Seruni Dendam Istri Pertama Bagian 13
Oleh Sept
Aku sudah keluar diam-diam dari kamar setelah membaca pesan singkat dari mas Erwin yang berisi sebuah ancaman. Aku harus keluar dan tidak membuat orang lain curiga. Jika aku macam-macam, dia tidak akan segan-segan membuatku menyesal. Belum bertemu aku sudah gelisah. Tidak punya pilihan, aku pun mengendap-endap agar mas Agra tidak menyadari kepergianku.
Lobby rumah sakit Setia Budi, terlihat ramai. Banyak orang-orang keluar dan masuk dengan urusan masing-masing. Sedangkan aku, aku duduk dengan hati gelisah dan diliputi ketakutan sambil menunggu mas Erwin, suamiku. Ya, suami yang mulai tidak memanusiakanku.
Tidak lama kemudian kulihat sosok pria masuk, dia berjalan mendekat. Jantungku ku berdegup tambah cepat. Apalagi manik matanya sama sekali tidak berpaling dariku. Ingin aku menjerit minta tolong, tapi kenapa lidahku keluh. Apa ini memang sudah takdirku?
Begitu mas Erwin sudah dekat, tangannya langsung mencengkram lenganku. Sambil membisikkan sesuatu tepat di telingaku dengan nada mengancam tentunya.
"Ikut denganku!"
Aku tidak bisa menolak, meski tahu dia akan membawaku kembali ke neraka, aku harus tetap ikut. Aku berjalan setengah diseret karena langkah mas Erwin yang panjang. Tidak peduli aku yang kesulitan harus menyelaraskan langkah dengannya.
Sampai kami berdua masuk mobil, dengan kasar dia memasang seatbelt milikku. Setelah itu dia menyalakan mesin dan langsung melaju meninggalkan rumah sakit. Aku sempat takut saat dia melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Aku pikir dia sedang memacu adrenaline karena marah padaku. Marah karena aku sudah berani kabur.
Jarak yang harusnya ditempuh lebih lama, kini lebih cepat dari pada sebelumnya. Ini karena mas Erwin menyetir dengan kecepatan di luar batas. Aku yakin, mungkin beberapa hari ke depan akan ada surat E-Tilang yang mampir ke rumah. Sebab tadi mas Erwin aku lihat menerobos lampu merah. Mungkin ia sangat marah, hingga melangar begitu saja.
***
Rumah
"Masuk!" ucap mas Erwin pelan tapi terdengar menakutkan.
Tidak mau pria kejam ini mengamuk, aku lantas masuk ke dalam. Tapi dia malah menyuruhku masuk ke kamar. Sudah pasti aku panik. Kini apa lagi yang harus aku terima? Dan mas Erwin langsung merampas ponselku.
"Mana HPmu?"
Dengan cepat pria itu meronda tubuhku, mengambil smartphone yang ia belikan beberapa bulan lalu. Setelah mengambil ponselku dengan paksa, dia langsung mendorong tubuhku masuk kamar lalu mengunciku dari luar.
"Mas ... Mas Erwin!" Aku panik, aku panggil namanya karena dia malah mengunciku di dalam kamar.
"Maafin Runi, Mas ... Mas ... buka pintunya!" Aku memohon agar mas Erwin luluh. Tapi hatinya yang sudah keras, masih membeku tidak ubahnya seperti batu.
***
Malam harinya.
Aku mengerjap, kurasan mataku perih, sembab karena banyak menangis sampai ketiduran. Entah sudah berapa jam aku tidur, aku pun menatap dinding besar di depannya.
"Jam 11 malam?" gumamku lirih.
Aku lapar, aku belum makan. Sejak keributan pagi tadi, perutku masih kosong. Meski tidak selera, dia terus saja berbunyi. Hanya ada air putih, aku pun minum air putih itu saja.
Sayup-sayup ku dengar suara orang di luar. Tidak mungkin ibu mertua, ibu jarang datang malam-malam. Tapi sepertinya suara wanita. Aku mulai menduga-duga, jangan-jangan mas Erwin membawa lagi si Riana, tante-tante yang disukai oleh suamiku.
Aku bergidik, menggeleng keras. Tidak mungkin mas Erwin membawa lagi wanita itu. Tapi aku dirundung rasa penasaran yang tinggi, sebab suara-suara di luar lama-lama semakin menganggu.
"Mas ... Mas Erwin?"
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu, karena sudah terkunci seharian ini di dalam kamar.
"Mas ....!"
Tok tok tok
"Mas Erwin!"
Aku berisik sekali agar pria itu mau membuka pintu kamar untukku. Dan benar saja, setelah keributan yang aku ciptakan, dengan mengedor pintu dan berteriak memanggil namanya, akhirnya ada yang mendekat. Ku dengar suara langkah yang semakin dekat.
KLEK
Aku lega ketika ada yang memutar knop pintu, dan begitu pintu terbuka aku langsung beringsut. Ya, aku mundur, aku terhenyak dengan pemandangan di depanku.
"Berisik sekali?" sentak mas Erwin dengan bau yang menyengat khas minuman.
"Mungkin dia ingin bergabung dengan kita, Sayang?" sela wanita yang bergelut manja pada tubuh suamiku.
Jantungku mulai tidak teratur, pemandangan di depanku saat ini benar-benar membuat aku tercenggang.
"Benar ... mungkin dia mau ikut?" ucap mas Erwin kemudian tersenyum menyeringai ke arahku. Aku yakin, dia sedang dalam pengaruh minuman. Keduanya manusia gilaa karena malah minum-minum di rumah ini, yang mana aku masih tinggal di sini.
"Mas ... Mas!" teriakku panik saat mas Erwin menarik paksa lenganku dan melempar tubuhku di atas ranjang. Sedangkan Riana, kulihat dia berbalik kemudian mengunci pintu kamar kami dari dalam. Ya, sekarang ada kami bertiga dalam satu ruangan yang sama. Ini adalah hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hal yang membuatku tidak mau hidup dalam mimpi buruk yang seperti ini.
Aku beringsut, menendang kakiku saat mas Erwin mulai mengeluarkan sesuatu. Ya, dia mengambil seutas tali, bersiap kembali mengikat kakiku. Aku menggeleng, memohon agar dia tidak melakukan ini padaku.
"Maafin Seruni, Mas ... aku janji gak akan bikin Mas marah lagi ..." Aku yang sudah ketakutan, mengeluarkan banyak cara. Memohon, mengemisss agar pria itu iba padaku.
Seperti memgarami lautan, permintaanku sangat sia-sia. Bukannya kasihan, dua orang itu malah melakukan hal gilaa di depanku. Setelah mengikat kaki dan tanganku, Mas Erwin dan Riana malah memulai aksi gilaa mereka.
Aku memejamkan mata, jijijkkk melihat aksi keduanya. Di mana mas Erwin begitu brutalll beradu dengan Riana. Keduan sudah tidak waras, sama-sama memiliki ganguan syaraf. Orientasi mereka dalam berhubungan sudah tidak normal.
Ingin ku tutup mata dan telinga, agar tidak mendengar de sahan dari mulut keduanya. Menjijikkann sekali, mereka melakukan itu tepat di depanku. Sampai aku merasa sesak, bukan karena kecewa, tapi perutku mual. Ingin rasanya menghilang dari tempat itu.
Sesaat kemudian
Aku masih memejamkan mata rapat-rapat, tidak mau melihat dua binatang yang tidak memakai apa-apa itu. Hatiku tidak sanggup melihat kenyataan, betapa gilanyaaa selama ini mas Erwin dan juga pasangannya itu. Mereka dua manusia berhati iblishhh. Bagaimana bisa melakukan ini terang-terangan di depanku?
Kupikir ini adalah penyiksaan batin paling parah, ternyata masih belum berakhir. Aku panik dan langsung membuka mata saat merasakan sebuah tangan menyentuh kulitku. Aku menggeleng pelan, ingin menutupi tubuhku, tapi tangan dan kaki sudah terikat, aku benar-benar tidak berkutik.
"Jangan, Mas." Aku kembali mengiba.
Tapi mata pria itu malah menyeringai, dan dengan kasar dia langsung merobek pakaian yang aku kenakan. Aku memejamkan mata, manahan tangis dan air mata yang langsung tumpah. Dosa apa yang sudah aku lakukan? Sampai Tuhan mengujiku dengan hal menjijikkann seperti ini.
Tubuhku yang terikat mulai mengejangg, ingin menolak dan berontak. Siksaan fisik dan batin ini mulai membuatku menjerit, tapi mas Erwin langsung menyumpal bibirku dengan mulutnya.
Aku semakin menangis dalam-dalam ketika wanita iblis itu juga ikut menyentuh tubuhku. Dengan kasar dia mencengkram milikku. Sepertinya dia marah karena mas Erwin sedang menyesap, me lumattt, dan membuaiku di depannya secara langsung. Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
waaah gila!!
2024-02-11
0
Bunda Aish
takut ah...... astaghfirullah
2023-06-22
0
fitria linda
kira2 ddunia nyata ada gk ya
2023-03-17
0