The Devil Husband

The Devil Husband

Gadis Panti

Seruni Dendam Istri Pertama Bagian 1

Oleh Sept

🌷🌷🌷

Namaku Seruni, aku tumbuh dan besar di salah satu panti asuhan di pinggir kota. Ketika mulai dewasa, aku mencoba mengadu nasib. Kala itu usiaku baru 17 tahun, beberapa minggu sebelumnya aku baru saja diwisuda di sekolah menegah atas yang terletak tidak jauh dari panti asuhan selama ini aku tinggal.

Tekadku sangatlah kuat, ingin merubah nasib. Maka berangkatlah aku dari salah satu tempat di Jawa timur dengan uang saku seadanya yang aku dapat dari pengurus panti. Aku pergi ke Jakarta dengan harapan semoga hidupku lebih baik. Setidaknya jika aku bisa menghasilkan sedikit rupiah, ingin aku berikan pada bu Fat. Aku memanggilnya Bu Fat, beliau adalah Bu Fatimah, orang yang sangat berjasa selama ini padaku.

Wanita paruh baya itu juga yang telah memberikan nama padaku. Dan selama ini, ia seperti ibu bagiku. Menurut cerita orang yang aku dengar, aku masih bayi ketika pengurus panti menemukanku di depan pagar. Hemm ... Aku diletakan begitu saja di dalam sebuah kardus bekas mie instan. Ya, kata salah satu pengasuh panti asuhan saat aku korek cerita lamaku, dia akhirnya mau cerita. Bahwa aku hanya ditutupi beberapa lembar koran dan diletakan di dalam kardus begitu saja. Ari-ariku saja katanya masih menempel. Mungkin aku baru lahir beberapa saat sampai akhirnya aku dibuang. Miris, tapi itu yang aku dengar.

Jika ingat itu, sungguh aku ingin sekali menangis sampai sekarang. Apa salahku? Mengapa orang tua kandungku tega sekali? Padahal aku sama sekali tidak meminta dilahirkan ke dunia ini. Dan kata orang, aku mungkin anak hasil hubungan gelap. Aku hanya tersenyum, sebab mungkin itu benar adanya. Hemm, sudahlah. Itu sudah berlalu. Kini usiaku sudah 21 tahun. Bahkan aku sekarang sudah berkeluarga. Ya, aku sudah menikah.

Ceritanya sangat panjang, hingga sampai aku menjadi seorang istri dari pria yang cukup baik karena tidak pernah kasar padaku, ya meskipun agak dingin, mas Erwin Prasetya namanya. Dan kami menikah tiga bulan yang lalu. Mas Erwin adalah putra satu-satunya dari salah satu donatur tetap di panti asuhan kami. Orangnya cukup baik meskipun sekilas tampak dingin, aku mengenal ibunya sudah lama. Kami dijodohkan, saat itu aku pulang dari Jakarta, kebetulan aku pulang beberapa bulan sekali, bu Fat berniat menikahkan aku dengan salah satu anak donatur. Aku sendiri heran, mengapa aku? Aku yatim piatu, dan selama di Jakarta pekerjaanku hanya sebagai seorang kasir di salah satu mini market. Jadi menurutku aku bukanlah kembang desa yang didambakan banyak pria. Lalu mengapa aku?

Orang tua mas Erwin tidak banyak bicara, langsung meminta pada bu Fatimah agar aku pulang. Sampai akhirnya sekarang aku sudah menikah. Meskipun suamiku sejak awal sudah dingin, aku tidak pernah berpikir macam-macam, karena kami menikah hasil perjodohan. Yang penting dia tidak pernah lalai dalam hak dan kewajibannya selama ini. Kami seperti pasangan kebanyakan, meski jarang komunikasi. Tapi semua kebutuhanku sangat tercukupi, aku tidak pernah kekurangan.

Mas Erwin punya rumah yang lumayan besar, rumah yang aku tinggali saat ini. Bahkan dia juga punya mobil. Sekali dua kali dia mengajak keluar, sekedar belanja bulanan. Selebihnya dia akan berangkat pagi dan kadang pulang malam. Katanya sih pekerjaannya sangat banyak. Tapi aku tidak pernah bertanya lebih jauh, karena tidak mau dia menganggap aku cerewet. Seperti malam ini, sudah jam sembilan malam mas Erwin baru pulang.

Ku buka pintu saat mendengar deru mobil Pajero milik suamiku. Ku sapa dia dengan senyum yang lembut seperti biasa. Dan kulihat wajahnya sangat lelah. Ekspresi suamiku sama, dingin seperti biasanya.

"Kok baru pulang, Mas?" tanyaku hati-hati.

Pria itu hanya memberikan tasnya padaku, kemudian masuk ke dalam rumah. Aku pun menghela napas dengan dalam.

'Pasti mas Erwin capek,' isi dalam kepalaku.

Aku susul suamiku masuk ke dalam, aku letakkan tas di atas meja. Kemudian ku bantu mas Erwin melepaskan sepatunya yang terbuat dari kulit sapi itu. Sepatu yang dibeli bersamaku waktu kami menuju telaga Saragan. Ya, sepatu dari kulit sapi yang ada di Magetan. Di sana merupakan sentra pengrajin kulit. Dan itu adalah waktu pertama kali mas Erwin mengajakku jalan-jalan cukup jauh. Bukan sepenuhnya Jalan-jalan sih, karena waktu itu libur lebaran.

Kebetulan kakek dan nenek mas Erwin asli Surakarta, karena hanya 2 jam dari telaga Saragan, kami pun memutuskan mampir. Hanya semalam, karena setelah itu kami balik ke ibu kota. Gara-gara menatap sepatu kulit ini, pikiranku malah lari ke masa lalu. Sadar sudah melamun, aku pun berdiri dan bertanya pada pria yang terlihat lesu tersebut.

"Aku siapkan air anget buat mandi ya, Mas?" tanyaku sambil meletakkan sepatu mas Erwin di rak sepatu yang ada di samping pintu.

"Hemm!" jawab suamiku malas. Sepertinya dia benar-benar lelah. Wajahnya sangat kusut sekali. Apakah pekerjaan di kantor sangat berat? Lagi-lagi aku kasihan pada suamiku yang selalu pulang malam akhir-akhir ini.

Sesaat kemudian, aku memanggil suamiku. Aku katakan bahwa air mandinya sudah siap. "Airnya sudah siap, Mas. Mas mandi dulu biar capeknya hilang," ucapku.

Mas Erwin kemudian bangkit dari duduknya, tanpa menatapku ia langsung meraih handuk di atas ranjang yang sudah aku siapkan sebelumnya. Dan ketika menunggu mas Erwin mandi, aku membereskan barang-barangnya. Aku ambil jas mas Erwin yang tergeletak di atas sofa, hendak ku masukkan ke dalam keranjang cucian yang kotor. Namun, saat aku memasukkan jas itu, sesuatu malah terjatuh.

Aku pikir hanya kertas biasa. Tapi jangan-jangan itu penting, pikirku. Aku pun meraihnya, membuka dan mencoba membacanya. Entah mengapa, aku yang biasanya acuh dan tidak terlalu tertarik dengan apa-apa, saat itu tiba-tiba menjadi penasaran.

"Hotel?" gumamku lirih. Kulihat tanggal yang tertera, itu adalah hari ini.

"Apa mas Erwin bertemu klien di sebuah hotel?" Aku kembali bertanya-tanya. Apalagi di bill book tertera harga yang cukup lumayan. Sepertinya sih hotel besar. Coba nanti aku tanyakan pada mas Erwin, tapi aku takut. Nanti dia akan tersinggung. Sudahlah, mungkin klien penting. Lagi-lagi aku menepis pikiran buruk. Sambil menghela napas panjang, aku mencoba berpikir yang baik-baik. Demi keutuhan rumah tangga ini.

***

Tengah malam.

Aku terbangun ketika larut malam, kulihat di sebelahku, kosong tidak berpenghuni. Sambil mengosok kedua mata ini, untuk menjernihkan pandangan, aku pun menatap sekeliling.

"Mas Erwin ke mana? Apa ke kamar mandi?" gumamku.

Beberapa saat kemudian, kulihat jam. Sudah sepuluh menit berlalu, kok suamiku belum kembali. Aku malah mendengar suara orang yang berbicara dengan lirih. Lagi-lagi aku jadi suka penasaran. Dengan langkah pelan aku keluar kamar. Dan benar saja, mas Erwin sedang duduk di ruang tamu. Sepertinya dia sedang bicara di telpon. Ku tatap jam dinding besar yang ada di ruang tamu. Sudah pukul satu malam, dia bicara sama siapa? Ini sudah sangat larut. Rasanya tidak mungkin rekan kerjanya.

Rasa ingin tahuku semakin membuncah, tatkala melihat suamiku tersenyum saat bicara di telpon. Suamiku ini sangat pelit senyum, dan tidak ku sangka dia tersenyum terus sambil berbicara. Apalagi suaranya sangat lembut, tidak dingin ketika berbicara denganku. Astaga, kenapa aku jadi merasa sangat terusik. Karena penasaran, aku pun malah menguping. Aku sengaja bersembunyi di balik gorden pembatas ruang tamu. Ku dengar sayup-sayup dia mengatakan sayang.

"Sayang?" Dahiku langsung mengkerut. Aku malah semakin ingin tahu. Tapi jujur, jantungku mendadak berdegup kencang saat itu. Ditambah rasa takut, takut ketahuan dan juga takut kalau apa yang aku dengar akan membuat hatiku hancur. Bagaimana bisa pria dingin itu mengumbar sayang pada wanita selain aku? Bagaimana jika suami yang dingin padaku ternyata sangat hangat pada wanita di luar sana?

Bersambung

IG Sept_September2020

FB Sept September

Agar author rajin up, jangan lupa tekan SUKA/Like dan komentar. Terima kasih bestiiii.

Terpopuler

Comments

Fitri Yanti

Fitri Yanti

mulai

2024-02-16

1

Fitri Yanti

Fitri Yanti

permulaan yg bagus

2024-02-16

0

komalia komalia

komalia komalia

lanjut aku suka cerita di samping singkat cerita nya tak bikin bosan,dan rencana nya sih mau ku bac asemua

2024-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!