tangan untuk meminta uang kepada mu, Sekarang bandingkan dengan ku!"
"Vanya, Aku yang memintanya untuk tidak bekerja karena Aku ingin saat Aku pulang kerja, Ada yang menyambut ku dan menyiapkan segalanya."
"Kamu masih membelanya?"
Alvin terdiam, Ia sendiri tidak tahu kenapa ia masih membela sang istri, Bahkan ia tak pernah berpikir untuk menceraikannya sekalipun ia sangat menikmati perselingkuhannya dengan Vanya.
"Alvin! Kamu tidak bisa terus-terusan begini, Kamu tidak bisa terus mempertahankan Maya dan memperlakukan ku hanya sebagai kesenangan sesaat mu, Aku juga butuh pengakuan di depan masyarakat, Terutama Ayah ku."
"Vanya, Bukankah dari awal kamu tau Aku telah menikah? Dan pada saat itu kamu sendiri yang bilang tidak mempedulikan itu semua asal bisa bersama ku? Lalu kenapa sekarang kamu menuntut ku lebih?"
"Alvin! Kamu berrrani menentang ku?!"
Seolah tak peduli dengan gertakan Vanya, Alvin hanya menggelengkan kepala dan pergi meninggalkannya.
•••
Abrisam terjejut begitu pintu lift terbuka melihat Maya yang masih duduk di pojok lift memeluk kedua lututnya dengan derai air mata di antara orang-orang yang berdiri di depannya.
Melihat Abrisam masuk, Beberapa karyawan mempersilahkannya untuk memberinya ruang.
Tatapan Abrisam lurus kepada Maya tanpa mempedulikan para karyawannya yang menepi memperhatikannya.
Abrisam berjongkok di depan Maya dan memberikan sapu tangannya.
Seolah baru tersadar Maya mengangkat wajahnya dan menatap Abrisam serta beberapa karyawan yang juga menatap ke arahnya.
Kemudian ia langsung mencoba berdiri. Namun kakinya yang kesemutan membuatnya tak bisa berdiri dan nyaris terjatuh.
"Aowhhh..."
Maya yang berpegangan di kedua lengan Abrisam, Membuat pria matang itu dapat melihat wajah Maya dari jarak yang begitu dekat.
"Begitu manis dan meneduhkan." batin pria matang itu yang sudah lebih dari enam tahun bercerai dari istrinya.
"M-maafkan Aku." ucap Maya melepaskan kedua tangannya hingga ia kembali akan terjatuh.
Dengan sigap, Abrisam menangkap tubuh Maya dan membuatnya duduk kembali.
"Tenanglah, Kamu bisa tetap duduk menunggu lift ini sampai,"
Maya terdiam mendengar ucapan Abrisam. Ia menatap Pria dengan tinggi badan 183cm yang nampak begitu tegas namun begitu lembut memperlakukan seorang wanita. Bahkan yang belum ia kenal.
Melihat tatapan Maya, Abrisam mengalihkan pandangannya dan melihat ke belakang di mana para karyawan juga memperhatikan apa yang tengah ia nya lakukan.
"Apa yang kalian lihat, Keluarlah."
"Tapi kami belum sampai Tuan."
"Turunlah menggunakan tangga agar bisa mengurangi perut kalian yang buncit."
Mendengar hal itu Maya menahan tawanya dan sekejap melupakan kesedihannya. Sementara para karyawan saling melihat satu sama lain dan memegang perutnya masing-masing yang memang begitu buncit.
Abrisam tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang semakin menambah ketampanannya. Kemudian ia kembali menoleh kearah Maya dan melihat senyuman terukir di bibir Maya.
Meskipun senyum itu sangat tipis, Namun semakin membuat Maya terlihat begitu manis di mata Abrisam.
Triiing...
Para karyawan pun keluar sesuai perintah. Meninggalkan Abrisam dan Maya berduaan di dalam lift. Melihat hal itu, Maya menjadi gugup dan mencoba kembali berdiri.
"A-aku juga akan keluar."
"Apa kamu takut dengan ku? Apa Aku terlihat seperti orang jahat?"
"T-tidak, Tapi Aku harus segera pulang."
"Ini baru lantai tiga, Masih ada dua lantai lagi, Duduklah."
Mendengar hal itu, Maya kembali duduk dan menunggu lift itu sampai.
Bersambung...
Nih buat yang nungguin Mas Duda 😂👇
Add juga FB Author 👉 i'tsmenoor 👈 untuk melihat Visual2 dari Novel Author yang kece badai 🤣🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ds Phone
cerita kan lah apa yang terjadi
2025-02-10
0
Julia Juliawati
aq jg mau klo seganteng itu🤣🤣
2025-04-07
0
Oely Duma
halu
2025-01-15
0