Difia shok melihat foto-fotonya bersama pak Defano di mading, ada juga yang di tempel di tiang-tiang bangunan, bahkan ada yang tak dia kenal seolah-olah itu foto Difia.
Di grup kelas juga ada yang mengirimkan foto-foto tak senonoh yang mirip Difia.
"Pantas saja tadi mereka melihatku seperti itu." Difia dibuat pusing dengan cobaan yang datang silih berganti, belum juga ketemu orang yang menculiknya, sekarang ada lagi masalah baru, dia sebenarnya tak terlalu peduli karena kebanyakan foto editan, tapi dia takut juga itu masuk ke pihak kampus dan berpengaruh pada beasiswanya.
" Ya Allah kuatkan hamba."Difia ber do'a dalam hatinya.
Berita tentang Difia begitu cepat menyebar, entah siapa yang sengaja menyebarkannya, setiap orang membicarakannya, padahal dia hanyalah salah satu mahasiswa dari satu jurusan, bukan anak orang kaya bukan artis atau anak anggota dewan, tapi beritanya seolah-olah jadi topik utama di kampus.
Difia pun dipanggil oleh pihak kampus karena telah membuat keributan di pihak kampus dengan membuat berita-berita kurang baik sehingga perkuliahan tidak tenang.
"Assalamualaikum pak."
"Waalaikumsalam.."
"Masuk Difia."
"Iya pak."
Namanya adalah Pak Hadi, dia penanggung jawab kampus dan juga yang membantu para mahasiswa yang masuk melalui jalur beasiswa.
"Difia tolong jelaskan kenapa bisa foto-foto itu ada di mading? bapak khawatir bisa berpengaruh pada beasiswamu." kata Pak Hadi.
"Saya juga tidak tau pak, itu kebanyakan editan pak."
"untuk masalah editan atau tidak itu sepertinya bukan hal utama, tapi yang utama adalah berita ini kalo terus bergulir akan berdampak tidak baik bagi kampus kita."
"Terus saya gimana ya pak."
"Saya ingin membantu kamu, kasian orang tuamu, tapi sepertinya agak sulit."
Difia menunduk lesu
"Kamu bisa bicarakan ini dengan pak Defano, karena berita ini juga membawa nama baik pak Defano, walaupun kenyataanya kamu yang disudutkan."
"Saya akan mencoba pak."
"Yasudah, semoga semuanya cepat selesai, sebelum pihak kampus membuat keputusan."
"Iya pak." kata Difia.
Difia terduduk lesu, dia tak menyangka akan seperti ini, padahal dia sudah bersikap tertutup tapi masih aja ada orang yang tega padanya.
Berita itu juga sampai ke telinga Defano, dia segera menghampiri Difia.
"Pak gimana ini?"
"saya juga belum tau Difia."
"pak bantu dong mikir, bapak sih kebanyakan fans nya, jadi saya yang kena sasaran."
Difia merenggut sebal ke Defano
"Saya akan cari bukti, kamu tenang aja, jangan takut ya, sekarang pulang aja ya, itu jadi tanggung jawab saya."kata Defano
"Beneran ya pak?"
"Iya."
Setelah Difia pergi dari hadapannya Defano segera menelpon seseorang.
📲 saya minta kamu selidiki tentang ini
📲 iya pak
📲 secepatnya saya tunggu kabar
Defano pun menutup teleponya, dia melanjutkan aktifitasnya kembali.
satu jam kemudian, Defano menghubunginya lagi untuk memastikan kabarnya.,
📲 gimana sudah ada kabarnya
📲 udah bos
📲 kirimkan datanya ke email
📲ok bos
begitu mendengar kabar itu, Defano langsung memeriksa email-nya. Setelah melihat email, dia begitu geram dengan semua isinya, hal-hal yang dianggapnya wajar selama ini ternyata begitu menyedihkan, ya Defano menemukan fakta bahwa Dini lah yang telah melakukan semua pekerjaan hina itu, Dini bahkan bukan hanya ke Difia tapi ke beberapa siswa lain yang juga menyukai Defano, bukan hanya sekali melakukan penyekapan, Dini juga melakukanya kepada beberapa orang sebelum datang Difia, Dini juga seorang psikopat, itu didukung dengan keadaan orang tuanya yang sangat sibuk sehingga mereka tak tau bagaimana pergaulan Dini. Orang tuanya selalu memberikan fasilitas apapun kepada Dini, sehingga Dini menjadi anak yang menganggap semuanya bisa dia miliki.
Defano segera menyimpan semua data itu, dia segera mencari data tentang keluarga Dini. Dia tersenyum sinis.
"siapa yang berani menggangguku, maka bersiaplah.." gumam Defano.
Jam makan siang pun tiba, Defano segera menyimpan pekerjaannya yang belum selesai dan menuju kosan Difia.
"📲assalamualaikum sayang."
"📲 Waalaikumsalam, kenapa mas."
"📲 makan bareng yu."
"📲dimana."
"📲mas jemput, tunggulah di depan."
"📲 iya mas/"
Sebenarnya Difia sedang malas makan diluar, dia masih ingat dengan foto-foto yang malah jadi masalah itu, tapi dia juga menghargai Defano, maka berangkatlah Difia menemani Defano untuk makan siang bersama.
Defano pun tiba, Difia segera masuk ke mobil Defano, mereka langsung pergi mencari tempat untuk makan siang bersama.
"sayang mau makan dimana."
"terserah mas aja, aku mah ngikut aja, Alhamdulillah aku juga gak punya alergi, jadi bebas gak takut apa-apa."
"yaudah kita makan di kafe depan aja, suasananya lumayan enak."
"iya hayu aja mas."
Defano pun segera memarkirkan mobilnya, mereka segera turun dari mobil dan langsung menuju kafe di depanya.
"sayang mau pesan apa?"
"ayam penyet ajalah mas, biar kenyang sekalian he..."
"minumnya apa?"
"es jeruk aja."
"ok cantik" sahut Defano
deg..hati Difia langsung malu, mukanya merona dengan kata-kata Defano itu, Difia langsung memalingkan mukanya ke pinggir agar Defano tak melihatnya.
"kenapa sayang?" Defano yang sudah tau malah sengaja menggodanya.
"gak ko."kata Difia
"gemes ih." kata Defano
"ih di tempat umum juga, malu tau." jawab Difia sambil lirik kesana kemari takut suara mereka di dengar, walaupun sebenarnya posisi mereka lumayan jauh dengan yang lain karena privat.
"he..he..biarin aja." Defano malah terkekeh
Difia melongo melihat kekasihnya tertawa, terlihat sangat tampan, pantas banyak wanita yang suka padanya.
Mereka pun melanjutkan makan mereka setelah pesanan datang. Tanpa sepatah kata mereka membereskan makan mereka. Defano tersenyum melihat begitu lahapnya Difia makan. Setelah makan selesai Difia pun protes.
"kenapa tadi senyum-senyum?"
"kamu lucu makanya sayang." kata Defano sambil matanya tak lepas memandang Difia.
"ih makan ko lucu" kata Difia sambil mengerucutkan bibirnya.
"bibirnya jangan digituin."
"iya...iya.."
"mas gimana dengan kasus itu, beasiswaku gak akan di copot kan."
"tenang aja mas yang urus, kalo pun di copot mas sanggup ko bayarin kuliah kamu"
"gak mau ih" tolak Difia
"yaudah berdo'a aja ya, biar semuanya segera selesai, orang yang isengnya segera ketemu.
" amiin/" kata Difia mengamininya.
Mereka segera pergi setelah acara makan siang selesai, Difia diantar ke kosanya lagi, karena sebentar lagi mau berangkat kerja, sedangkan Defano melanjutkan perjalanan ke suatu tempat.
Sesampainya di sebuah gedung bertingkat Defano segera menuju ke tempat seseorang untuk bertemu.
"Selamat siang pak." Defano menyapa orang tersebut.
"siang juga, apa yang mau kita bicarakan pak."
"saya hanya mau bapak melihat dokumen ini."
"Defano memberikan."
Tak lama kemudian orang itu berteriak
"kamu mau fitnah anak saya hah?"
"saya tidak fitnah, itu semua bukti kejahatan anak bapak, saya hanya ingin bapak membawa anak bapak jauh dari saya, atau saya akan laporkan semuanya ke polisi, karena ini sudah menyangkut tindak pidana dan kemungkinan kalo publik tau, itu juga akan berpengaruh pada perusahaan bapak"
Orang itu berfikir keras
"ok."
"saya ingin secepatnya/"tekan Defano
"kamu harus pegang kata-katamu, jangan sampai publik tau."
"bapak juga secepatnya bawa Dini."
"Pria itu segera menelepon asistenya dan memberikan perintah darinya."
Defano segera keluar dari perusahaan itu, yang ternyata adalah milik orang tuanya Dini.
Defano melanjutkan mobilnya ke kantor lagi, untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Dia tak suka menunda-nunda pekerjaan, sebisa mungkin untuk segera menyelesaikan semuanya. Disela-sela pekerjaanya ada notif masuk ke hapenya.
"mas makasih ya tadi makanannya, tetap semangat 💪💪💪"
melihat itu Defano tersenyum sendiri, Difia sudah menjadi mood buster baginya, dia sangat bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments