Seruni Dendam Istri Pertama Bagian 5
Oleh Sept
Sebagai perempuan apalagi sebagai istri, perasaaku mulai dirundung gelisah. Bagaimana bisa suamiku tidak bereaksi atas sentuhan dan setelah tautan bibir kami? Ya, memang hambar dan terasa dingin. Tapi ini tidak boleh belarut. Jika aku diam saja, maka rumah tangga ini akan benar-benar di ujung tanduk.
Aku menggeleng keras dalam hati, aku mungkin sangat takut untuk sebuah perceraian. Sebab aku tumbuh tanpa keluarga. Ya, karena aku hanya anak yatim piatu yang terbuang. Baru setelah menikah aku merasa memiliki sebuah keluarga baru.
Tidak mau kehilangan hartaku yang paling berharga, kutepis rasa maluku dalam-dalam. Kembali ku goda suamiku. Biar lah aku dianggap bodohh! Yang aku tahu, aku hanya ingin mempertahankan apa yang menjadi milikku. Mas Erwin harus tetap bersamaku, tidak boleh mencari wanita lain.
Tanpa malu, setelah ku pegang benda itu, aku pun melepas tali bathrobe putih yang aku pakai. Dengan degup jantung yang memburu, aku lepaskan kain handuk tebal yang semula menutupi tubuhku. Kulihat reaksi mas Erwin, matanya sempat membulat, mungkin dia kaget. Aku yang terkenal kalem ini tiba-tiba menjadi sangat berani. Bagaimana tidak, setelah aku lepas handuk berbentuk kimono itu, aku langsung duduk di pangkuan mas Erwin.
Seperti anak kecil, ya karena posture kami yang sangat beda jauh. Dia memiliki tinggi 180 cm, sedangkan aku? Jika berdiri di dekatnya aku bahkan mirip putrinya. Beruntungnya aku, memiliki suami gagah perkasa, tapi ya itu tadi, dia sangatlah dingin. Dan malam ini, aku akan berusaha membuat suamiku luluh. Mencairkan balok es yang jarang tersenyum padaku itu, yang bahkan tidak pernah memanggilku dengan sebutan sayang. Malam ini, aku ingin membuat suamiku berpaling dari yang lain.
"Ada apa denganmu?" tanya suamiku, dengan wajahnya yang menatap aneh ke arahku. Ia melihatku dengan heran, tapi aku rasa dia sudah mulai terpancing. Aku amati jakunnya mulai naik turun. Setidaknya dia sudah terpengaruh dengan apa yang aku perlihatkan.
Lidahku keluh, aku mendadak tidak bisa menjawab pertanyaan suamiku. Yang ada aku malah semakin mendesak, kemudian mendekatkan wajahku. Kembali ku tempelkan bibir ini, biar terkesan murah, aku sudah tidak peduli. Sambil jariku mulai berkelana, mencari apa yang harusnya hanya menjadi milikku.
Aku pikir caraku akhirnya berhasil, aku merasakan sesuatu yang mulai bereaksi. Ada perasaan lega, tapi ini belum berakhir. Aku mencoba lebih gigih, mencengkram punggungnya dan mengigitnya telinganya kecil, agar dia semakin terpengaruh.
Aku bahkan bisa merasakan debar jantungnya yang cepat, bergemuru seperti punyaku. Malam pun serasa menghangat, suami dinginku mulai berkeringat. Ya, karena dia langsung membopongku dan langsung mendudukan di tepi ranjang.
Aku cukup kaget ketika dia dengan cepat melepas semuanya. Ini serasa lebih mendebarkan dari pada malam saat pertama kali kami menikah dulu. Jantungku berpacu lebih cepat, meskipun masih dengan pria yang sama. Tapi aku rasa malam ini jauh lebih memacu adrenaline. Apa karena aku meminta duluan? Entahlah, yang jelas wajahku kini terasa makin hangat.
"Puas kan aku malam ini?" bisik mas Erwin di telingaku, dan seketika membuatku terhenyak sampai bergidik. Dia tidak pernah mengatakan apapun saat melakukan kewajibannya. Malam ini dia meminta aku membuatnya puas. Astaga, aku benar-benar merasa seperti bukan diriku.
Ku telan ludah dengan kikuk, sangat canggung rasanya, tapi aku harus berani berbuat, kemudian ku raih saja benda itu. Kulihat matanya memejam, dan dia masih tetap berdiri di depanku.
Ketika jariku sudah semakin lihai, tangannya melai terulur. Dia mengusap kepalaku. Jantungku mulai tidak nyaman, ia berdegup lebih cepat dari pada bisanya. Apalagi saat suamiku mulai merunduk dan mencengkram kedua bahuku.
Terdengar suara tubuhku terlempar di atas kasur, aku bisa melihat, dari sorot mata dan dari sinyal kuat suamiku, sepertinya ia mulai terbakar. Baju ini ternyata cukup berhasil. Tidak banyak kata, mas Erwin langsung menarik tali yang hanya kuikat sekedarnya itu. Sekali tarikan akan mudah lepas. Sepertinya setelan baju ini memang fungsinya untuk gampang dilepas. Benar-benar membantu hubungan semakin hangat. Ya, sangat membantu kami dalam melewati malam yang mendebarkan ini.
"Kau mulai berani," bisik mas Erwin ketika dia sudah ada di atas, ia menjadikan lengannya sebagai tumpuan.
'Aku? Berani? Aku rasa mas Erwin duluan lah yang membuatku jadi seperti ini!' batinku sembari menatap matanya dengan dalam.
Ku usap pipinya, ku perhatian alisnya yang rapi dan tebal, bulu matanya lentik dan lebat, juga rahangnya yang tegas, aku rasa pasti banyak perempuan di luar sana yang akan jatuh cinta pada suamiku ini. Dan aku hampir memekik kaget karena mas Erwin mengigit bagian paling lembut. Dia yang selama ini kaku, tiba-tiba menjadi sangat berani dan terang-terangan. Jelas aku tersentak kaget.
Ternyata banyak sisi lain yang belum aku ketahuan dari suamiku. Minimnya komunikasi antara kami, menciptakan jarak pemisah. Sehingga aku kurang baik mengenal suamiku ini. Hingga aku baru tahu, bahwa suamiku lebih dari apa yang aku banyangkan selama ini.
Aku seperti lupa dengan kejadian pagi tadi. Terlanjur terlena dengan permain mas Erwin yang membuatku bergidik tidak bisa berpikir jernih. Baiklah, mari lupakan! Aku ingin memulai dari awal. Malam ini, kubuat mas Erwin bertekuk lutut padaku.
Tanpa malu, aku membalik keadaan. Kini akulah nahkoda kapal yang akan membuat suamiku berlayar dalam lautan asmara yang membara. Ya, aku mengambil kendali dengan memilih posisi di atas. Akan kubuat pria ini terkesan, hingga dia hanya mengingatku seorang.
Matanya tidak bisa menipu, dia sepertinya sangat menikmati permainan yang aku buat. Baru pertama aku melakukan ini, pertama mungkin terasa mual. Tapi aku harus melakukan service seperti ini, demi keutuhan rumah tangga ini. Demi memikat hati mas Erwin kembali.
Terasa tangannya mulai menyentuh kepalaku lagi, sedikit mencengkram rambut panjangku yang ku biarkan terurai. Sepertinya dia mulai tidak tahan, sebab aku dengar mulutnya mulai mendesis.
"Sayang! Sayang ...!" desis mas Erwin yang membuatku sulit mengatur napas.
Aku terus melanjutkan aksi. Dengan jantung yang memburu karena aku pun mulai terpancing. Seperti ada sesuatu yang menyengat laksana tersengat aliran listrik pendek, membuatku tidak fokus dan wajahku memanas. Malam ini kami benar-benar sama-sama terbakar.
"Aku mau keluar, cepat ... Sayang ... Riana!" bisiknya lirih.
DEG
Seperti tersambar petir. Aku yang melakukan, tapi nama orang lain yang disebut. Tiba-tiba sebuah batu besar seperti langsung menghujam jantungku. Tubuhku lemas, mataku perih. Entah siapa nama yang disebut mas Erwin. Yang jelas, itu bukan namaku.
Marau, kecewa dan terluka menjadi satu. Dengan mata yang sudah terasa perih karena menahan tangis, rasanya aku tidak sanggup lagi. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
komalia komalia
sakit banget
2024-02-14
1
Anisatul Azizah
misuh2 boleh gak siiiiiih😭😭😭😭
2024-02-11
0
Fayra
lanjut baca q kasi vote utkmu thor
2023-12-22
0